Pendekatan Etnoekologi Pada Indegeneous People dan Konservasi Lingkungan Pada Masyarakat Ngadas Lereng Bromo

ABSTRAK

Indonesia merupakan Negara yang mempunyai berbagai macam suku bangsa yang berbeda satu sama lain. Salah satunya yaitu suku Tengger yang berada di kaki gunung Bromo, Jawa Timur, diantaranya yaitu desa Ngadas yang terletak di kecamatan Sukapura, kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Di desa Ngadas mempunyai berbagai kebudayaan yang masih dilestarikan sejak dahulu. Hom ulum basuki langen adalah salam yang diturunkan sejak nenek moyang masyarakat desa Ngadas (penganut agama Hindu). Agama yang dianut di desa Ngadas 99% beragama Hindu sedang sisanya adalah muslim. Keyakinan agama Hindu di desa Ngadas adalah Jagat alit (diri sendiri) dan jagat agung (alam sekitar). Agama Hindu di Tengger berbada dengan agama Hindu di Bali. Salah satu perbedaan yang jelas adalah agama Hindu di Tengger tidak mengenal adanya system kasta.

Mata pencaharian masyarakat desa Ngadas adalah bercocok tanam. Tanaman yang biasanya ditanam adalah tanaman holtikultura seperti: kubis, kentang, daun bawang, dan lain-lain. Masyarakat desa Ngadas hanya akan bercocok tanam bila musim penghujan saja. Hal ini dikarenakan pada musim kemarau para petani akan mengalami kesulitan untuk mengairi sawahnya. Saat tidak bekerja diladang bukan berarti mereka mengganggur tetapi mereka akan mencari pekerjaan di bidang lain seperti dalam bidang pariwisata, memelihara ternak, dan lain-lain.

Kata Kunci : lingkungan, kearifan lokal, konservasi alam 

ABSTRACT

Indonesia is a country that has a wide variety of ethnic groups different from each other. One of them is the Tengger tribe residing at the foot of Mount Bromo, East Java, among which located in a Ngadas village, the district Sukapura, Probolinggo district, East Java. In Ngadas village has a variety of cultures that has been retained from earlier. Hom uluum basuki langen is greeting derived from ancestors Ngadas rural communities (Hindus). Religions practiced in the village Ngadas 99% are Hindus and the rest are Muslims. Hindu religious beliefs in the  Ngadas village of Jagat alit (self) and the grand universe (the natural surroundings). Hinduism in Tengger difference with Hinduism in Bali. One obvious difference is in the Tengger Hindu religion recognizes no caste system.

Ngadas livelihoods of rural people is farming. Crops are usually planted horticultural crops such as cabbage, potatoes, leeks, and others. Ngadas Villagers will only grow crops when the rainy season only. This is because during the dry season farmers will find it difficult to irrigate their fields. When not working the fields does not mean they are unemployed but they will seek employment in other fields such as in the field of tourism, livestock, etc.

Keywords: environment, local knowledge, nature conservation

Pendahuluan

Kebudayaan merupakan sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Seperti halnya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat desa Ngadas yang cukup unik, baik dari segi mata pencaharian, upacara, adat istiadat, religi, kemasyarakatan, dan pariwisata serta lingkungannya. Tetapi apabila kita lihat darisegi lingkungannya, masyarakat desa Ngadas mengolah, merawat, dan menjaganya.

Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya.

Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Kebanyakan masyarakat desa Ngadas memiliki profesi sebagai petani. Tanaman yang biasanya ditanam berjenis holtikultura seperti: kubis, kentang, daun bawang, dan lain-lain. Dalam mengelola sawahnya petani sangat tekun. Para petani biasanya akan bekerja diladang mulai pukul 7 pagi sampai pukul 4 sore. Sekitar pukul 12, mereka beristirahat sejenak sambil melepas lelah dan makan siang. Dari hal tersebut, maka dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut :

  1. Bagaimana kondisi alam di desa Ngadas?
  2. Bagaimana kosmologi dan Indegeneous people desa Ngadas terkait dengan lingkungan sekitarnya?
  3. Bagaimana hubungan masyarakat desa Ngadas dengan lingkungannya?
  4. Bagaimana fungsi dan manfaat lingkungan bagi masyarakat Ngadas ?

Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Usman (2004:81) metode penelitian kualitatif adalah suatu penelitan yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu.

Jenis data yang ditemukan adalah Data Verbal dan Data Tindakan. Data Verbal merupakan data yang diperoleh dari proses diskusi dan wawancara. Sedangkan Data Tindakan merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan.

Wawancara dilakukan dengan cara berkomunikasi langsung dengan narasumber. Pelaksanaan dari wawancara tersebut dilakukan pada hari Selasa, 1 April 2014 sekitar pukul 15:00 WIB, dilanjutkan pada hari Rabu, 2 April 2014 sekitar pukul 08:00 WIB. Sebuah instrumen pertanyaan juga digunakan peneliti sebagai pedoman dalam mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Yang didalam instrument pertanyaan tersebut merupakan garis besar dari tema yang kami teliti.

Teknis analisis data dalam penelitian ini meliputi : Pengumpulan dari hasil wawancara dan observasi  dari narasumber di desa Ngadas. Penyajian data dalam laporan ini menggunakan analisis secara deskriptif dan disajikan dalam bab Pembahasan. Kemudian penarikan kesimpulan dari penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data wawancara dari narasumber, dan berdasarkan hasil dari diskusi kelompok.

Kondisi Alam di Desa Ngadas

Desa Ngadas merupakan desa yang terletak di lereng Timur Gunung Bromo. Masyarakat desa Ngadas merupakan salah satu desa yang dihuni oleh suku Tengger. Suku Tengger yang lainnya menyebar di empat Kabupaten, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang. Desa Ngadas sendiri terletak di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.

Desa Ngadas terletak pada ketinggian 1700 meter diatas permukaan laut. Topografi Desa Ngadas sendiri berada di pegunungan dengan iklim montana dengan suhu berkisar 0 – 20°C. Penduduk desa hampir keseluruhannya merupakan petani, dengan bercocok tanam sayur dan hortikultura, antara lain kentang, wortel, bawang merah, kol dan tomeo. Tomeo adalah komoditi kacang-kacangan yang berorientasi ekspor. Selain mengandalkan bidang pertanian, masyarakat Desa Ngadas mempunyai pekerjaan sampingan seperti menyewakan jeep, kuda, homestay, keperluan pendakian, menjual makanan dan minuman dingin, serta pedagang asongan di area penanjakan dan di area wisata lautan pasir gunung Bromo. Pekerjaan sampingan tersebut dilakukan mereka dikarenakan masa bercocok taman mereka hanya mencukupi untuk dua kali masa taman. Hal tersebut terjadi karena disesuaikan dengan kecukupan air yang hanya mengandalkan pengairan tadah hujan. Sehingga membuat mereka berfikir kreatif dan mengantisipasi untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan mereka.

Kosmologi dan Indegeneous People Desa Ngadas Terkait dengan Lingkungan Sekitarnya

Alam yang berada di suku Tengger, desa Ngadas yang masih alami masih bisa kita rasakan sampai sekarang, karena masyarakat disana sangat menjaga alam yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.Untuk itu masyarakat Ngadas tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya  tanah, hutan, sumber mata air, dan hewan yang berada di hutan maupun yang dipelihara sebagai  sumber penghidupan. Sehingga, pantangan bagi masyarakat Ngadas untuk merusak hutan, membunuh hewan (kecuali untuk korban dan hajatan), serta merusak lingkungan dan membiarkan lahan pertanian.

Sejak berabad-abad lalu, masyarakat desa Ngadas tidak bisa dipisahkan dengan hutan, sumber mata air, sawah, dan satwa di sekitarnya. Karena itu, disana aturan tidak berupa aturan tertulis, tetapi berupa aturan tidak tertulis dan sangat dihafal terutama oleh para dukun adat dan digetuk tularkan ke masyarakat melalui mulut kemulut. Aturan tersebut berupa larangan-larangan seperti tidak boleh menebang pohon sembarangan, terutama yang berada di dekat sumber mata air. Bahkan, masyarakat desa Ngadas diharuskan menanam pohon yang sama dua kali lipat jika terpaksa melakukan penebangan pohon. Selain itu baik masyarakat asli Tengger (masyarakat desa Ngadas) atau masyarakat bukan masyarakat Tengger ketahuan menebang pohon, orang tersebut akan diberi hukuman yang sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan oleh masyarakat Tengger yaitu diberi hukuman penjara selama enam bulan.

