Siang terik menyengat tubuh ku yang berjalan menuju rumah, usai pulang dari sekolah. Ku teguk segelas air dingin membasahi tenggorokanku. Rasanya hilang sudah semua penat yang ku rasakan setelah sampai di istana dunia.
Liburan semesteran akan tiba, bersama sahabatku yaitu Via, Gani dan Rezki akan berencana mengisi liburan tersebut. Aku dan sahabatku baru beranjak ke sekolah lanjutan yaitu SMA. Aku, Rezki dan Gani menuju rumah Via untuk membahas acara main. “Kapan Kita mau main? Udah lama nih Kita nggak main bareng. Kangeeen.” , tanyaku. “Bener tuh kata Rara. Aku juga kangen sama kalian.” ,jawab Via. “Dasar semua cewek emang lebay”, sahut Rezki. “Eh kamu tu apaan sih. Kamu juga ngejek mamah kamu dong”, sahutku. “eiiit. Terkecuali mamah aku dong.” Jawab Rezki. Kalau Aku dan Rezki sudah bertemu, suasana kacau tetapi tetap seru. Lalu gani dan Via melerai omonganku dengan Rezki. “ Hahahaha, udah dong kalian ini. Jarang kumpul, sekali kumpul malah adu mulut aja”,kata Gani. “Iya tuh. Damai aja”,sahut Via. “Oke”, jawab ku dan Rezki. “Kembali ke topic, gimana kalau nanti malam aja. Besok kan Hari Waisak. Kita keluar bareng?” , Tanya Gani. “Setuju!!”, teriakku dengan Via. “Tuh kan mulai lagi lebbb”,jawab Rezki dopotong oleh Gani, “Stop Rez, gausah diterusin. Nanti Kamu sama Rara bertengkar lagi.” “Iya deh iya”. Akhirnya mereka menentukan malam Minggu akan pergi untuk jalan-jalan.
Sore pun tiba, Aku dan ketiga sahabatku bersiap siap untuk pergi. Baju santai menyelimuti tubuh ku dan sahabatku. Hanya Hanya sahabat laki-laki ku yang membawa motor. Aku dan Via hanya numpang mereka. “Gan, Kamu sama siapa? Aku apa Via?”, Tanya ku. “Samaa terserah aja deh.” , jawab Gani. “Oke, Aku sama Kamu ya”,Tanya ku. “oke”, jawab Gani. Jadi Aku sama Gani dan Via dengan Rezki. Di jalan Aku dengan Gani asik berbincang bincang. Tetapi Rezki dan Via di jalan tak banyak omong. Sambil asik bercanda, Aku bertanya kepada Gani, “Eh Gan, kenapa si Via sama Rezki nggak banyak omong ya?” “Roman romannya mereka saling suka jadi agak canggung gitu. Kenapa? Kamu jealous ya Ra? hahaha” goda Gani. “idih enak aja. Ngapain juga jealous ama yang begituan.” , jawabku. “Ati ati tuh sama omongan sendiri Ra. Entar kualat lho!”,singgung Gani. “Iya iya bawel .”, jawabku.
Berhentilah mereka di sebuah jembatan yang menyala di malam hari. Begitu elok nan ramai ditemani taburan bintang. Menikmati jagung bakar serta esteh. “Aduh kenapa Aku masih laper ya? Tadi siang Aku juga belum makan.”, kata Rezki. “Dasar perut karet kamu,wek wek.” , ejek ku. “ih cewek lebay, wuu” sahut Rezki. “Udah udah. Iya Rez, ayuk.” Dengan lembut Via menjawabnya.
Dibawah sinar rembulan Aku dan ketiga sahabatku duduk beralaskan rumput. Menikmati nasi goring dan panasnya wedang ronde yang menghangatkan tubuh. Terlihat seperti dua pasang kekasih yang berpasangan. “Aw panas panas!”, teriak Rezki. “Sini biar Aku tiupin Rez”, jawab Via. “Kamu cewek apa cewek sih? Gitu aja dibesarbesarin.” Jawabku. “Biarin dong. Untung Via baik nggak kayak kamu”, kata Rezki. “kamu apa? Kenapa nggak dilanjutin? Ha?!”, jawabku. Di tengah debat itu, terdengar nada sms di hape Gani. Ternyata dari papah nya Gani yang berisi “Ini sudah larut malam nak, ayo segera pulang”. “Oh ya, ini sudah jam 11.30 ayo kita segera pulang teman.” ,ajak Gani. “Iya” jawab ku Via dan Rezki. Lalu Aku dan ketiga sahabatku pulang.
Hari-hari tlah berlalu. Hari-hariku ditemani oleh tugas yang menumpuk di atas meja belajar. Aku merasa kesepian dan bebanku terlalu banyak. Padahal ini malam Minggu. Tiba-tiba bel rumah ku berbunyi. Ku buka pintu dan ternyata “Rezki, ngapain kamu kesini?” , Tanya ku dengan terkejut. “Hehe,ngga apa. Main yuk!” , ajak Rezki. “ngga mau ah. Tugasku banyak Rez. Ngga kasian apa?!” , jawabku. “Yah masa kamu tega Ra, udah ganteng gini dianggurin. Lagian ini kan malam Minggu,harusnya free dong Ra. Pliiis.” Kata Rezki dengan memohon. “Yaudah deh. Tunggu bentar.” Jawabku. Dengan senangnya Rezki mengajak aku sambil menggandeng tanganku. Saat di jalan, Rezki tidak memancing omongan yang membuat ku marah. Pasti banyak yang mengira jika aku dan Rezki berpacaran. Karena keluar saat malam Minggu. Cara bicara Rezki kepadaku juga berubah. Jadi lembut dan member nasehat kepadaku. Seolah member harapan bagiku. Ini aneh. Sangat aneh. Tak seperti biasanya.Rezki mengajakku menyaksikan pemandangan yang ada. Selama 2 jam berkeliling tanpa turun dari motor. Lalu aku dan Rezki pulang.
