Namaku Bintang Putri Anggraeni,sering dipanggil Bintang. Umurku 18 tahun yang baru saja lulus dari SMA. Aku terlahir bukan dari orang kaya. Hanya saja nasib yang kurang menguntungkan. Aku tinggal bersama adik adikku yang bernama Cahaya di kelas 8 dan Fajar di kelas 4. Sekitar tiga bulan yang lalu Ibuku meninggal karena penyakit kanker yang menyerangnya. Keterbatasan biaya lah yang menghambatnya. Sementara ayahku, setelah ibuku meninggal, ayah pergi ke Jakarta dan hingga saat ini tidak memberi kabar atau menghidupi kami.
Di umur yang masih muda ini,aku sebagai tulang punggung keluarga. Setiap hari aku bekerja sebagai buruh cuci,setelah selesai aku dan adikku mencari botol plastik untuk dijual. Upahnya tergolong kecil. Tak cukup untuk membiayai sekolah adik adikku. Mereka memutuskan untuk berhenti sekolah. Aku sangat kecewa dan prihatin. Mereka yang menguatkan ku hingga saat ini. Mereka adalah kekuatanku. Kami tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari triplek. Menurutku itu sebuah istana yang melindungiku dari lelahnya dunia. Kami membagi tugas. Aku dan Fajar mencari kardus dan botol plastik, sedangkan Cahaya membereskan rumah. Mereka jarang sekali mengeluh. Mereka dapat menerima keadaan ini.
Suatu hari saat aku sedang mencuci pakaian majikanku Bu Tuti, ia datang dan memarahiku,”Bintang sini kamu! Kenapa baju ini masi kotor? Niat apa nggak sih buat kerja?” “Kemarin sudah bersih kok Bu. Saya niat bekerja Bu.” “Alah alasan saja! Mulai besok,kamu jangan bekerja disini lagi. Aku akan cari pembantu yang niat saja. Bukan seperti kamu! Sudah pergi sana!” “Tapi Bu,saya butuh pekerjaan ini. Saya mohon Bu,jangan pecat saya. Bagaimana nasib adik adik saya?” “Itu bukan urusanku. Cepat sana pergi!”
Hari ini hari terakhir ku bekerja di rumah Bu Tuti. Entah aku masih bingung kenapa baju yang dimaksud Bu Tuti yang kemarin aku cuci masih saja kotor. Setelah pulang dari tempat mantan majikanku, aku menemui Fajar di tempat biasa dia mencari botol plastik dan kardus. “Kakak kenpa begitu lesu? Hari ini cuciannya banyak ya? Atau ada masalah apa ?” “Oh Kakak hanya kecapekan saja. Ayo kita cari lagi.” Hari sudah sore,hasilnya cukup lumayan. Berapapun hasilnya kami syukuri. Kami membeli 3 nasi bungkus.
Kami pulang dan menikmati hasil kami. Disela sela makan,aku ingin berkata jujur kepada adik adikku bahwa aku telah dipecat dari pekerjaanku. Tetapi aku tak ingin membuat hati mereka sedih. “Kakak mengapa melamun?” “Oh tidak. Masakan ini enak,sampai kakak lupa menelannya. Cahaya,Fajar,maafkan kakak ya. Karena kakak,kalian ikut ikutan susah. Seharusnya kalian masih meneruskan sekolah dan kalian tidak perlu bekerja seperti ini.” “Ah kakak kenapa sih? Fajar seneng kok bisa bantu Kak Bintang.” “Iya kak, Cahaya juga senang kok. Iya sih kak,pendidikan itu nomor satu. Tapi kalau keadaannya seperti ini kita harus menyesuaikan. Dan masih ada paket A,B dan C kak. Kita ini juga sedang merintis menjadi orang yang sukses.” “Iya kak. Kita pasti sukses”. Tak kuasa ku air mataku menetes dan aku memeluk mereka. “Iya kita pasti sukses. Yaudah ayo kita sholat berjamaah.”
Tak terasa kita memasuki bulan Ramadhan. Doa kami,semoga kami bisa merasakan Ramadhan tahun ini. Esoknya aku dan Fajar mencari botol plastik dan kardus. “Loh kakak tidak bekerja? Kok ikut Fajar mencari botol plastik dan kardus?” “Sebenarnya kemarin kakak sudah dipecat oleh majikan kakak. Katanya baju yang akan dipakai masih kotor. Jadi kakak dipecat. Maafkan kakak ya dik.” “Sabar kak. Pasti Allah memberi yang terbaik untuk kita. Mungkin masih ada pekerjaan yang lebih baik dari yang dulu kak. Allah akan memberi jalan untuk hamba hambanya yang selalu bertaqwa.” “Benar. Yaudah kalau gitu kakak dan Fajar kerja dulu ya. Jaga dan bereskan rumah ya,Assalamu’alaikum.” “baik kak,wa’alaikumsalam”
Saat aku dan Fajar mencari kardus, tiga orang anak SD berlarian memasuki gerbang sekolah. “Kak,kapan ya Fajar bisa seperti mereka? Andai saja..” “Pasti secepatnya Fajar. Dan Allah akan memberi jalan untuk kita. Ayo kita cari lagi.”
