Antropologi Kesehetan apa itu? Bisa di mana saja dan kapan saja
Rumit memang menjelaskan sebuah ilmu pengetahuan yang dianggap baru lahir dan tergolong dalam rumpun ilmu pengetahuan sosial-humaniora. Terlebih ilmu-ilmu pengetahuan sosial di Indonesia sering dianggap ilmu pengetahuan yang kurang penting dan dinomorduakan. Hal ini terlihat sewaktu pemilihan jurusan pada SMA, cenderung memilih pada jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan menjadi favorit para siswanya daripada jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang memiliki anggapan sebagai jurusan buangan bagi siswa yang tidak diterima di jurusan IPA. Jurusan IPA dianggap lebih menjanjikan dan memiliki masa depan yang lebih baik daripada jurusan IPS. Mungkin hal ini juga yang menjadikan sebagian masyarakat kurang memahami dan minat terhadap ilmu-ilmu sosial.
Salah satu yang bernaung dalam ilmu sosial adalah Antropologi. Hampir sebagian masyarakat pasti bingung dan tidak tahu apa itu Antropologi? Apa yang dipelajari? Setelah lulus dan menjadi sarjana Antropologi bisa jadi apa, serta bidang pekerjaan apa yang bisa dimasukinya? Pertanyaan-pertanyaan yang seperti ini memanglah wajar bagi seorang yang bukan mahasiswa atau orang yang sedang belajar tentang ilmu Antropologi. Sebelum jauh melangkah akan lebih baik jika kita mendiskusikan mengenai definisi Antropologi itu sendiri. Istilah “antropologi” berasal dari bahasa Yunanai asal kata “anthropos” berarti “manusia”, dan “logos” berarti “ilmu”, dengan demikian secara harfiah Antropologi berarti ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia . Jadi antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau pemahaman tentang mahluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, dan kebudayaannya. Seorang yang bernama Koentjaraningrat yang dianggap sebagai Bapak Antropologi Indonesia memberikan kebudayaan sebagai kajian ilmu Antropologi sebagai berikut, “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Jadi dapat dikatakan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak semata-semata natural atau alami, melainkan dijerat oleh kebudayaan . Jadi bila dilihat definisi kebudayaan dari Koentjaraningrat, kebudayaan meliputi apa yang dipikirkan, dilakukan dan dihasulkan manusa. Hampir segala sesuatu yang kita kerjakan adalah kebudayaan dari kita bangun tidur sampai akan kembali tidur lagi, dari kita lahir sampai kita dikubur semuanya adalah kebudayaan. Contohnya urusan mengenai makan yang merupakan sebuah kebutuhan biologis dan bersifat alami terdapat perbedaan antara makan seorang Indonesia dengan seorang Belanda, ada kebudayaan yang mempengaruhi pola atau tata cara makan seorang Indonesia dengan seorang Belanda. Ada benarnya bila orang mengatakan adalah tradisi yang diturunkan secara turun-temurun, karena pada definisi kebudayaan di atas ada proses belajar untuk memiliki sebuah kebudayaan. Yang dipelajari dalam Antropologi juga bukan saja masyarakat yang dianggap tertinggal atau suku-suku yang dianggap eksotis dan berbeda dengan yang lainnya yang menjadi tonggak awalnya Antropologi. Tentu Antropologi tidak lepas dari sejarah yang melatar belakangi kelahirannya. Pada mulanya Antropologi dihasilkan dari catatan-catatan para penjelajah yang berasal dari eropa yang mengarungi samudera untuk memperluas wilayah kekuasaan mereka. Mereka melihat bahwa orang-orang yang mereka temukan di luar eropa sangat berbeda kebudayaannya dengan mereka. Kemudian mereka menulis mengenai kebudayaan orang-orang di luar eropa ini dan dibawa kembali ke eropa. Catatan-catatan ini kemudian disebut Etnografi (Etnography) yaitu ilmu yang menggambarkan kebudayaan suku-suku tertentu yang menjadi embrio bagi lahirnya Antropologi. Pada mulanya Antropologi juga disebut dengan Non-Western Sociology atau Sosiologi yang mempelajari masyarakat non-barat (selain eropa). Karena saat itu Sosiologi sudah lahir terlebih dahulu namun pada awal kajiannya Sosiologi hanya mengkaji masyarakat eropa saja.
Apa saja manfaat dari Antropologi sendiri? Tentu setiap orang akan bertanya mengenai kegunaan suatu ilmu pengetahuan bagi dirinya maupun orang lain. Antropologi juga demikian, di dalam dimensi keilmuan Antropologi terbagi dalam Antropologi Murni (Pure Science) dan Antropologi Terapan (Applicated Science). Antropologi Murni adalah Antropologi yang lebih menitik beratkan pada pengembangan ranah keilmuan Antropologi itu sendiri, atau mengembangkan atau menciptakan teori-teori Antropologi yang baru. Sedangkan Antropologi Terapan adalah dimensi keilmuan Antropologi yang digunakan secara praktis atau nyata untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam bermasyarakat. Cabang dari Antropologi terapan di antaranya adalah Antropologi Pendidikan, Antropologi Ekonomi, Antropologi Ekologi, Antropologi Pedesaan. Antropologi Perkotaan, Antropologi Agama, dan Antropologi Kesehatan. Mungkin pertanyaan yang akan muncul bila melihat cabang-cabang dari Antropologi terapan adalah bagaimana kerjanya dan bagaimana kaitannya dengan ilmu-ilmu yang lain yang masuk ke dalam Antropologi terapan itu sendirii? Semisal Antropologi Ekonomi, tentunya hal ini terdiri dari dua ranah keilmuan yang berbeda yaitu Antropologi itu sendiri dan ilmu Ekonomi yang jelas memiliki kajian yang berbeda. Namun yang harus kita perhatikan adalah ada titik temu di antara kedua ilmu tersebut, dalam ilmu Antropologi manusia menjadi objek kajian karena menjadi pencipta dan penganut kebudayaannya, sedangkan dalam ilmu Ekonomi manusia sebagai pelaku ekonomi. Di sini terjadi titik temu yaitu manusia itu sendiri.
