CONTOH PUISI TEMA PERCINTAAN

Kegagalan Cinta

oleh : Ellen Yolla A

Terjerumus aku dalam lautan cintamu

Amat dalam rasa padamu

Tak kuhirau sanak keluarga

Demi dikau yang ada dibenak

Awal mentari menyapa

Hingga senja terlalap

Hanya dikau yang ada dihati

Suatu saat kesedihan menghampiri

Kau tusukkan keris belati pada hati

Janur kuning telah melengkung

Sungguh sedih kurasa

Amat dalam luka menimpa

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

CONTOH MAKALAH STRUKTUR FONOLOGI BAHASA INDONESIA

STRUKTUR FONOLOGI BAHASA INDONESIA

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia

Dosen: Drs. Sukarir Nuryanto, M. Pd.

Disusun oleh:

Ellen Yolla Arnikesari       (1401415002)

Wiwik Fatmawati             (1401415004)

Purbo Wicaksono              (1401415008)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2015

 

 

 

Struktur Fonologi Bahasa Indonesia

  1. Pembuka
    • Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.

Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan  penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan.

  • Rumusan Masalah
    • Apakah yang dimaksud dengan fonologi?
    • Bagaimanakah membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi?
    • Bagaimanakah mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia?
  • Tujuan
    • Untuk menjelaskan pengertian fonologi.
    • Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi.
    • Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia.

 

  1. Pembahasan
    • Pengertian Fonologi

Sebelum diuraikan mengenai fonologi, terlebih dahulu dibahas mengenai struktur. Struktur adalah penyusunan atau penggabungan unsur-unsur bahasa menjadi suatu bahasa yang berpola.

Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berarti ‘bunyi‘ dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi–bunyi bahasa menurut fungsinya. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian, fonologi adalah sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

  • Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa terdiri atas:

  • Fonetik

Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap. Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga jenis fonetik yaitu:

  1. Fonetik artikulatoris

Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Pembahasannya antara lain meliputi masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam memproduksi dalam bahasa itu, mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa, bagaimana bunyi bahasa itu dibuat, mengenai klasifikasi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteria yang digunakan, mengenai silabel, dan juga mengenai unsur-unsur atau ciri-ciri supresegmental, seperti tekanan, jeda, durasi dan nada.

  1. Fonetik akustik

Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara, antara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, dan intensitas bunyi. Juga mengenai skala desibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu. Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian fisika daripada kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki kepentingan didalamnya.

  1. Fonetik auditoris

Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diterima oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami. Dalam hal ini tentunya pambahasan mengenai struktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu, sehingga bisa dipahami. Oleh karena itu, kajian fonetik auditoris lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian neurologi.

Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika yang dilakukan setelah bunyi-bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat di udara. Kajian mengenai frekuensi dan kecepatan gelombang bunyi adalah kajian bidang fisika bukan bidang linguistik. Fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran daripada linguistik. Kajian mengenai struktur dan fungsi telinga jelas merupakan bidang kedokteran.

  • Fonemik

Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1) Bidang linguistik tentang sistem fonem. (2) Sistem fonem suatu bahasa. (3) Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.

Jika dalam fonetik mempelajari berbagai macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.

Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u] dan [r], [a], [b] dan [u]. Jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.

Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang lingusitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.

  1. Fonologi dalam cabang morfologi

Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.

  1. Fonologi dalam cabang sintaksis

Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri?(kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.

  1. Fonologi dalam cabang semantik

Bidang semantik yang berkosentrasi pada persoalan  makna kata pun memanfaatkan hasil telaah fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna. Hasil analisis fonologislah yang membantunya.

  • Fonem-Fonem Bahasa Indonesia
    • Pengertian Fonem

Supriyadi (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan kebahasaan yang terkecil. Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Misalnya /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda karenabara dan para beda maknanya. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari jika satu unsur diganti dengan unsur lain, maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan makna.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.

  • Perbedaan Fonem dan Huruf

Dalam bidang linguistik, huruf sering diistilahkan dengan grafem. Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti. Sedangkan huruf (grafem) adalah gambaran dari bunyi (fonem), dengan kata lain, huruf adalah lambang fonem. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) bahwa huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa.

