Konservasi Harus Dijiwai#1
Konservasi merupakan bagian dari “perawatan” lingkungan hidup. Istilah konservasi berasal dari kata “conservation” yakni “con” (together) dan “servare” (to keep atau to save), yakni usaha memelihara milik kita, sedangka konservasi sumber daya alam meliputi kegiatan perlindungan sumber daya alam, pengawetan sumber daya alam, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.
Di kampus Sekaran, 12 Maret 2010, keberadaan Unnes sebagai universitas konservasi telah dideklarasikan. Dengan deklarasi itu, seluruh warga Unnes bertekad untuk selalu menjunjung tinggi prinsip perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan pengembangan secara lestari terhadap sumber daya alam dan budaya luhur bangsa. Unnes juga menempatkan konservasi sebagai wujud tridarma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Konservasi di Unnes juga berlandaskan pada pilar konservasi yaitu 7 pilar konservasi. Ketujuh pilar tersebut adalah Pilar keanekaragaman hayati, pilar energi bersih, pilar arsitektur hijau dan transportasi internal, pilar kebijakan nirkertas, pilar pengelolaan limbah, pilar etika seni dan budaya, pilar kader konservasi.
Tapi apakah warga Unnes sudah menerapkan pada kesehariannya? Paling tidak apakah mereka mengetahui dan memahami makna itu sendiri. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui kata “konservasi”, dan mereka hanya membanggakan Unnes sebagai Universitas Konservasi. Saat mereka ditanya apa itu konservasi, jawaban mereka singkat. Yang mereka tahu konservasi adalah lingkungan yang hijau. Mereka hanya membanggakan, tapi tidak ikut serta untuk berkontribusi dalam mewujudkan Unnes sebagai kampus konservasi.
Jika warganya belum memahami makna konservasi secara matang, bagaimana mereka menerapkan dalam kehidupan nyatanya. Buktinya, saat ada sampah banyak orang hanya lalu lalang saja. Belum terbentuk jiwa konservasi yang sebenarnya. Banyak juga kendaraan yang masuk jalur yang tidak seharusnya. Dari mahasiswa hingga kalangan atas dalam kampus Unnes belum terasa sempurna dalam memiliki dan mengelola kampus konservasinya sendiri. Kata konservasi hanya diucapkan, belum sampai diresapi dalam hati.
Salah satu program di Unnes untuk memperdalam pengetahuan tentang kampus konservasi adalah dengan adanya Mata Kuliah Umum Pendidikan Konservasi. Melalui pembelajaran tersebut mahasiswa diharapkan dapat lebih memahami makna konservasi itu sendiri. Diharapkan pula tidak hanya mengetahui, tetapi kemudian memahami dan menerapkan dalam kehidupan dikampus, dikampung halaman dan dimana saja.
Konservasi memang telah menjadi visi universitas. Lengkapnya, universitas konservasi bertaraf internasional yang sehat, unggul, dan sejahtera. Dari visi tersebut banyak harapan yang harus dicapai. Sehat, warga Unnes harus sehat jasmani dan rohani. Unggul, warga Unnes dari mahasiswa, dosen hingga pemimpin-pemimpin harus unggul dalam berprestasi dan unggul berkarya. Sejahtera, jika warganya sehat, dan memiliki keunggulan dalam bersaing berprestasi, Unnes akan ada pada masa sejahtera untuk warganya.
Jiwa konservasi masih menjadi PR untuk semuanya, baik universitas, warga Unnes dan mahasiswanya. Kita masih harus mengoreksi diri apakah kita sudah benar-benar merasa memiliki, melindungi dan ikut menjaga kampus konservasi Universitas Negeri Semarang ini.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”