Mahasiswa emang ngga lepas dari tugas-tugas yang tentunya ngga sedikit, tapi bejibunan. Tugas-tugas itu pada dasarnya bukanlah untuk memberatkan mahasiswa atau semacamnya, melainkan ditujukan agar meningkatkan kualitas kognitif dan penalaran juga intelektual mahasiswa itu sendiri. Perlu kita sadari bahwasannya, mahasiswa adalah kader bangsa, penerus bangsa, dan penentu arah bangsa di saat ia terjun di masyarakat nanti dengan menyandang gelar kesarjanaannya. Meskipun agak berlebihan, tapi tugas yang diberikan oleh dosen memanglah penting, tidak seta merta dosen hanya memberikan tugas dalam jumlah banyak tanpa adanya substansi yang menyertainya. Namun, seringkali, kita, sebagai mahasiswa just do it aja, tanpa menyadari substansi dari tugas-tugas itu. Tidak lain karena kita melihat tugas itu dari sudut pandang yang salah.
Nah, tahukah kalian? Sudut pandang yang salah dapat berakibat fatal lho…Apa coba? Yep, sesuai dengan judulnya, kita akan membahas tentang deadliner. Hm, deadliner? Apa hubungannya?
Jadi, ini nih. Saat kita menggunakan sudut pandang yang salah mengenai tugas-tugas, ada rasa terbebani dan enggan untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Saat kita mengerjakannya tidak secara professional dan maksimal, hanya sebatas ‘yang penting selesai’. Betul? Wah, banyak yang ngangguk-ngangguk setuju nih kayanya.
Faktor mahasiswa deadliner sebenarnya bukan hanya faktor perasaan terbebani saja lho, faktor utamanya ialah….MALAS. Waduh, kalau udah bicara malas ribet urusanya, abis malas itu ngga ada obatnya. Rasa malas ini jugalah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya budaya menunda-nunda pekerjaan. Pokoknya susah deh kalau faktor yang menjadikan mahasiswa memiliki kebiasaan deadliner adalah rasa malas.
Nah trus, harus gimana nih dengan nasib mahasiswa-mahasiswa deadliner?
Well, penulis sebenernya juga pernah lho jadi deadliner di bulan-bulan awal semester satu, sekarang pun kadang-kadang masih nge-deadliner kalau ada tugas yang kelupaan, hehe. Jangan ditiru ya.
Menurut buku yang saya baca, judulnya Prophetic Learning Cerdas Dengan Jalan Kenabian, karya Dwi Budiyanto, ada beberapa cara untuk melenyapkan rasa malas dan faktor penghambat lain yang membuat kita tidak bersegera mengerjakan tugas.
Hal krusial yang perlu dilakukan ialah kita harus menata diri secara cerdas. Poin-poin penataan diri ini ada empat. Yang pertama ialah Eliminasi, maksudnya, kita mengeliminasi pikiran-pikiran negatif yang ada dalam diri kita. Yang kedua, subtitusi, maksudnya mengganti pikiran-pikiran negatif tadi dengan pikiran-pikiran positif. Istilahya adalah afirmasi positif. Program Ikhtiari yang perlu dilakukan ialah peneguhan diri, dengan meyakinkan diri bahwa kita bisa dan mengganti kebiasan mengerjakan tugas besok dengan mengerjakan tugas sekarang, selain itu yang tak kalah penting adalah melibatkan psikologis dan yakin bahwa Allah SWT akan menolong hambanya yang tengah melakukan perubahan menjadi insan yang lebih baik dan mulia.
Lalu yang ketiga adalah visualisasi. Sudah jelas bukan maksudnya, ya, yaitu penggambaran, maksudnya, kita menggambarkan secara nyata tentang keinginan-keinginan kita.Dengan visualisasi harapan, kita akan memiliki kemauan keras dan semangat yang kuat. Percaya atau ngga, kita akan merasa seperti tidak pernah kehabisan energi untuk mengerjakan semua tugas, lho..Dan yang terakhir adalah ekspektasi rabbani. Dengan doa, kita akan mendapat efek penguatan secara emosional. Lafal-lafal doa yang dipanjatkn dengan khusyuk dan dilandasi keyakinan yang kuat bahwa Allah SWT akan mengabulkan permohonan hamba-Nya akan meningkatkan mtivasi danoptimisme. (Q.S Al-Baqarah: 186; Al-Mu’minun: 60) Keadaan ni menyebabkan bekerjanya fungsi akal dan emosi secara lebih baik.
Lalu, bagaimana implementasinya?
Dengan melaksanakan penataan diri secara cerdas tadi, Insyallah, tumbuh kemauan dan semangat yang kuat dalam diri kita. Kemauan dan semangat kuat inilah yang menjadi pelecut kita untuk terus gigih menuntut ilmu, dan tidak lagi mengenal istilah deadliner. Semua tugas pun juga dikerjakan secara professional dan maksimal karena dikerjakan jauh hari sebelum hari H. Betul, ngga? Betul banget pastinya.
So, masih mau stay jadi mahasiswa deadliner? Uh, ngga banget kan? Ayo, move on, mari kita menata diri kita secara cerdas dan ngga lagi sama istilah deadliner. Ok? ^^
Place your comment