Untuk memahami struktur fonem, dan perbedaan antara fonem dan huruf (grafem) perhatikan contoh yang tertera dalam tabel berikut.

Susunan Fonem Jumlah Fonem Susunan Huruf Jumlah Huruf Kata yang Terbentuk
/adik/ 4 Adik 4 Adik
/iɳat/ 4 Ingat 5 Ingat
/pantay/ 5 Pantai 6 Pantai

Perhatikan struktur fonologis dari contoh kata dasar berikut.

  1. Nyanyi

nyanyi

nya                              nyi

ny                    a          ny                    i

  1. Syukur

syukur

syu                               kur

sy                     u          k          u          r

  • Sistem Fonologi dan Alat Ucap

Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c) fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,w, dan z).

Bentuk-bentuk fonem suatu bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dibahas dalam bidang fonetik. Terkait dengan hal itu, Samsuri (1994) menyatakan secara fonetis bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga cara, yaitu:

  1. Bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia
  2. Bagaimana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut dan /atau rongga hidung si pembicara merupakan gelombang-gelombang bunyi udara
  3. Bagaimana bunyi itu diinderakan melalui alat pendengaran dan syaraf si pendengar

Cara pertama disebut fisiologis atau artikuler, yang kedua disebut akustis dan yang ketiga auditoris.

Dalam bahasan struktur fonologis cara pertamalah yang paling mudah, praktis, dapat diberikan bukti-bukti datanya. Hampir semua gerakan alat-alat ucap itu dapat kita periksa, paru-paru, sekat rongga dada, tenggorokan, lidah dan bibir.

Alat ucap dibagi menjadi dua macam:

  1. Artikulator; adalah alat-alat yang dapat digerakkan/ digeser ketika bunyi diucapkan
  2. Titik Artikulasi; adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau didekati

Untuk mengetahui alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bahasa, perhatikan bagan berikut.

 

Fonem-fonem yang dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah vokal. Selanjutnya jika bunyi ujaran ketika udara keluar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.

  • Jenis-jenis Fonem
  1. Fonem vokal

Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa Indonesia adalah:

  1. /i/ vokal depan, tinggi, tak bundar
  2. /e/ vokal depan, sedang, atas, tak bundar
  3. /a/ vokal depan, rendah, tak bundar
  4. /∂/ vokal tengah, sedang, tak bundar
  5. /u/ vokal belakang, atas, bundar
  6. /o/ vokal belakang, atas, bundar

Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari hal berikut.

  1. Tinggi rendahnya posisi lidah

Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:

  • vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u]
  • vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [U]
  • vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o]
  • vokal sedang bawah, seperti bunyi [ɛ] dan [ﬤ]
  • vokal sedang tengah, seperti bunyi [∂]
  • vokal rendah, seperti bunyi [a]
  1. Maju mundurnya lidah

Berdasarkan maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas:

  • vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a]
  • vokal tengah, seperti bunyi [∂]
  • vokal belakang, seperti bunyi [u] dan [o]

Berkenaan dengan penentuan bunyi vokal berdasarkan posisi lidah ada konsep yang disebut vokal kardinal (Jones 1958:18), yang berguna untuk membandingkan vokal-vokal suatu bahasa di antara bahasa-bahasa lain. Konsep vokal kardinal ini menjelaskan adanya posisi lidah tertinggi, terendah, dan terdepan dalam memproduksi bunyi vokal itu. Bunyi vokal [i] diucapkan dengan meninggikan lidah depan setinggi mungkin tanpa menyebabkan terjadinya konsonan geseran. Vokal [a] diucapkan dengan merendahkan pangkal lidah sebawah mungkin. Vokal [u] diucapkan dengan menaikkan pangkal lidah setinggi mungkin.

  1. Struktur

Struktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit keras (palatum). Maka, berdasarkan strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan menjadi:

  • Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara lain [i], [u].
  • Vokal semi tertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga di atas vokal terbuka. Vokal semi tertutup antara lain [e], [∂], dan [o].
  • Vokal semi terbuka (half-open) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di bawah vokal tertutup. Vokal semi terbuka antara lain [ɛ] dan [ﬤ].
  • Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [a].
  1. Bentuk mulut

Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan:

  • Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar. Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [ﬤ], dan yang bundar tertutup seperti bunyi [o] dan bunyi [u].
  • Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi [ɛ].
  • Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a]

Berdasarkan keempat kriteria diatas, maka nama-nama vokal dapat disebutkan sebagai berikut:

[i] adalah vokal depan, tinggi (atas), tak bundar, tertutup.

