A.Teori Evolusi
Dalam teori ini saya mengambil teori dari seorang ahli E.B Tylor, menurutnya asal mula religi adalah adanya kesadaran manusia akan adanya jiwa.
Kesadaran ini disebabkan oleh dua hal yakni :
- Perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Satu organisme ada satu saat bergerak-gerak artinya hidup, tetapi tak lama kemudian organisme itu tak bergerak lagi itu artinya mati. Maka manusia mulai sadar akan adanya suatu kekuatan yang menggerakan itu yaitu jiwa.
- Peristiwa mimpi, manusia melihat dirinya di tempat lain ( bukan di tempat ia sedang tidur ). Maka manuisia mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang berada di tempat tidur dengan rohaninya di tempat-tempat lain yang disebut jiwa.Selanjutnya Tylor mengatakan bahwa jiwa yang lepas ke alam disebutnya denga roh atau mahluk halus. Inilah menyebabkan manusia berkeyakinan kepada roh-roh yang menempati alam. Sehingga manusia memberikan penghormatan berupa upacara doa, sesajian dan lainnya. Inilah disebut Tylor sebagai anamisme. Animisme merupakan bentuk religi yang tertua. Pada tingkat selanjutnya manusia yakin terhadap gejala gerak alam disebabkan oleh mahluk-mahluk halus yang menempati alam tersebut. Kemudian jiwa alam tersebut dipersonifikasikan sebagai dewa-dewa alam. Mulai dari dewa-dewa yang tertinggi hingga dewa-dewa yang terendah angkatnya. Susunan serupa itu lambat laun menimbulkan kesadaran bahwa semua dewa itu ada hakekatnya hanya merupakan penjelmaan dari satu dewa saja, yaitu dewa yang tertinggi. Akibat dari keyakinan itu adalah berkembangnya keyakinan pada satu tuhan dan timbulnya religi-religi yang bersifat monotheisme sebagai tingkat yang terakhir dalam evolusi religi manusia.
B.Teori difusi religi
Difusi menurut Roges (195,2003:5-6) adalah proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu pada anggota-anggota dari sebuah sistem sosial. W.A haviland menyatakan bahwa difusi merupakan penyebaran kebiasaan atau adat istiadat dari kebudayaan yang satu kepada kebudayaan yang lain. Proses difusi unsur-unsur kebudayaan daerah ke dalam kebudayaan nasional disebabkan oleh beberaa hal yakni :
- fungsinya sangat cocok dan berguna bagi kehidupan masyarakat.
- unsur-unsur budaya daerah mudah di serap atau di terima.
- unsur-unsur budaya daerah sangat digemari.
Bentuk penyebaran kebudayaan juga dapat terjadi dengan berbagai cara, yakni :
Adanya individu tertentu yang membawa unsur kebudayaannya ke tempat yang jauh. Misalnya para pelaut dan pendeta, mereka pergi hingga jauh ke suatu tempat dan mereka mendifusikan budaya mereka. Penyebaran unsur kebudayaan yang dilakukan oleh individu dalam suatu kelompok dengan adanya pertemuan antara individu kelompok yang lain. Cara yang lain adalah adanya bentuk hubungan perdagangan, dimana para pedagang masuk ke suatu wilayah dan menyebarkan unsur budaya pedagang tersebut dan unsur budaya tersebut dapat diterima tanpa di sengaja. Dalam teori ini saya mengambil teori gujarat dari snouck hurgronje dan j. pijnapel. Saya menekankan difusi religi terutama pada agama islam yang terjadi di negeri tercinta ini yakni Indonesia.
Islam masuk ke nusantara pada abad ke 8 masehi. Dalam teori ini di jelaskan bahwa islam yang ada di indonesia ini berasal dari gujarat, india dan mulai masuk semejak abad ke 8 m. islam pada waktu itu telah menjalin hubungan dagang dengan India melalui saluran Indo-combay berdasarkan teori ini islam diyakini berasal dari Gujarat karena didasarkan ada bukti berupa batu nisan sultan samudra pasai malikussaleh pada tahun 1297 yang bercocok Gujarat.Islam menyebar ke berbagai wilayah pesisir pada abad ke 11 m .Pada masa ini islam mulai menyebar ke daerah-daerah pesisir utara pulau jawa, seerti gresik, tuban, dan jepara yang dahulu merupakan pelabuhan-pelabuhan yang ramai di kunjungi saudagar asing. Melalui inilah islam masuk dan berkembang di wilayah pesisir jawa utara yang kemudian berpusat di Demak.Islam menyebar hingga ke sumatra pada abad ke 11 m. Hal ini dapat di lihat dari sejarah pendirian kerajaan islam pertama di sumatra sekaligus di nusantara yaitu kerajaan samudra pasai yang berdiri ada abad ke 13 masehi. Dan ketika abad ke 15 berdiri kerajaan-kerajaan islam di berbagai wilayah nusantara. Kerajaan islam pertama yaitu demak di jawa dan di Gowatallo di sulawesi. Selanjutnya silih berganti kerajaan islam menguasai beberapa wilayah di indonesia dan hingga sekarang pun islam menjadi agama mayoritas di Indonesia.
