Setiap daerah mendefinisikan etika dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya saja di daerah saya sendawa merupakan salah satu hal yang dikatakan tidak sopan, namun kemarin saya mendengar ada cerita dari teman saya ada daerah (saya lupa dimana) yang menganggap sendawa sebagai pujian untuk seorang tukang masak (koki). Saya juga pernah mendengar teman saya yang di Surabaya menggunakan kata (maaf) “cuk” sebagai panggilan keakraban padahal di daerah saya itu adalah salah satu kata yang dihindari. Ini baru perbedaan yang ada di tanah jawa, bagaimana nanti di luar jawa, luar Indonesia?

Pengertian Etika secara etimologis sendiri berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.

Baik itu di daerah A, ataupun di daerah B etika sebenarnya memiliki makna yang sama meskipun cara penyampaiannya berbeda. Inti dari etika adalah menghormati sesama makhluk (dalam hal ini makhluk bukan hanya sebatas pada manusia tetapi juga lainnya). Sayangnya makna etika saat ini sedikit-banyak disalah-fahamkan. Etika diartikan hanya sebatas perilaku fisik yang terlihat saja seperti mencium tangan, merunduk ketika bertemu yang lebih tua atau sejenisnya. Banyak yang melupakan (berdasarkan pengamatan saya) nilai-nilai etika yang lebih besar luang lingkupnya contohnya saja etika terhadap dosen dimana banyak mahasiswa yang mengabaikan ceramahnya (termasuk saya), etika terhadap hewan yang perlu kita jaga kelestariannya dan etika terhadap lingkungan dimana kita tidak diperkenankan membuang sampah sembarangan, tidak diperkenankan mencemari udara, tidak diperkenankan menciptakan suara yang mengganggu ketenangan dsb. Etika adalah bagaimana kita menghormati dan menghargai sesama (wallahu a’lam).