[I] adalah vokal depan, tinggi (bawah), tak bundar, tertutup.

[u] adalah vokal belakang, tinggi (atas), bundar, tertutup.

[U] adalah vokal belakang, tinggi (bawah), bundar, tertutup.

[e] adalah vokal depan, sedang (atas), tak bundar, semi tertutup.

[ɛ] adalah vokal depan, sedang (bawah), tak bundar, semi terbuka.

[∂] adalah vokal tengah, sedang, tak bundar, semi tertutup.

[o] adalah vokal belakang, sedang (atas), bundar, semi tertutup.

[ﬤ] adalah vokal belakang, sedang (bawah), bundar, semi terbuka.

[a] adalah vokal belakang, rendah, netral, terbuka.

  1. Fonem Diftong

Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/, dan diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal.

/ay/ gulai x gula (gulay x gula)

/aw/ pulau x pula (pulaw x pula)

/oi/ sekoi x seka (s∂koy x seka)

Adapun klasifikasi diftong adalah sebagai berikut:

  1. Diftong naik, terjadi jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi daripada yang pertama.

Contoh:

[ai]                   <gulai>

[au]                  <pulau>

[oi]                   <sekoi>

[∂i]                   <esei>

  1. Diftong turun, terjadi bila vokal kedua diucapkan dengan posisi lebih rendah daripada yang pertama. Dalam bahasa Jawa ada diftong turun contohnya:

[ua] pada kata <muarem> ‘sangat puas’

[uo] pada kata <luoro> ‘sangat sakit’

[uɛ] pada kata <uelek> ‘sangat jelek’

  1. Diftong memusat, terjadi bila vokal kedua diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih rendah. Dalam bahasa Inggris ada diftong [oα] seperti pada kata <more> dan kata <floor>. Ucapan kata <more> adalah [mo∂] dan ucapan kata <floor> adalah [flo∂].
  2. Fonem Konsonan

Nama-nama fonem konsonan bahasa Indonesia adalah

/b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara

/p/ konsonan bilabial, hambat, tak bersuara

/m/ konsonan bilabial, nasal

/w/ konsonan bilabial, semi vokal

/f/ konsonan labiodentals, geseran, tak bersuara

/d/ konaonan apikoalveolar, hambat, bersuara

/t/ konsonan apikoaveolar, hambat, tak bersuara

/n/ konsonan apikoaveolar, nasal

/t/ konsonan apikoaveolar, sampingan

/r/ konsonan apikoaveolar, getar

/z/ konsonan laminoalveolar, geseran, bersuara

/s/ konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara

/∫/ konsonan laminopalatal, geseran, bersuara

/ñ/ konsonan laminopalatal, nasal

/j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara

/c/ konsonan laminopalatal, paduan, tak bersuara

/y/ konsonan laminopalatal, semivokal

/g/ konsonan dorsevelar, hambat, bersuara

/k/ konsonan dorsevelar, hambat, tak bersuara

/ŋ/ konsonan dorsevelar, nasal

/x/ konsonan dorsevelar, geseran, bersuara

/h/ konsonan laringal, geseran, bersuara

/?/ konsonan glotal, hambat

Fonem konsonan dapat digolongkan berdasarkan 4 kriteria yakni:

  1. Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan, atau tempat bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif. Tempat artikulasi disebut juga titik artikulasi. Sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah), sehingga tempat artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d] artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeksi) dan artikulator pasifnya adalah gigi atas (dentum), sehingga tempat artikulasinya disebut apikondental.
  2. Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang baru keluar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi [p] dengan cara mula-mula arus udara dihambat pada kedua belah bibir, lalu tiba-tiba diletupkan dengan keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau bunyi letup. Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkn di laring (tempat artikulasinya). Maka, bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.
  3. Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses pembunyian itu turut bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika pita suara tidak turut bergetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara. Bergetarnya pita suara adalah karena glotis (celah pita suara) terbuka sedikit, dan tidak bergetarnya pita suara karena glotis terbuka agak lebar.
  4. Striktur, yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif dan artikulator pasif. Umpamanya dalam memproduksi bunyi [p] hubungan artikulator aktif dan artikulator pasif, mula-mula rapat lalu secar tiba-tiba dilepas. Dalam memproduksi bunyi [w] artikulator aktif dan artikulator pasif hubungannya renggang dan melebar.