Salah satu cabang Antropologi Terapan yang juga erat kaitannya dengan kehidupan manusia adalah Antropologi Kesehatan. Antropologi kesehatan membicarakan masalah konsep sakit, sehat, pengobatan tradisional, serta kebiasaan atau perilaku dan pantangan suatu kelompok masyarakat terhadap makanan tertentu . Antropologi Kesehatan mempelajari gejala Biobudaya → aspek biologis, sosiobudaya → tingkah laku manusia dan Interaksi kesehatan dan penyakit dari berbagai segi terutama terkait dengan budaya.Terkadang secara tidak sadar penyakit, sakit dan sehat seseorang juga ditentukan oleh masyarakat dan kebudayannya. Semisal fenomena yang terjadi dalam masyarakat suku Fore di Papua. Di sana sering terjadi seringnya terjadi kematian pada perempuan yang disebabkan kerusakan sistem saraf otak yang disebut penyakit kuru. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmu medis mengalami kesulitan dalam menemukan penyebabnya. Di sinilah kemudian Antropologi Kesehatan masuk, mencari tahu penyebabnya dengan melihat kebudayaan milik mereka. Ternyata memang ada kaitannya antara kebudayaan mereka dengan penyakit kuru tersebut. Penyakit kuru ini disebabkan oleh ritual dalam kematian seseorang dengan memakan “otak” dari orang yang meninggal itu oleh anggota suku Fore yang perempuan. Proses kebudayaan inilah yang menyebabkan penyakit kuru yang dianggap oleh masyarakat suku Fore adalah sebuah penyakit kutukan dari dewa. Setelah itu dilakukanlah rekonstruksi kebudayaan masyarakat suku Fore untuk mengganti atau menghilangkan kebudayaan memakan “otak” itu. Sehingga tidak lagi terjadi kematian lagi akibat penyakit kuru ini. Dalam contoh fenomena di atas jelas Antropologi Kesehatan dapat masuk dan berkolaborasi dengan ilmu kesehatan untuk mencari penyebab dan solusi dari suatu penyakit ataupun gangguan lain dalam kesehatan manusia. Sama seperti dalam contoh mengenai Antropologi Ekonomi, yang antara ilmu Antropologi dan ilmu Ekonomi yang memiliki titik temunya, yaitu manusia itu sendiri.
Selain itu kajian dari Antropologi kesehatan salah satunya adalah mengenai pengobatan tradisional, atau dalam istilah Antropologi Kesehatan disebut “Etnomedisin” (Etnomedicine). Dilihat dari etimologinya etnomdisin, “Ethnic” dan “Medicine” yang dapat diartikan sebagai pengobatan tradisional yang berasal dari masyarakat. Dalam definisi lain juga menyebutkan bahwa etnomedisin adalah cabang Antropologi yang membahas tentang asal mula penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok tertentu. Lebih nyatanya dapat kita dalam system pengobatan tradisional China yaitu akupuntur. Pengobatan akupuntur ini sudah ada sejak zaman dahulu di china dan dimiliki masyarakat china. Di mana sistem pengetahuan medisnya yang dianggap “tradisional”, namun sampai era globalisasi ini masih tetap ada. Sebenarnya dalam masyarakat yang dianggap masih sederhana mereka memiliki sistem pengetahuan mengenai konsep penyakit, sakit dan penyakit. Mereka memiliki sudut pandang dalam menyikapi penyakit. Terkadang dalam suatu masyarakat suatu gangguan dalam tubuh yang dalam dunia medis dikategorikan sebagai sakit belum tentu dalam sudut pandang masyarakat adalah penyakit. Diperlukan analisa lebih mendalam mengenai penyakit tersebut. Terkadang penyakit juga disebabkan oleh sebuah kebudayaan terutama dari wujud perilakunya. Dalam menangani sebuah fenomena penyakit ilmu medis tidak bisa serta merta berdiri sendiri. Mereka (ilmu medis) juga harus berkolaborasi dengan Antropologi Kesehatan untuk mencari lebih mendalam mengenai penyebab penyakit tersebut tidak saja dari unsur medisnya namun dari kebudayaannya. Jadi Antropologi, dalam hal ini adalah Antropologi Kesehatan dapat berkolaborasi dengan ilmu-ilmu medis modern untuk bekerjasama dalam menagangi suatu penyakit yang menjadi permasalahan.
3 comments
Dokter Masyarakat ded. huuuu.. :thumbup
ini template namanya apa ded? kereeenn..
tampilannya bagus. paling cuma header (paling atas) itu terlalu tinggi/lebar/besar menurut saya. ^^
lanjutkan; mengukir ‘keabadian’ yang kini masih tersembunyi rapi dalam pikiran, bang (baca: menulis).. hehe 😀
Author
Amin 😀