Suara-suara lembut dari nya
dari anak-anak tak berdosa
Mereka merintih keleparan
Berharap ada yang datang menghampirinya
Sekedar memberi sesuap nasi dan seteguk air
Rintikan-rintikan hujan berhamburan
Membasahi baju yang melekat ditubuhnya
Kardus-karduspun mulai menyilumuti
Berharap dapat memberi sedikit kehangatan
Tak seorangpun menolehnya
Segerombol anak jalanan yang menunggu keajaiban
Mengamen, memulung, meminta-meminta
Mereka lakukan setiap fajar menampakkan sinarnya
Helaan napas panjang. . .
Untuk bentakan, cacian dan bahkan hinaan
Entahlah manusia kini hidup dengan keegoannya
Rasa hirau tak lagi tertanam
Rasa rasa belas yang mengilang
Mata yang berkaca
Kemudian terjatuh butir-butir air matanya
Mereka tak dihiraukan
Sekelompok orang berlalu lalang
Tak ada yang menolehnya
Mereka berjuang …
Untuk hidup yang menyayat-nyayat kehidupannya
Mereka berdiri disekililing orang orang yang kejam
Mereka harus bertahan ..
Disaat dunianya mulai goyah akan keadilan
Bangku-bangku sekolah hanyalah asa yang tak bisa terwujudkan
Anak jalanan..
Jika tak ada yang mampu hiraukan hidupmu
Jika tak ada yang mampu menolehmu
Biarkan lah Tuhan memelukmu
Mengasihimu, hingga ia memperdayakan hidupmu
(Feronika Whilia Aodina)