 

  1. Penutup
    • Simpulan
    • Saran
    • Daftar Pustaka

 

Kaderisasi Konservasi#2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kader merupakan orang yang diharapkan memegang peranan atau pekerjaan penting didalam sebuah pemerintahan, partai, organisasi mahasiswa, tentara, partai, organisasi masyarakat, dan sebagainya. Sementara itu, pengertian kaderisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses pengkaderan, yaitu sebuah cara perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader, yang nantinya diharapkan memegang peranan penting dalam masyarakat, ORMAS (Organisasi Masyarakat), partai, dan lain-lain.

Kaderisasi merupakan sebuah proses penyiapan sumber daya manusia agar kelak mereka menjadi para pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih bagus(Koirudin 2004:113). Dalam pengkaderan itu sendiri terdapat dua persoalan penting. Pertama, bagaimana usaha-usahayang dilakukan oleh organisasi untuk meningkatkan kemampuan baik keterampilan maupun pengetahuan. Kedua, adalah kemampuan untuk menyediakan stok kader atau individu yang dikhususkan bagi kaum muda. Kemampuan sebuah organisasi atau kelompok untuk melakukan proses kaderisasi terhadap anggota-anggotanya sangat dipengaruhi oleh kemampuan pengurus atau pimpinan dalam menyediakan pendidikan dan pelatihan secara intensif pada bidang-bidang tertentu terhadap kader-kadernya. Kader konservasi adalah orang atau kelompok orang yang telah memperoleh pendidikan khusus yang secara sukarela berperan dalam upaya konservasi sumber daya dan lingkungan hidup, dan mampu menyampaikan nilai-nilai konservasi kepada masyarakat.

Lalu siapakah kader konservasi itu ?

Kader konservasi adalah semua orang, manusia, yang terdapat dalam lingkup suatu organisasi, kelompok, kampus, negara penegak konservasi. Mereka semua memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan konservasi pada berbagai bidang.

Dan apasajakah prinsip dari kaderisasi konservasi ?

Prinsip kaderisasi konservasi antara lain :

Pertama, harus adanya kesadaran bahwa institusi atau organisasi tidak boleh tergantung kepada orang, tetapi harus bergantung kepada sistem pembinaan dan kaderisasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Kedua, adanya suatu kepercayaan bahwa ada orang yang bisa dipersiapkan untuk membesarkan institusi atau organisasi.

Ketiga, Regenerasi kepemimpinan dimulai dengan menciptakan situasi psikologis bagi para anggota, agar mereka menyadai pentingnya regenerasi kepemimpinan, serta berkeinginan untuk memulai proses tersebut.

Keempat, memulai menyiapkan para kader dalam proses adaptasi dan proses persiapan sebagai seorang pemimpin.

Jadi , sebagai mahasiswa Universitas Negeri Semarang kita harus siap dan mampu untuk menjadi kader konservasi.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

 

PGSD Jembatan Suksesku

 

PGSD Jembatan Suksesku

Oleh : Ellen Yolla Arnikesari

Pagi itu sangat cerah, matahari bersinar dengan sumringahnya. Tapi keadaan indah tersebut tidak seperti suasana hatiku. Perasaan dan fikiranku sangat tidak sinkron. Gelisah, cemas, sedih, bahagia bermuara dalam satu jiwa. Kebimbangan itulah yang aku rasakan. Saat itu aku duduk di bangku kelas XII, tepatnya XII IPS 3. Kelas yang penuh dengan keanekaragaman masyarakatnya. Tetapi hal tersebut tidak menjadikan integritas sosial kami luntur. Hari yang paling di nantikan oleh semua siswa SMA N 1 Tunjungan bahkan seluruh siswa SMA se Indonesia pun tiba. Ujian Nasional itulah jawabannya. Menurutnya setelah melaksanakan ujian nasional, mereka akan terbebas dari segala tugas yang selama ini mengekang. Padahal setelah ujian nasional selesai, mereka akan di buat bingung oleh beberapa pilihan universitas. Termasuk aku korbannya. Setiap hari, jam, menit, detik selalu galau. Bukan galau karena pacar atau pun gebetan. Tetapi galau karena harus memilih universitas terbaik dari banyak universitas terbaik pula yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Lebih dari satu bulan kebimbangan dan kegelisahan tersebut selalu mengusik jiwa. Promosi sana sini semakin membuat aku menjadi gila. Konsultasi kesana kemari, ke guru ini dan itu, ke teman satu dengan yang lain tidak memberikan sebuah titik terang. Melainkan hanya membuat aku semakin pusing pusing dan pusing.