Selain itu, masyarakat desa Ngadas menganggap mengolah lahan pertanian merupakan pekerjaan yang utama karena bisa ngemong ibu pertiwi dengan memanfaatkan lahan untuk ditanami. Dalam mengelola lahan pertanian, juga selalu ada aturan-aturan yang disesuaikan menurut kalender suku Tengger.

Ketika panen selalu ada penghormatan kepada yang Maha Kuasa dengan menggelar upacara adat. Menariknya, hasil pertanian maupun makanan yang disajikan dalam upacara tidak dibuang begitu saja seperti upacara umat Hindu di Bali, namun dimakan bersama-sama dengan warga desa setelah upacara selesai.

Hubungan Masyarakat Desa Ngadas dengan Lingkungannya

Masyarakat Desa Ngadas mempunyai suatu keunikan, yaitu cara mereka menjaga dan melestarikan lingkungan. Kehidupan mereka lebih mengutamakan pada keharmonisan antara Tuhan, manusia dan alam. Hal tersebut menjadikan masyarakat Desa Ngadas berpegang teguh pada ajaran yang telah turun temurun dilestarikan sejak nenek moyang mereka. Ajaran itu menimbulkan rasa bertanggungjawab terhadap lingkungan yang tertanam kuat  dalam kehidupan masyarakat Desa Ngadas sehingga membuat semua kegiatan yang mereka lakukan berlandaskan pada ajaran tersebut,  bahkan para orang tua disana tak lupa untuk mengajarakan pada anak-anak mereka tentang pentingnya menjaga lingkungan. Supaya lingkungan mereka tetap terjaga keasliannya, kebutuhan merekapun tercukupi serta menghindari hal-hal yang tidak di inginkan seperti bencana alam dan sebagainya.

Upacara-upacara adat dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur masyarakat kepada Sang Hyang Widi. Upacara tersebut biasanya dilakukan setelah dan sebelum panen. Masyarakat desa Ngadas tetap melestarikan ritual tersebut walaupun zaman telah lama berkembang.

 

 

Fungsi dan Manfaat Lingkungan bagi Masyarakat Ngadas

Manusia hidup di permukaan bumi bersama-sama dengan komponen lingkungan lainnya, berupa komponen biotik, yaitu hewan, tumbuhan, dan jasad renik, serta komponen abiotik (tidak hidup).

Secara langsung maupun tidak, secara disadari ataupun tidak semua unsur-unsur lingkungan yang ada di sekitar senantiasa memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Terlebih lagi kondisi lingkungan desa Ngadas yang berlimpah dengan kekayaan pada sumber daya alamnnya. Sebagai contoh, tanah berfungsi sebagai areal lahan untuk kegiatan ekonomi seperti bertani, berladang, dan budidaya jamur, berfungsi sebagai pememenuhan kebutuhan makanan dengan memanfaatkan tumbuhan dan hewan untuk dikonsumsi, memanfaatan sumber daya yang terkandung seperti kayu untuk bahan peralatan rumah tangga bagi mereka, dan kayu-kayu itu pula dikirim ke luar kota. Terlihat bahwa lingkungan bagi masyarkat desa Ngadas merupakan sumber kehidupan bagi mereka. Mengingat begitu banyaknya manfaat yang telah diberikan lingkungan terhadap hidup mereka.

