Pagi yang indah tak bersyarat,
Tanpa kesah menghadirkan embun, cakrawala dan mentari
Pagi ikhlas menerima dera siksa manusia dengan
sampah, asap knalpot, limbah racun
Pagi tanpa hutan, tanpa kicau burung, tanpa humus
Telah terbiasa.
Terbiasa perih, terbiasa menerima tanpa pembelaan.
Pagi dengan luka membatu, bertahun-tahun tertimbun
berat hati meminta hujan, angin, petir dan air :
untuk mengirim pesan dan pertanda pada manusia : tentang ketidakberdayaan
tentang luka dalam
tentang Pagi
(karya pribadi, termuat dalam “Syair Hijau : Antologi Puisi Konservasi Unnes” hal.51)
0 Responses
Stay in touch with the conversation, subscribe to the RSS feed for comments on this post.