Lebih Dekat Dengan Alitt Susanto

Tak banyak orang yang tau siapa itu Alitt Susanto, dia merupakan salah satu motivator buatku. Alitt Susanto adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Dia termasuk dalam “MAPALA” (Mahasiswa Paling Lama) banyak hal yang membuat dia menjadi MAPALA salah satunya adalah masalah finansial.

Alitt Susanto lahir dari keluarga yang tidak mampu, dia berasal dari Sragen. Pengalaman hidupnyalah yang membuat aku mengidolakannya. Kehidupan dia waktu muda memang keras, dia hidup dengan sikap tegas kakeknya dan kesabaran neneknya. Ibunya mengharuskan pergi merantau ke Batam untuk menyambung hidup. Dia adalah lulusan STM jurusan Elektro, lalu pernah memutuskan untuk belajar Teknik Informatika, dan berakhir dengan kuliah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Biaya pendidikan yang mahal mengharuskan dia kuliah sambil kerja tidak bergantung pada kiriman orang tua, sehingga dia punya pekerjaan sampingan yaitu sebagai wartawan freelance.

Mas Alitt yaa aku lebih suka panggil dia mas Alitt sewaktu kecil hidup keluarganya pecah, hampir tiap hari dia mendengar kalimat-kalimat “tajam” yang sering dilontarkan oleh kedua orang tuanya. Rumah tangga penuh nada sopran itu pun akhirnya hancur juga. Iya, bapak dan ibu mas Alitt bercerai ketika dia berusia  tahun. Dalam hal akademis, waktu kecil mas Alitt memiliki kecerdasan yang bagus, sehingga dia sering juara kelas namun bagi dia biasa saja karna kalau dipanggil ke podium untuk menerima hadiah tak ada orang tua yang mendampingi dia. Waktu SMA dia mulai berubah menjadi anak yang pemberontak, karena berbagi pengaruh buruk dari lingkungan, dia mulai melakukan kenakalan yaitu mulai rutin minum minuman keras, berjudi, bahkan mengkonsumsi narkoba. Saat kehidupan meredup, Tuhan datang untuk ” menjewer” Mas Alitt. Singkat cerita dia kecelakaan karena ditabrak mobil dan pengendara mobil itu kabur sehingga dia terluka parah. Ini yang menyebakan perubahan karakter mas Alitt yang dulunya angkuh, sombong, apatis dan cuek menjadi pemalu, minder dan pendiam. Dia berpesan bahwa hidup terlalu singkat untuk diisi dengan penyesalan. Belajrlah dari masa lalu, karena disana Tuhan memberikan banyak cotekan untuk menghadapi ujian di masa depan.

Sekarang Mas Alitt mulai dikenal walaupun masih banyak yang belum tau. Mas Alitt adalah seorang penulis, dia telah mengeluarkan buku sebanyak 3 yaitu SHITLICIOUS, SKRIPSHIT dan RELATIONSHIT.  Dia juga seorang blogger, penulis skenario dimana skenario yang dia tuis untuk film dia yang diangkat dari bukunya RELATIONSHIT. 

Dari cerita ini kalian dapat mengambil hikmah bahkan tak peduli namun percayalah semua orang punya pilihan mau itu jadi MAPALA atau mahasiswa berprestasi. Karena orang dapat memilih lulus tepat wktu atau lulus di waktu yang tepat.

Pesan mas Alitt hidup ini bagai skripsi….banyak bab dan revisi yang harus dikewati. Tapi akan selalu berakhir indah…. bagi mereka yang pantang menyerah.

 

Pembelajaran di Luar Kelas #2

Pembelajaran yang efektif biasa dilakukan didalam ruang kelas dengan fasilitas yang mendukung akan tetapi bukan itu saja, pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas. Seperti contoh mata kuliah pendidikan lingkungan hidup atau sekarang pendidikan konservasi. pembelajaran ini dapat dilakukan di luar kelas dengan pemberi materi yang beda dari dosen. Mereka dapat diberikan untuk melakukan tugas observasi tentang masalah lingkungan seperti banjir, kebakaran hutan, perusakan terumbu karang dan lain – lain. Selain itu mereka dapat belajar tentang pemanfaatan sampah, pengelolaan limbah, pupuk kompos, energi solar sel dll.

Pembelajaran ini dapat melatih mahasiswa untuk berinteraksi dengan orang lain di luar kampus UNNES. Melatih mahasiswa untuk dekat dengan alam dan lingkungan serta dapat menjaga kelestarian serta  keseimbangan ekosistem. Mahasiswa dapat mengenali flora dan fauna di sekitar UNNES dan dapat mengetahui lebih banyak tentang flora dan fauna tersebut.

Pembelajaran ini dapat bernilai positif supaya mahasiswa tidak merasa bosan dan dapat melatih ketrampilan mahasiswa.

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang

Belajar bersama calon penerus bangsa #1

disini saya akan menceritakan tentang sebuah komunitas yang berbagi ilmu dengan sesama manusia terutama anak – anak. Komunitas ini bernama RUBI (Rumah Belajar Impian) Sahabat Tenggang dimana komunitas ini bergerak bidang pendidikan dengan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak – anak di sekitar daerah   Jalan Raya Kaligawe Kampung Tenggang RT 05/RW07 Kel. Tambakrejo Kec. Gayamsari Semarang . Adapun pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berada di kediaman Bapak Sudiasto dengan volunter dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa,pelajar dan karyawan. Kegiatan dilakukan tiap hari senin dan jumat pukul 16.00-selesai. Para volunter melakukan tugasnya dengan sukarela tanpa mendapatkan upah bahkan tak sedikit mereka mengeluarkan uang.

Mengapa dipilih di daerah kampung Tenggang Kaligawe ? dikarenakan daerah tersebut  banyak anak – anak yang tumbuh di lingkungan yang tidak bersahabat dengan mereka sehingga menciptakan karakter anak – anak dengan watak yang keras, mereka sering bicara kotor, tidak sopan, mereka juga sudah mengenal akan minuman keras dan merokok. Ini dapat menciptakan penerus bangsa yang tidak berkompeten di bidangnya maka komunitas ini hadir di tengah – tengah mereka dan sedikit membantu dalam pembentuk karakter penerus bangsa yang diharapkan oleh para pejuang kita di masa lalu. Mengajarkan mereka tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan ilmu agama, tentang bagaimana menghormati orang tua dan orang lain yang lebih tua, melatih kreativitas dan potensi yang mungkin masih terpendam dalam diri masing – masing anak. Mengajarkan mereka untuk berbicara lebih sopan dan baik. Dalam RUBI juga terdapat perpustakaan mini. Adapun event yang pernah diselenggarakan yaitu

  1. Kado peduliku untuk warga Tenggang
  2. Menyambut Ramadhan menengok Kampung Tenggang lebih dekat
  3. LCC ala RUBAH Sahabat Tenggang
  4. Lomba Resik – Resik Kampung
  5. Nobar Final piala dunia 2014
  6. Buka puasa bersama sahabat  tenggang
  7. dan lain – lain

Ini menggambarkan bahwa setidaknya kita dapat bergerak untuk perubahan walaupun itu kecil daripada tetap berdiam diri.

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang.