Klasifikasi Tanaman Lidah mertua Sansevieria atau lidah mertua merupakan salah satu tumbuhan yang mampu menyerap racun (polutan) berbahaya di udara. Tanaman sansevieria atau Lidah Mertua mampu bertindak sebagai pembersih udara dengan menyerap dan menetralisir polutan (racun) dari udara. Tanaman penyerap racun yang mempunyai bentuk khas dan mudah dikenali ini merupakan sebuah genus dengan nama Sansevieria yang terdiri atas sekitar 70 spesies (jenis).
Selain dikenal dengan Sansevieria, tanaman ini dikenal juga dengan nama lidah mertua atau lidah jin. Nama tumbuhan ini dalam bahasa Inggris, selain dikenal dengan Sansevieria juga dinamai snake plant, mother-in-law´s tongue, devil’s tongue, jinn’s tongue, dan bow string hemp.
Klasifikasi:
- Kerajaan: Plantae;
- Divisi: Magnoliophyta;
- Ordo: Asparagales;
- Famili: Asparagaceae;
- Genus: Sansevieria.
Diskripsi Tumbuhan Sansevieria. Secara umum sansevieria (lidah mertua) dapat dikelompokkan menjadi dua jenis. Jenis dengan daun pendek (sekitar 8 cm) dan jenis dengan daun panjang (50-70 cm). Sansevieria memiliki daun yang berwarna beragam, mulai hijau tua, hijau muda, hijau abu-abu, perak, dan warna kombinasi putih kuning atau hijau kuning. Motif alur atau garis-garis yang terdapat pada helai daun juga bervariasi, ada yang mengikuti arah serat daun, tidak beraturan, dan ada juga yang zig-zag.
Ciri sansevieria (lidah mertua) secara umum lainnya memiliki rimpang, berdaun tebal, serta ujung daunnya runcing atau berduri. Mampu menyimpan air dalam jumlah yang banyak pada seluruh bagian tubuh. Mampu hidup di daerah yang kering dan tandus sekalipun. Macam jenis sansevieria bisa mencapai 70 spesies. Bahkan jika termasuk jenis hibrida macamnya bisa mencapai dua kali lipat lebih. Beberapa spesies sansevieria antara lain; Sansevieria angustiflora , S. cylindrica, S. dawei, S. ehrenbergii, S. grandis, S. hyacinthoides, S. kirkii, S. metallica, S. trifasciata, dan lain-lain.
Lidah Mertua
Sansevieria sp. Blue Leaf termasuk tanaman yang sulit diperbanyak dan lambat pertumbuhannya. Anggota dari marga Agavaceae ini terdiri atas sejumlah spesies yang beragam sifat propagasinya. S. cylindrica seperti halnya Sansevieria Blue Leaf, termasuk spesies yang sulit propagasinya, sedangkan S. trifasciata termasuk lebih mudah karena menghasilkan rimpang cukup intensif, dan kemudian tunas-tunas tumbuh dari rimpang tersebut. Secara fisik, Sansevieria Blue Leaf mirip dengan S. pinguiculata, tanaman hias yang telah lebih dulu digemari masyarakat dan harganya tinggi.
Kandungan Lidah Mertua
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menggali potensi tanaman ini. Menurut Afolayan et al. (2008). S. hyacinthoides mengandung senyawa fenol, proantosianidin, dan flavonoid yang berpotensi terhadap antibakteri dan antioksidan. Adanya zat-zat alami pada daun lidah metua yang bekerja sebagai antioksidan, diharapkan dapat menanggulangi perkembangan sel kanker.
Dalam buku Tanaman Obat dan Khasiatnya Seri II (Hariana, 2008) dikatakan bahwa sifat kimiawi daun Lidah Mertua berasa pedas dengan efek farmakologis untuk mengobati demam, flu, batuk, sakit tenggorokan, sakit gigi, sariawan, gusi berdarah, kencing manis, kekurangan vitamin C, menghilangkan dahak dan haus, serta diphteria. Manfaat Lidah Mertua lainnya yaitu untuk mengobati darah tinggi, radang saluran pernapasan, diare, sífilis, TBC kelenjar (Tuberculous lymphadenopathy), ambeien (wasir), astringent, hypotensif, mengobati bengkak (edema), eksim, bisul, digigit lipan, digigit ular berbisa, fistula ani (anal fistula), sakit gigi, penyubur rambut, penyakit telinga untuk menurunkan panas (antipiretik).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Sansevieria mengandung banyak senyawa metabolit sekunder. Bagian tanaman Sansevieria yang berpotensi sebagai obat adalah bagian daun dan rimpangnya. Kandungan kimia daun dan rimpang S. trifasciata yang telah dilaporkan adalah vitamin C, tanin, glukogalin, asam galat, asam elegat, korilagin, terchebin chebulagic acid, chebulinic acid, 3,6-digaloilglukosa, mucid acid, abamagenin, phylembic acid dan emblikol (Hariana, 2008). Selain itu, dalam uji fitokimia yang dilakukan oleh Yoshihiro et al. tanaman ini juga mengandung karbohidrat, saponin, glikosida (1996), dan steroid (1997).
