Di dunia barat ada sebuah frasa yang mengatakan bahwa satu satunya hal yang tak bisa di hindari di dunia adalah kematian dan selanjutnya adalah pajak. Meski seperti anekdot, tetapi untuk kasus yang pertama adalah premis yang akan berakhir dengan absolut, dimana manusia pasti akan menghadapi kematian. Karena kematian adalah sesuatu yang pasti, maka setiap budaya pasti memiliki tradisi cara untuk mengurus mayat sebagaimana kepercayaan yang ada. Ada beberapa prosesi pengurusan mayat yang umum di kenal oleh sebagian besar umat manusia, yaitu penguburan di dalam tanah, baik dengan atau tanpa peti, lalu dengan cara kremasi. Namun ada satu budaya penguburan lain yang jauh lebih membuat bergidik dianding keduanya, yaitu prosesi sky burial di pegunungan Himalaya.
wilayah pedesaan di tibet
Tibet sendiri adalah sebuah negara kecil yang mengalami pasang surut dengan China, yang sebagian besar wilayahnya berada di ketinggian lebih dari 4.900 m. Mungkin bagian timur negeri atap dunia tersebut terlihat indah dengan hijaunya hutan sub tropis dan sungai yang mengalir melintasinya, tetapi di bagian barat terdapat keadaan yang sedemikian dingin dan kering. Keadaan yang ekstrim tersebut telah memaksa manusia untuk beradaptasi dengan alam untuk memproses jasad dari mereka yang telah berpulang. Karena tidaklah memungkinkan untuk dikubur karena tak adanya bakteri pengurai, atau jika ingin melakukan kremasi, juga mustahil karena ketiadaan kayu di wilayah tersebut. Jawaban satu satunya adalah dengan melakukan sky burial, yakni memberikan daging dari mayat kepada burung pemakan bangkai di gunung.
burung pemakan bangkai
Budaya penguburan nan terlihat mengerikan bagi budaya barat ini berawal dari masa awal terbentuknya bangsa Tibet pada sekitar 2.300 tahun yang lalu. pada masa sebelum masuknya agama Buddha masyarakat setempat adalah penganut animisme, yang hingga kini masih menyisakan cerita tentang berbagai kepercayaan lokal. Burung bangkai yang menjadi pengurai dari mayat tersebut oleh bangsa Tibet adalah dipercaya bukanlah semata sebagai pengorek mayat, tapi dianggap sebagai elang suci, sebuah Dakini, jin penghuni langit. Ada sebuah cerita ketika ada seorang prajurit China menembak seekor burung bangkai di akhir 90 an, para penduduk lokal kemudian bereaksi dengan menghujani prajurit tersebut dengan lemparan batu.
Prosesi dalam sky burial adalah ketika ada seseorang meninggal dunia, maka jasad nya akan disimpan dalam posisi duduk selama 24 jam. Sementara itu seorang Lama atau pemuka agama akan membacakan doa doa untuk almarhum. Setelah itu sang mayat didiamkan selama 2 hari untuk masuk dalam fase selanjutnya dalam kematian seperti yang dipercaya oleh masyarakat setempat, dan keluarga dari yang meninggal melakukan persembahan di kuil dan berdoa untuk yang berpulang. Setelah mayat tersebut telah di berkati, di bersihkan dan dibungkus dengan kain putih. Kemudian tulang belakang dari tubuh mayat tersebut dipatahkan agar dapat ringkas dibawa dengan cara di gendong di punggung teman dekat atau anggota keluarga menuju tempat prosesi pemakaman.
penggendongan mayat ke tempat prosesi
Setelah sampai di tempat untuk prosesi pemakaman, yang biasanya terletak di sebuah tempat yang lebih tingi dari desa tempat tinggal penduduk, mayat diletakan diatas batu. Pengerjaan sky burial biasa dikerjakan oleh salah satu, baik oleh juru kubur atau disebut rogyapa, atau lama yang bertugas untuk penguburan. Langkah pertama yang dilakukan adalah membakar dupa untuk mengundang burung bangkai, dan proses pemotongan mayat menggunakan kapak atau pisau ritual pun dimulai.
pemotongan mayat
Rambut adalah bagian yang pertama dipotong, menyusul pengirisan kepada bagian bagian tubuh, isi perut kemudian dikeluarkan dan pemotongan anggota tubuh. Setelah daging teriris terpisah dari tulang, maka kemudian segera dilemparkan kepada elang pemakan bangkai yang telah menunggu pesta kecilnya dimulai. Terakhir ketika dagingnya sudah habis dimakan, maka dilanjutkan dengan menumbuk tulang yang tersisa dengan palu, mengeluarkan otak dan dicampur dengan gandum agar mudah dimakan oleh para burung yang masih menanti hingga ritual berakhir.
burung pemakan bangkai mulai memakan mayat
Meski ritual pemberian mayat kepada hewan ini bukanlah satu satunya di dunia, karena hal tersebut juga dilakukan oleh penganut kepercayaan Zoroaster di Iran dan India, dan ada juga tree burial yang dilakukan oleh suku Sioux di Amerika.
tree burial
Terdapat berbagai nilai filosofis dari perjalanan ritual pemakaman yang membuat bergidik tersebut. Sebuah kepercayaan dari paham bahwa dalam kematian ada kehidupan, satu sisi perjalanan dari sebuah jiwa yang meneruskannnya di alam lain, dan juga berlangsungnya hidup dari para burung elang pemakan bangkai dari sebuah kematian jasad manusia tersebut. Di perbukitan dalam dataran tinggi Tibet, sebuah kehangatan jiwa manusia di tempat yang dingin menusuk, kita bisa menemukan sebuah gambaran dari jiwa yang lepas dengan bahagia untuk meneruskan ke kehidupan selanjutnya karena telah memberi kehidupan bagi makhluk lain.
sumber :
https://www.fakta.web.id/sky-burial-ritual-pemakaman-nan-nggegirisi-ala-negeri-atap-dunia.html