C.Fungsionalisme
Fungsionalisme adalah penekanan dominan dalam studi antroologi khususnya pada penelitian etnografis, selama beberapa dasawarsa silam. Dalam fungsionalisme ada kaidah yang mendasar bagi suatu antropologi yang beorientasi pada teori yakni diktum metodelogis bahwa kita harus mengekslorasi ciri sistemik budaya. Artinya kita harus mengetahui bagaimana erkaitan antara institusi-institusi atau struktur-struktur suatu masyarakat sehingga membentuk sistem yang bulat.
Dalam melihat religi/agama, teori ini memandang religi/agama memiliki fungsi di dalam masyarakat, yakni sebagai kebudayaan, sistem sosial dan kepribadian seorang individu. Ketiga aspek tersebut merupakan fenomena yang terpadu yang pengaruhnya daat diamati dalam perilaku manusia. fungsional agama adalah Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok, yakni Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan interaksi sesama manusia. Hal itu merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah, Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan, Pedoman perasaan keyakinan, Pedoman keberadaan, Pengungkapan estetika (keindahan), Pedoman rekreasi dan hiburan, Memberikan identitas (keyakinan)kepada manusia sebagai umat dari suatu agama. Yang dari semua pernyataan tersebut tidak terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada.
Fungsionalisme merupakan metodelogi untuk mengeksplorasi saling ketergantungan. Di samping itu para fungsionalis menyatakan pula bahwa fungsionalisme merupakan teori tentang proses kultural. Tentu kita ketahui bahwa religi/agama itu merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak bisa lepas dari kehidupan , karena ada dasarnya ia merupakan kebutuhan bagi individu yang meyakini akan adanya sang pencipta. Fungsionalisme sebagai persektif teoritik dalam antropologi yang bertumpu ada analogi organisme. Artinya, ia membawa kita memikirkan sistem sosial budaya sebagai semacam organisme, yang bagian-bagiannya tidak hanya saling berhubungan melainkan juga memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian hidup “organisme” itu. Dengan kata lain bahwa asumsi mengenai semua penjelasan fungsionalisme ialah (terbuka maupun tersirat) bahwa semua sistem budaya memiliki syarat-syarat fungsional tertentu untuk memungkinkan eksistensinya.
D.Struktural-fungsionalisme
Struktural-fungsionalisme lahir sebagai reaksi terhadap teori evolusionari. Tujuan dari kajian struktural fungsionalisme adalah untuk membangun suatu sistem sosial, atau struktur sosial melalui pengajian terhadap pola hubungan yang berfungsi antara individu-individu, kelompok-kelompok atau antara institusi-institusi sosial didalam suatu masyarakat, ada suatu kurun masa tertentu.struktural-fungsionalis adalah penggabungan dua pendekatan yang bermula dari pendekatan fungsional Durkheim kemudian digabungkan dengan pendekatan struktural Redeliffe Brown.Pendekatan fungsional dalam Antropologi sosial dipelopori oleh RB dan Malinowski. Bagi RB fungsi adalah ‘’kontribusi yang dimainkan oleh sebuah item sosial atau institusi sosial terhadap kemantapan suatu struktur sosial”. Sementara Malinowski melihat “fungsi” sama seperti “guna” yang dikaitkan dengan kebutuhan psikologis dan biologis manusia. Fungsi dari item sosial atau sebuah institusi sosial. Menurut Malinowski , “kegunaan dari institusi tersebut dalam memenuhi kebutuhan psikologi dan biologis individu-individu anggota masyarakat. Teori tersebut adalah pendirian bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupan.
Dalam memandang religi saya menggunakan pendekatan fungsionalisme dalam strultural-fungsionalisme. Teori ini memandang sebuah religi merupakan sebuah kebutuhan psikologis. Religi/agama merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan dimana agama dibutuhkan karena manusia merasa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat berlindung dan memohon pertolongan, sehingga keseimbangan manusia dilandasi dengan kepercayaan beragama. Kebutuhan psikologis manusia terhada agama yakni engaruh yang datangnya dari jiwa seseorang, bagaimana ia berfikir, bersika, berinteraksi yang menimbulkan keyakinan untuk daat menghadirkan tuhan, karena manusia menyadari akan keterbatasan dan kekurangannya untuk melindungi dirinya dari suatu yang tidak sanggup ia hadapi, keyakinan itu masuk dalam kontruksi kepribadiannya.