Manfaat penting Lidah Mertua sebagai pengobat diabetes karena Lidah Mertua mengandung berbagai senyawa berkhasiat obat seperti asam galat, vitamin C, dan garam-garam mineral bermanfaat. Asam galat merupakan turunan dari senyawa fenol. Senyawa asam galat yang disebut gallic acid berperan dalam berbagai aktifitas penyembuhan penyakit seperti diabetes. Peranan kandungan komponen bioaktif tersebut antara lain sebagai zat yang dapat memperlancar sistem pencernaan tubuh seperti organ pankreas sehingga organ pankreas yang rusak dapat aktif kembali dalam memproduksi hormon insulin yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu juga kandungan vitamin C berfungsi untuk meningkatkan stamina dan vitalitas organ tubuh. Adapun efek kandungan kimia dalam Lidah Mertua adalah sebagai berikut :
- Glikosida Saponin. Dengan pemakaian dosis tinggi mampu menghasilkan efek pereda nyeri.
- Saponin bermanfaat untuk mempengaruhi kolagen, misalnya dalam menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan. Misalnya dalam menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan.
- Asam Galat bermanfaat untuk mengobati albuminuria dan diabetes. Asam galat bertindak sebagai zat yang dapat memperlancar sistem pencernaan tubuh seperti organ pankreas sehingga organ pankreas yang rusak dapat aktif kembali dalam memproduksi hormon insulin yang diperlukan oleh tubuh. Asam galat juga digunakan sebagai zat terpencil dalam kasus-kasus pendarahan internal.
- Beberapa bahan aktif lainnya akan meningkatkan fungsi mental melalui efek penenang, antistres, dan anticemas.
Manfaat Lidah Mertua
- Sansevieria mampu menyerap polutan berbahaya yang terdapat di udara sebab Sansevieria mengandung bahan aktif pregnan glikosid yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia (Yoshihiro et al. 1997).
- Sansevieria juga menjadi objek penelitian tanaman penyaring udara NASA (National Aeronautics and Space Administration) untuk membersihkan udara di stasiun ruang angkasa. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Wolfereton Environmental Service (1999), menyatakan bahwa setiap helai daun Sansevieria bisa menyerap formaldehid sebanyak 0.938 ȝg per jam. Riset lainnya dapat disimpulkan bahwa untuk ruangan seluas 100 m2cukup ditempatkan S. trifasciata Laurentii dewasa sebanyak 5 helai dalam ruangan tersebut agar bebas polutan (Arnold 2004).
- Getah lidah mertua dapat digunakan sebagai obat antiseptik. Jika direbus, akarnya bisa dimanfaatkan untuk tonik penyegar rambut dan obat wasir. Sedangkan bagian daunnya bila dibakar, bisa menyembuhkan sakit kepala dan demam. Selain dibakar, daun juga dapat direbus untuk perawatan diabetes.
- Bagian daun dari Sansivieria trifasciata lorentii ini bisa dimanfaatkan untuk mengobati bengkak, penyakit kulit seperti eksim, sakit gigi, wasir, pencegah flu, dan penawar racun dari binatang berbisa.
- Sansieviera ini juga bermanfaat untuk mengobati penyakit dalam seperti diabetes. Bagi penderita diabetes, daun tanaman Sansevieria trifasciata ‘lorenttii’ ini bisa menjadi obat alternatif.
- Bagian buahnya mengandung senyawa astrigen yang menyejukkan sehingga dapat menurunkan panas, mencegah peradangan, mengobati batu ginjal, radang tenggorokan dan peluruh urin.
- Bagian Akarnya yang memiliki rasa tawar bermanfaat menurunkan tekanan darah, mengobati diare, sifilis serta wasir .
Kesimpulan
Lidah Mertua termasuk tanaman yang sulit diperbanyak dan lambat dalam pertumbuhannya. Lidah Mertua juga termasuk tanaman hias yang digemari masyarakat. Lidah Mertua mempunyai banyak manfaat dan khasiat yang berguna bagi manusia salah satunya adalah obat diabetes karena Lidah Mertua mengandung berbagai senyawa berkhasiat obat seperti asam galat, vitamin C, dan garam-garam mineral yang bermanfaat. Jadi pemanfaatan lidah mertua dapat lebih ditingkatkan karena banyak kandungan-kandungan yang berguna.
DAFTAR PUSTAKA
https://biologi.ipb.ac.id/jurnal/index.php/jsdhayati/article/view/10/3