Pendidikan Konservasi: Jangan Hanya Kuasai Teori #2
Tahun 2015 ini, Universitas Negeri Semarang menambahkan Pendidikan Konservasi dalam kurikulum matakuliahnya. Mengapa pendidikan konservasi itu penting?
Kita bisa melihat kerusakan lingkungan yang terjadi di sejumlah kawasan hutan lindung dan konservasi akibat aktifitas perambahan dan pertambangan batu bara seluas 1,1 juta hektare per tahun tidak akan terjadi jika masyarakat negeri ini mempunyai kesadaran akan konservasi dan lingkungan. Siswa sekolah adalah generasi muda yang mewarisi negeri ini, sehingga harus dibekali ilmu untuk berinteraksi dengan lingkungan alam sekitar. Jika manusia mengabaikan kerusakan lingkungan akibatnya menimpa manusia sendiri, seperti bencana alam yang melanda wilayah Indonesia dalam 13 tahun terakhir (1997 hingga 2009) yang menelan korban tewas sebanyak 151.277 orang dari 6.632 kali bencana alam (data Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB tahun 2010 di akses dari https://www.tngunungmerapi.org/urgensi-pendidikan-konservasi/).
Dari permasalahan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan konservasi memang diperlukan, namun bukan isi dari pendidikan konservasi itu sendiri yang penting melainkan adalah hasil penerapan pendidikan konservasi. Percuma jika kita mendapatkan predikat A di matakuliah ini jika membuang sampah saja kita enggan. Percuma kita mendapat predikat cumlaude jika kita masih tidak peduli dengan lingkungan. Oleh karena itu, mari kita belajar untuk tidak sekedar megetahui, tapi juga memahami esensi pelajaran itu sendiri.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan
Sumber gambar : https://blh.subang.go.id/wp-content/uploads/2015/07/ad2.png