Rezki pria yang sulit untuk ku tebak. Terkadang baik, marah, bercanda, dan banyak lagi sifatnya. Di senja hari, Aku dan Rezki bertukar pikiran melalui SMS. Aku tak tahu kenapa bibir ini terangkat dan memerahkan pipiku saat kubaca SMS dari Rezki. Dan dia mengajakku lagi untuk membeli sesuatu. Lalu aku menyetujuinya.
Sesampainya di took perhiasan, Rezki menyuruhku “Ra, pilih cincin yang kamu suka.”. setelah ku pilih, Rezki memakaikannya di jari manisku. Entah mengapa perasaan aneh itu muncul lagi. Hatiku berdegup kencang saat Rezki memegang tanganku. “Bagus ya Rez. Eh ngomong ngomong cincin ini buat siapa sih?” tanyaku penasaran. “mm buat orang yang aku sayang Ra” jawab Rezki dengan tatapan yang membuatku penasaran. “Siapa Rez? Kasih tau dong! Aku kenal ngga?” tanyaku. “ngga ah. Nanti jadi ngga surprise. Kamu kenal kok. Kenal banget malah Ra.” Jawab Rezki. Dengan senang aku tersenyum bahagia. Apakah orang itu aku? Dari jawaban Rezki sih bisa disimpulkan kalau itu aku. Dengan PD nya aku berpikir seperti itu. Kenapa aku senang? Mungkin aku mulai menyukai Rezki. Seperti lagunya Zigas – Sahabat Jadi Cinta.
Di dalam kamar yang tahu keseharianku ini, aku berteriak kegirangan. Hingga mamahku menegurku. Sambil membayangkan saat saat bersama Rezki. Betapa senangnya.aku semakin giat mengerjakan sesuatu. Dia saat ini adalah inspirasi terbesarku.
Hari tlah ku lewati, terdengar seseorang memanggil namaku dari luar. “Rara Rara, keluar dong!” setelah ku temui ternyata Rezki dan Via. Wah aku sangat senang. “Kenapa Rez,Vi? Nampaknya senang kalian senang saat ini. Ada kabar apa?” , tanyaku. Tiba-tiba Rezki memelukku sesaat dan melepasku. “Aku dan Via udah jadian. Semua berkat kamu deh. Makasih ya Ra.” , kata Rezki. Via juga memelukku “Iya Ra. Makasih ya. Kata Rezki cincin ini kamu yang milihin? Bagus kok. Aku suka.” Sahut Via. Seketika itu dalam diriku gugur bertaburan entah kemana. Tetapi hanya hati dan Tuhan yang tahu. Aku tetap senang. “Wah selamat ya. Kalian berdua emang cocok. Sahabat jadi cinta ni yee. Ku tunggu makan-makannya lho. itu semua ngga karena aku kok. Tapi kalian yang membuat itu menjadi indah.” , jawabku dengan senang. “sekali lagi makasih Rara, kamu sahabat yang tiada duanya daah.” , kata Rezki. “Iya Ra. Kalau gitu kita pamit pulang dulu ya. Dah Rara.”,sahut Via.
Seketika itu, aku lari sekencang mungkin dan langkah ku berhenti di sebuah pantai nan elok. Aku berteriak dengan keras. Mungkin ini gila. Tetapi aku tak bisa memendamnya lagi. Hancur perasanku. Kenapa harus aku yang merasakannya? Air mata membasahi pipi ku. Aku terlalu percaya diri. Jika Rezki juga menyukaiku. Ternyata sahabatku yang mendapatkan sahabatku. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini. Mungkin inihanya emosi sesaat. Tetapi air mata ini terus bercucuran. Aku pun merenung dan bersandar di pelukan pohon yang rindang dekat pantai di temani sang surya ke tempat peristirahatan. Lalu ku temukan cara untuk mengurangi kesedihanku ini. Ku ambil secarik kertas dan ku coretkan tinta hitam di atas kertas itu yang akan ku tulis “Trimakasih Tuhan, Kau ciptakan dia yang hadir di dalam hidupku. Walau aku tak sempat memiliki, tapi dia telah mewarnai hidupku. Dia adalah sepotong dari ceritaku”. Ku beli balon merah dan ku ikatkan kertas itu di balon. Perlahan ku lepaskan balon merah ku. Tiupan angin mengiringi kepergian balon itu.
Aku berharap dengan menghilangnya balon itu, hilang pula perasaanku terhadap Rezki. Walau tak secepat sang surya membiaskan sinarnya,perlahan perasaan ini akan pudar. Ini semua menyakitkan. Tetapi aku yakin Tuhan akan memberikan kejutan di balik ini semua yang begitu indah.
TAMAT
Karya : Fadhilah Rahmadhani