Lingkungan hidup merupakan unsur terpenting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa lingkungan hidup manusia tidak akan bisa beraktifitas dan akan musnah. Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas.  Semua kegiatan masyarakat Desa Ngadas sangat bergantung pada lingkungan hidup, salah satunya lingkungan alam, mulai dari kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Alam disini tidak hanya dipahami sebagai  hal yang memiliki nilai sosial ekonomi, tapi memiliki nilai yang berkaitan dengan fungsi lingkungan dalam memberikan sumber kehidupan bagi manusia. Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat kehidupan, tempat terjadinya semua aktivitas makhluk hidup dan sumber terjadinya kehidupan. Alam memberikan banyak hal yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Ngadas untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat oksigen yang digunakan untuk bernafas, air yang digunakan hampir seluruh kegiatan manusia, mineral yang digunakan sebagai pendukung pokok kelangsungan hidup makhluk hidup, serta menyediakan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Hal yang paling utama dan tak boleh terlupakan adalah bahwa lingkungan hidup merupakan tempat beraktivitas semua makhluk hidup. Manusia, hewan, dan tumbuhan, selalu beraktivitas dalam lingkungan hidup, begitu pula dengan masyarakat Desa Ngadas. Mereka berkomunikasi satu dengan yang lain, mencari nafkah, bertempat tinggal, melakukan semua acara-acara ritual, adat serta keagamaan bergantung pada lingkungan. Misal saja dalam melakukan kegiatan pertanian, masyarakat Desa Ngadas sangat mengandalkan keadaan lingkungan dalam melaksanakannya, dengan menunggu musim penghujan datang. Hanya bisa bercocok tanam 2 kali dalam satu tahun dan harus menunggu datangnya musim penghujan. Menurut masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas , lingkungan alam sangat amat penting. Hal tersebut terjadi karena semua sumber kehidupannya terdapat di alam. Jika saja keadaan alam sekitar memburuk, masyarakat tidak bisa berkebun, objek wisatanya pun akan turut sepi pengunjung. Misal hal itu terjadi, akan berpengaruh pada penghasilan yang diperoleh, tidak ada pemasukan penghasilan dan kebutuhan panganpun akan tersendat. Seperti halnya yang diceritakan oleh salah satu warga Desa Ngadas, pada saat  pasca Gunung Bromo meletus, kegiatan perekonomian di Desa Ngadas tersebut terhenti selama satu tahun, mereka hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah, mereka tidak bisa bercocok tanam, tidak mengantar para wisatawan yang akan berkunjung ke Gunung Bromo, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukan bahwa alam sangatlah penting bagi masyarakat Desa Ngadas.

Menyadari akan pentingnya lingkungan bagi masyarakat suku Tengger di Desa Ngadas menjadikan pola pikir masyaraknya diimplikasikan dengan kemampuannya dalam mengelola alam yang berbasiskan kearifan lokal atau nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakatnya. Secara lebih kongkret, berbagai bentuk nilai maupun sistem nilai dalam pandangan hidup tersebut menjadi kekuatan penting bagi masyarakat Desa Ngadas dalam menata kehidupannya. Hal ini terbukti dengan masih terinternalisasikannya nilai-nilai tersebut menjadi kearifan lokal yang dirawat dan diwariskan sebagai nilai-nilai luhur. Berbagai perubahan tidak menggeser kearifan lokal yang ada, terbukti pengelolaan alam lingkungan baik disekitar pemukiman maupun tegalan dan ditengah hutan adalah bukti empiris betapa komunitas tersebut masih memegang teguh kearifan lokal yang ada. Upaya untuk mendeskripsikan fungsi dan manfaat alam serta pengelolaan lingkungan di Desa Ngadas dilakukan dengan pendekatan etnografis melalui upaya memahami secara mendalam arti, fungsi, dan manfaat lingkungan serta bagaimana kearifan lokal itu tetap terjaga.

 

Teori Fungsional Tentang Kebudayaan Menurut Brownislaw Malinowski

Dengan menggunakan teori Belajar atau Learning theory sebagai dasar, Malinowsky mengembangkan teori Fungsionalismenya. Menurut sarjana psikologi dari Yale di Amerika Serikat (J. Dollard), dasar dari proses belajar adalah tidak lain daripada ulangan dari reaksi-reaksi suatu organisme terhadap gejala-gejala dari luar dirinya, yang terjadi sedemikian rupa sehingga salah satu kebutuhan naluri dari organisme tadi dapat dipuaskan.Dalam bukunya A Scientific Theiry of Culture and Other Essays (1944). Dalam buku itu Malinowski mengembangkan teori tentang fungsi unsur-unsur kebudayaan yang sangat kompleks. Inti dari teori itu adalah pendirian bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.

           


DAFTAR PUSTAKA         

https://id.wikipedia.org/wiki/Alam

https://geografi-geografi.blogspot.com/2011/01/pengertian-lingkungan-hidup-menurut.html

https://monitaadvanturestudy.blogspot.com/2011/12/laporan-pertanggungjawaban-pengembaraan.html

https://ngalam.web.id/read/3739/desa-wisata-ngadas/

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: