RSS

Budaya Kekerasan dalam Perspektif Nilai-Nilai dan Etika Masyarakat Jawa

Masyarakat jawa sering diidentikkan dengan “putri solo” yang lemah gemulai, lembut, halus dan penuh tata krama dalam tutur kata dan perilaku nya. Masyarakat yang masih kental dengan kebudayaan jawa nya adalah masyarakat keraton Yogyakarta dan keraton Surakarta. Hal ini menyebabkan keraton Yogyakarta dan keraton Surakarta menjadi simbol yang identik dengan kebudayaan yang adiluhung, halus, aristokrasi, klasik dan hierarkis. Dilihat dari filosofis sejarahnya, masyarakat jawa dahulu adalah etnis yang keras dan menjadi bangsa penakluk. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya imperium majapahit menjadi kerajaan jawa yang menaklukan wilayah seluruh Asia Tenggara dan seluruh Pulau Jawa kecuali Banten dan Batavia bahkan sampai Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Tetapi dengan adanya pergeseran kebudayaan yang kasar menuju kebudayaan yang halus dan sopan. Budaya kekerasan pada masyarakat juga dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Kebudayaan jawa ideal nya bersifat halus, sedangkan kebudayaan jawa yang memiliki watak kasar merupakan watak dasar manusia yang didapat tanpa usaha. Dalam masyarakat jawa, watak dan perilaku alus disimbolkan dengan arjuna sedangkan watak dan perilaku kasar disimbolkan dengan buto cakil. Watak dan perilaku kasar dalam budaya jawa di implementasikan dengan kekuatan fisik, penampilan sangar, banyak bicara, agresf, dan senang dengan kekerasan sedangkan warak dan perilaku alus dalam budaya jawa di implementasikan dengan bicara alus, gerakan yang dilakukan sederhana serta memiliki pengendalian diri. Budaya kekerasan pada masyarakat jawa dianggap tidak sesuai dengan citra masyarakat jawa dan bertentangan dengan nilai serta etika masyarakat jawa. Dalam kebudayaan jawa prinsip hormat, rukun dan isin dianggap sebagai parameter (alat ukur) dalam menentukan baik buruk, tinggi rendah, mulia hina suatu perilaku dan watak masyarakat jawa. Watak kasar dalam budaya jawa identik dengan wong cilik, anak muda, dan wong sabrang (orang asing) sedangkan sifat alus juga sering menjadi tolak ukur apakah seseorang itu masyaraat jawa atau bukan. Apabila seseorang merupakan bagian dari masyarakat jawa tetapi dia memiliki watak halus dan masih menampilkan perilaku kasar, maka orang tersebut belum njawani.


0 Comments Add Yours ↓

  1. 1

    walaupun saya tidak mengambil mata kuliah religi dan etika masyarakat jawa, saya menjadi lebih mengerti tentang Nilai-Nilai dan Etika Masyarakat Jawa. semangat menulis yah 😀 jangan pacaran terus yaaaaa 😉 🙂

    • 2

      alhamdulillah jika artikel nya dapat membuat para pembaca lebih mengerti tentang nilai-nilai dan etika masyarakat jawa 🙂 ayayas juga semangat mencari jodohnya ya ? 😛

  2. 3

    simple, to the point, bagus buu lanjutkan

  3. 4

    ya. masyarakat jawa ternyata mengalami perubahan ya.

  4. 5

    semangat dan lanjutkan juga bu guru 🙂

  5. 6

    bagus broh



Your Comment

You must be logged into post a comment.