Pada tanggal 20 Februari 2011 lalu Gubernur Jawa Tengah telah meresmikan Car Free Day (CFD) jilid 2 untuk kawasan Jalan Pahlawan dan Simpang Lima. Sehingga sekarang masyarakat kota Semarang dapat menikmati kawasan bebas kendaraan bermotor pada hari Minggu pada pukul 06.00 – 09.00 WIB di 3 (tiga) tempat : Jalan Pemuda, Jalan Pahlawan dan Simpang Lima.
Rasa antusias masyarakat Semarang tampak sekali dari kegiatan rutin tersebut. Dari pengamatan saya tiap arena CFD semarak dengan banyaknya komunitas-komunitas yang meramaikannya, dari komunitas sepeda, fotografi, musik, skate board, sepatu roda, breakdance dan masih banyak lagi.
Sebagai perbandingan, walikota Bogota, Kolombia mengadakan acara yang disebut ”Ciclovia” atau ”pesta sepeda”,
Dua contoh kebijakan di atas sudah selayaknya menjadi contoh bagi kita masyarakat kampus. Sebagai wujud partisipasi anggota masyarakat global, konsep CFD layak menjadi pertimbangan untuk menerapkannya di kampus Unnes tercinta.
Sejak tanggal 19 Desember 2010 lalu Unnes sudah mulai membuat acara ”Pasar Krempyeng Nyeni” pada tiap hari Minggu, setidaknya ini menjadi titik semangat untuk mengembangkan kegiatan rutin ini menjadi lebih bermanfaat untuk menggalang partisipasi masyarakat kampus dan masyarakat sekitar kampus Unnes menyumbangkan perannya pada lingkungan hidup.
Acara ”Pasar Krempyeng Nyeni” bisa dijadikan hari khusus bagi masyarakat kampus dan masyarakat sekitar Unnes untuk ”belajar memaknai” hidup tanpa kendaraan bermotor.
Alternatif lain yang lebih berani adalah menyelenggarakan kegiatan CFD pada hari kerja. Seluruh sivitas akademika pada hari tertentu diwajibkan bermobilitas di kampus tanpa kendaraan bermotor. Tentu hal ini menyangkut kebijakan dan kesepakatan seluruh sivitas akademika itu sendiri.
Lalu kenapa CFD ini saya anggap menarik. Tak sebatas mengurangi polusi udara, tapi ternyata CFD mempunyai manfaat yang lebih dalam dan lebih luas, setidaknya sesuai dengan pengalaman saya tiap Minggu pagi bersepeda di acara tersebut.
Kegiatan CFD bisa membei efek berantai yang sungguh positif: menggalang kebersamaan; memupuk naluri gotong royong; menumbuhkan kepercayaan antar sesama warga, bahkan antar warga dengan aparat pemerintah; bibir yang semula berkerut ke depan tertarik ke samping membentuk senyum lebar. Aktivitas bertemu orang banyak, dari masyarakat sipil hingga para aparat yang dalam keseharian terkungkung dalam label atasan-bawahan, aparat hukum-sipil, lawan-kawan politik langsung lebur dalam satu suasana : kebersamaan.
CFD merupakan peluang untuk berinteraksi informal secara positif antarsesama setelah lama tenggelam dalam individualisme keseharian.
Ruang publik ini saya anggap menjadi alasan terbaik untuk de-stress, keluar rumah menikmati udara segar, berolahraga, bertemu orang-orang. Hal terpenting dalam acara adalah terwujudnya integrasi sosial, CFD Unnes saya angankan membuat warga bersatu, dan menyatu dengan kampusnya. CFD membuat hidup lebih berkualitas. Warga kampus dan sekitarnya menjadi lebih toleran, mereka menjadi lebih sadar akan tindakan-tindakannya, dan lebih bahagia. Di kegiatan ini dijamin akan banyak tawa, sapa, senyum, dan saling berterimakasih. Luar biasa bukan?
Unnes berkomitmen menjadi Universitas Konservasi, sudah punya acara Pasar Krempyeng Nyeni, sudah punya Kalpataru, sudah punya banyak sepeda, tak ada salahnya mengagendakan CFD sebagai acara penting sebagai wujud pelayanan publik. Memposisikan peran Unnes sebagai pembuat konsep yang bisa menyatukan semua elemen dalam sebuah sistem pengelolaan lingkungan yang diharapkan bisa membangun kesadaran tentang pentingnya sebuah pengelolaan lingkungan hidup.
So I wanna say : Car Free Day di Unnes? Kenapa tidak?
(Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Dosen dan Tendik. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan)
0 Responses
Stay in touch with the conversation, subscribe to the RSS feed for comments on this post.