Alhamdulillah aku mempunyai orangtua dan seseorang yang spesial yang sangat mendukung dan selalu menyemangatiku. Orangtuaku sangat memberikan kelonggaran padaku untuk memilih universitas yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada. Awalnya aku menjatuhkan pilihanku ke salah satu universitas yang ada di Surakarta. Selain itu Semarang merupakan salah satu tujuanku. Aku mencoba untuk mencari informasi mengenai universitas yang telah menjadi incaranku tersebut. SNMPTN pun tiba ! Semua siswa berbondong-bondong menuju ruang Bimbingan Konseling untuk mendaftarkan diri secara online. Maklum, di sekolahku hanya ada beberapa pusat wifi. Sehingga untuk mendapatkan koneksi yang baik harus menuju ke pusatnya. Siang itu antrian panjang terlihat di depan pintu ruang Bimbingan Konseling. Dengan antusiasnya mereka bersabar untuk tetap mengantri untuk mendaftar jalur SNMPTN. Karena hari semakin sore dan ibu gurunya mulai lelah, akhirnya pendaftaran online tersebut di lanjutkan keesokan harinya. Sedikit kecewa sih , tapi ya sudahlah. Akhirnya aku bersama teman-teman yang lain harus pulang. Keesokan harinya aku berangkat sepagi mungkin dengan harapan medapatkan antrian paling depan. Syukur alhamdulilah aku mendapatkan antrian yang paling depan. Setelah bel masuk berbunyi, ibu guru mulai memasuki ruangannya masing-masing. Termasuk ibu guru Bimbingan Konseling yang aku tunggu. Dengan semangat aku segera menghampirinya untuk meminta waktunya agar bersedia mendampingiku saat mendaftar SNMPTN secara online. “ Bagaimana ell, mau daftar dimana ? “ tanya bu guru kepadaku. “ Hehe.. masih bingung bu. Saya mau lihat peluangnya terlebih dahulu, “ jawabku. Aku mulai membuka situs online SNMPTN tersebut. Jantungku serasa dag dug seerrrr. Karena masih bingung akan kuliah dimana. Dengan perlahan tapi pasti aku mulai mengeklik universitas beserta prodinya. Tetap saja jantungku ini kembali dag dug seerrr semakin cepat. Setelah selesai memilih universitas dan prodinya tersebut aku tidak langsung memfinalisasinya. Dikarenakan persyaratan untuk Bidik Misiku belum lengkap.

Oksigen keoptimisan mulai menggantikan karbondioksida keraguan yang ada dalam hatiku. Dengan langkah pasti aku pulang untuk menceritakan perasaan legaku tersebut kepada orangtuaku. “ Bu, aku sudah pilih universtitas tiittttttt dengan prodi tiitttt di pilihan pertamaku. Dan aku juga sudah memilih universitas xxx dengan prodi yyy, “ kataku dengan sangat gembira.” Iya nduk, yang penting kamu serius belajarnya. Biar jadi orang sukses, “ jawabnya. Hari demi hari aku lalui dengan perasaan penuh harap. Dan syukur alhamdulillah kembali, saat pengumuman SNMPTN di umumkan namaku Ellen Yolla Arnikesari tercantum sebagai siswa dari SMA N 1 Tunjungan di terima di Universitas Negeri Semarang prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sujud syukur aku tunaikan setelah mendengar kabar luar biasa tersebut. Berawal dari suka dengan anak kecil, tekadku kuat untuk menjadi guru sekolah dasar. Atas izin Allah SWT, sekarang aku menjadi mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri Semarang. Dan pada dasarnya untuk mencapai sebuah cita-cita harus di perjuangkan dari awal. Ingatlah, cemoohan pahit dan kritikan pedas akan menjadi bumbu penyedap untuk berhasilnya cita-cita tersebut.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Pendidikan Konservasi#1

