Rumah Ilmu untuk Menciptakan Bangsa yang Berkarakter #1

Rumah secara harfiah berarti tempat, atau bangunan. Secara istilah, rumah menurut Frick (2006) berarti sebuah tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak yang digunakan sebagai tempat perlindungan, beristirahat, dan bersuka ria. Rumah harus menjamin kepentingan penghuninya, yaitu memberikan ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa kehidupan. Sedangkan ilmu berarti pengetahuan atau kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode-metode tertentu. Sehingga dapat diperoleh pengertian bahwa Rumah Ilmu adalah sebuah tempat untuk menimba pengetahuan sehingga menghilangkan keterbelakangan. Sekolah adalah salah satu contoh rumah ilmu. Disana tempat anak-anak bangsa berjuang dan bermimpi akan masa depan yang cerah. Sekolah menjadi salah satu wadah untuk melatih pembentukan karakter. Sekolah atau dunia pendidikan tidak hanya mengajarkan kemampuan akademik saja. Dalam filosofi pendidikan, pembentukan karakter adalah hakikat dari pendidikan itu sendiri. Menurut guru besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Bapak Sudijarto inti dari pendidikan bukan hanya mengajarkan pengetahuan, namun mengajarkan karakter bagaimana bersikap dan berkehidupan. Ilmu pengetahuan yang diberikan melalui pelajaran juga semuanya harus mencerminkan pendidikan karakter. Di situlah seorang anak bangsa akan dididik menjadi manusia yang baik.  Pembentukan karakter merupakan esensi dari pendidikan. Tanpa adanya pendidikan karakter, kehidupan menjadi kacau. Tanpa ada pendidikan karakter, anak-anak sekolah akan dengan mudahnya melakukan tawuran. Tanpa pendidikan karakter, orang terpelajar dengan mudahnya melakukan korupsi. Seperti melukis di atas air, tak mudah dalam memberikan pendidikan karakter. Salah satu kuncinya yaitu konsistensi, Di luar negeri, pendidikan karakter bisa diterapkan karena adanya konsistensi dari semua pemangku kepentingan dalam menjalankan aturan. Perlu waktu yang lama dalam membangun dan membentuk karakter. Membangun karakter  tak cukup dalam setahun atau dua tahun. Membangun karakter tidak sama dengan belajar ilmu-ilmu pengetahuan yang bisa dikebut selama waktu tertentu. Membangun karakter merupakan investasi jangka panjang yang manfaatnya belum tentu bisa diambil seketika. Lain pada pendidikan dasar menengah, lain pula di pendidikan tinggi, proses pembentukan karakter di pendidikan tinggi hanya tinggal melanjutkan apa yang sudah ada sejak pendidikan dasar dan menengah. Pada usia yang lebih dewasa, pembentukan karakter relatif lebih mudah karena dilakukan dengan kesadaran sendiri. salah satu pendidikan karakter yang diutamakan di UNNES adalah karakter konservasi, bahkan untuk mewujudkannya bagi mahasiswa baru angkatan 2015 diberikan mata kuliah Pendidikan Konservasi.

 

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.

Posted by firda maulidia   @   19 November 2015

Like this post? Share it!

RSS Digg Twitter StumbleUpon Delicious Technorati

0 Comments

No comments yet. Be the first to leave a comment !
Leave a Comment

Name

Email

Website

Previous Post
Next Post
»