Tak terasa terdengar adzan Zuhur. Hasil yang didapat sudah cukup. Lalu kami sholat zuhur. “Ayo kita sholat dulu.” “Kardus ini diletakkan dimana kak?” disini saja.” Setelah selesai kami sholat, ternyata kardus dan botol plastik kami menghilang. Tidak ada dimana mana. Tega sekali orang yang telah mencurinya. “Kak kok kardusnya tidak ada? Dimana kak? Bagaimana kita berbuka? Aku sudah lapar sekali kak.” Fajar menangis dan aku pun sedih. Walau aku tak menampakkannya. “Mungkin kita lupa menaruhnya. Kita cari lagi ayo dik.” “Tidak kak. Tadi aku menaruhnya disini. Ini juga sudah siang. Apa masih ada kardus dan botolnya?” “Kita coba dulu dik. Ayo.”
Botol plastik dan kardus yang kami cari di sore hari hanya beberapa. Lalu kami bawa pulang,karena sudah mau berbuka. Untungnya aku mempunyai simpanan lima ribu dan aku belikan gorengan semuanya. Kami berbuka dengan tujuh buah gorengan. Empat gorengan untuk berbuka dan sisanya untuk sahur. Hasil botol yang kami dapat sedikit. Aku mempunyai sebuah ide untuk mengubah botol plastik itu menjadi hiasan yang cantik. Seperti yang diajarkan sekolah ku dulu. Dengan sisa cat yang dulu pernah ku pakai,aku dan adik adikku membuat hiasan dari botol plastik. Setelah itu kami tidur. Dikala petang,aku terbangun. Lalu aku segera mengambil air wudlu dan sholat. Aku berdoa kepada Allah
“Ya Allah,kuatkan kami atas cobaanmu ini, semoga kami bisa menghadapinya. Berilah kesuksesan kepada jerih payah kami. Jadikan kami orang orang yang engkau sayangi. Amin”. Aku melihat adik adikku yang sedang tertidur lelap,aku bangunkan untuk sahur. Walau sebenarnya aku tak tega membangunkan mereka. Tetapi ini untuk kebaikan mereka,agar kuat berpuasa satu hari penuh. Walaupun mereka masih kecil,tetapi mereka selalu berpuasa penuh selama Ramadhan.
Esoknya,aku menjual hasil kerajinan dari botol plastik di lampu merah. Kali ini Cahaya ikut membantu. Jadi kami bertiga menjual hasil kerajinan kami. Tak disangka,Alhamdulillah hasilnya memuaskan. Jualan kami laku. Bahkan ada yang memesannya untuk hiasan di bulan Ramadhan. Kami mencari botol plastik bukan untuk dijual,melainkan untuk bahan kerajinan yang akan kami buat. Subhanallah,tak disangka. Hasil penjualan kerajianan tangan,kami dapat berbuka dan sahur dengan nasi bungkus.
“Alhamdulillah ya kak. Kita sekarang sudah bisa makan nasi setiap hari.” “Iya dik. Makannya kita tidak boleh putus asa. Allah selalu memberi jalan kepada hambanya yang bertaqwa.” “berarti kita bisa sukses dong kak.” “Insyaallah dik. Ayo kita makan.” Keseharian kami membuat kerajianan dari botol plastik.
Suatu ketika aku dan Fajar mencari botol plastik,dari arah yang berlawanan mobil putih melaju dengan kencang dan menabarak pohon yang ada disamping kami. Kami sangat kaget. Lalu kami segera menemui ternyata seorang gadis dan kami membawanya di rumah sakit terdekat. Darahnya sangat banyak. Keluarga dari korban sudah dihubungi. “bagaimana keadaan anak kami Dokter?” “Syukurlah. Anak Anda selamat. Untung saja segera dibawa oleh adik ini. Mari saya pergi dulu.” “Iya dok. Trimakasih ya dik. Kalian telah menolong nyawa anak kami. Seluruh harta kami pun tak cukup mengganti jasa kalian. Trimalah sedikit uang ini.” “Syukurlah kalu anak Bapak dan Ibu baik baik saja. Kami menolong dengan ikhlas kok. Jadi trimakasih tawarannya. Kami permisi dulu.”
Beberapa hari telah berlalu. Kami tetap bekerja mencari botol plastik lalu membuat kerajinan tangan dan kami menjualnya. Saat kami menjualnya di tempat biasa,seseorang membuka kaca mobilnya dan ternyata orang tua dari kakak yang pernah kami selamatkan. Kami diajak masuk ke mobil. Mereka tak hentin hentinya untuk menawari kami sebagai ucapan trimakasih. Kami diajak ke suatu tempat. Dan ternyata kami diberi sebuah ruko yang sangat mewah. Mereka memberi ruko untuk mengembangkan kerajinan dari botol plastik kami. Kami pun tak dapat menolaknya. Karena katanya ini hanya sebagai ucapan trimakasih telah menyelamatkan anak mereka.
Berbulan bulan kami membuat dan kerajinan botol plastik dan peminatnya makin bertambah. Kami juga mempunyai pegawai. Dan kerajinannya dijual hingga menembus pasar internasional. Bahkan aku dinobatkan sebagai pengusaha termuda di Indonesia. Adik adikku sekarang dapat meneruskan sekolah dan aku masuk kuliah di jurusan bisnismen.
Tak henti hentinya kami mengucapkan syukur. Trimakasih Ya Allah. Dimana kita mau berusaha,disitulah pasti akan ada jalan. Selalu berdoa,lalu disertai dengan usaha dan ciptakanlah karya untuk membangun kesuksesan di dunia dan di akhirat.
TAMAT##
Karya : Fadhilah Rahmadhani
Place your comment