Universitas Negeri Semarang (UNNES) merupakan salah satu universitas yang mengedepankan pentingnya konservasi. Dalam Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 27 Tahun 2012 tentang Tata Kelola Kampus Berbasis Konservasi di UNNES pada pasal 2 disebutkan bahwa tata kelola berbasis konservasi ini bertujuan untuk mewujudkan suasan kampus yang mendukung perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lingkungan hidup secara bijaksana melalui pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dan partisipasi penuh dari warga UNNES. Pada pasal 3 menyebutkan bahwa tata kelola kampus berbasis konservasi di wujudkan dalam 7 pilar utama kampus konservasi antara lain :

  1. Konservasi keanekaragaman hayati
  2. Arsitektur hijau atau sistem transportasi internal
  3. Pengelolaan limbah
  4. Kebijakan nirkertas
  5. Energi bersih
  6. Konservasi etika, seni dan budaya
  7. Kaderisasi konservasi

Selain itu Unnes juga mewajibkan setiap mahasiswa memiliki 11 nilai karakter konservasi. Kesebelas nilai karakter tersebut antara lain :

  1. Religius

Contoh sikap religius adalah selalu beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk orang islam wajib mengerjakan shalat lima waktu, mengaji dan berpuasa.

  1. Jujur

Contoh sikap jujur adalah jika diberikan dana untuk suatu kegiatan, maka uang tersebut harus benar-benar di realisasikan secara baik dan tidak di korupsi.

  1. Cerdas

Cerdas merupakan sikap berfikir kritis dan cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang belum pernah diselesaikan sebelumnya. Contohnya apabila dihadapkan pada suatu masalah, maka individu tersebut harus cepat dalam menemukan solusinya.

  1. Adil

Adil adalah sikap tidak memihak. Contohnya yaitu dalam suatu organisasi, ketua harus mempunyai sikap adil terhadap anggotanya. Tidak boleh membeda-bedakan dari anggotanya tersebut.

  1. Tanggung Jawab

Contoh dari tanggung jawab adalah apabila diberikan suatu kepercayaan, seperti diberi tugas oleh dosen untuk mengembalikan LCD ke ruang TU maka harus dikembalikan sesuai perintah, tanpa diberikan kepada orang lain selain sebelum sampai ruang TU.

  1. Peduli

Contoh sikap peduli yang harus dimiliki oleh mahasiswa adalah apabila ada teman yang sakit, maka harus di jenguk. Dan bila ada sampah yang berserakan, maka sebagai mahasiswa yang mempunyai sikap peduli harus mengambil dan membuangnya di tempat sampah.

  1. Toleran

Toleran merupakan sikap saling menghormati. Contohnya adalah kita harus menghormati mahasiswa yang berbeda keyakinan saat mereka sedang beribadah.

  1. Demokratis

Negara Indonesia adalah negara yang demokratis. Contoh sikap demokratis adalah saat pemilihan komting dilakukan secara demokratis, tidak pendapat satu orang.

  1. Cinta Tanah Air

Mahasiswa harus mempunyai sikap cinta tanah air. Contohnya seperti lebih bangga menggunakan produk Indonesia dibanding produk luar negeri. Baik itu pakaian, sepatu, tas dan lain sebagainya.

  1. Tangguh

Tangguh merupakan sikap pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan dan mampu menaklukan tantangan yang dihadapi. Contoh sikap tangguh adalah apabila Jono adalah mahasiswa baru yang kurang mampu dan yatim piatu. Sekarang ia harus bisa membiayai kebutuhan sehari-harinya. Menyikapi permasalahan tersebut Jono tetap bersemangat kuliah dan tetap mencari pekerjaan untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya.

  1. Santun

Santun adalah sikap rendah hati dalam pergaulan antar sesama, berbicara dengan bahasa yang baik dan benar serta selalu respek kepada orang lain. Contoh sikap santun adalah sebagai mahasiswa kita harus bersikap rendah hati kepada dosen, teman bahkan keluarga kampus serta berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”