Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang memiliki beragam budaya. Indonesia memiliki letak sangat strategis dan tanah yang subur dengan kekayaan alam melimpah ruah.. pengalaman masa lampau menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang sibuk dan menjadi salah satu urat nadi perekonomian yang ada di Asia Tenggara dan dunia yang menyebabkan banyak penduduk dari Negara lain datang ke Indonesia.
Di dalam masyarakat terdapat berbagai macam ragam bahasa yang digunakan oleh berbagai kelompok masyarakat dan suku bangsa. Menurut Harimurti Kridalaksana, munculnya berbagai ragam bahasa atau dialek tersebut disebabkan karena adanya faktor perbedaan waktu, tempat, sosial, budaya, situasi, serta sarana pengungkapan. Adapun berbagai macam ragam bahasa atau dialek yang berkembang di masyarakat tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, antara lain sebagai berikut.
Ragam bahasa yang digunakan oleh seseorang yang berbeda ragam bahasanya dengan orang lain yang disebut idiolek. Misalnya, ragam bahasa yang digunakan oleh orang dari suku Sunda akan berbeda dengan bahasa serta dialek yang digunakan seseorang dari suku Ambon.
Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat di suatu wilayah tertentu yang membedakannya dari bahasa yang dipakai oleh sekelompok anggota masyarakat di wilayah lainnya yang disebut dialek. Misalnya, bahasa Indonesia dialek Minang yang diucapkan oleh orang di daerah Padang akan berbeda dengan bahasa Indonesia dialek Jawa yang diucapkan oleh orang di daerah Solo.
Ragam bahasa yang digunakan oleh seke lompok masyarakat di suatu lingkungan tertentu yang berbeda dari suatu bahasa atau dialek yang digunakan oleh sekelompok masyarakat di suatu lingkungan sosial lainnya. Misalnya, ragam bahasa atau dialek yang digunakan oleh orang-orang di lingkungan pasar akan berbeda dengan ragam bahasa atau dialek yang digunakan oleh orang-orang di kantor atau sekolah.
Ragam bahasa yang dipergunakan oleh sekelompok masyarakat di suatu lingkungan kelas sosial tertentu akan berbeda dengan ragam bahasa atau dialek yang digunakan oleh sekelompok masyarakat di lingkungan kelas sosial lainnya. Misalnya, bahasa atau dialek yang dipergunakan oleh orang-orang dari lingkungan kelas sosial yang tinggi akan berbeda dari bahasa atau dialek yang digunakan oleh orang-orang dari kelompok kelas sosial menengah atau kelas sosial rendah.
Selain klasifikasi ragam bahasa tersebut, terdapat beberapa penggolongan ragam bahasa atau dialek yang dikemukakan oleh beberapa ahli linguistik. Menurut Pateda terdapat beberapa jenis ragam bahasa berdasarkan tempat, waktu, pemakai, pemakaian, situasi, dan statusnya. Menurut Sadtono terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi pembentukan variasi bahasa, yaitu faktor geografi, faktor sosial, dan faktor register yang menggambarkan ragam bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat keformalan suatu situasi, profesi, dan sarana bahasa.
Pengaruh Bahasa dan Dialek terhadap Masyarakat
Manusia mengenal bahasa dan dialek sejak ia dilahirkan. Semula hanya isyarat, mimik muka, atau gerak tubuh yang melambangkan istilah-istilah yang sederhana. Seperti larangan jangan menangis dengan gerakan menepuk-nepuk kedua belah tangan, mengajak bercanda sampai bayi itu tertawa, dan mengajak bernyanyi. Ketika usia mendekati satu tahun, manusia mulai belajar melafalkan kata-kata sederhana, seperti ayah, ibu, makan, dan minum.
Lingkungan merupakan faktor penentu dalam kebiasaan hidup manusia. Manusia akan selalu beradaptasi dengan lingkungannya. Contohnya, keluarga Batak yang sudah bertahun-tahun tinggal di lingkungan Yogyakarta akan menyukai masakan Yogya yang relatif lebih manis karena mereka terbiasa hidup dengan masakan yang manis itu. Orang yang berasal dari daerah lain atau pendatang memiliki kecenderungan untuk beradaptasi yang tinggi dengan lingkungan barunya kalau ingin diterima. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh pengakuan dari masyarakat setempat.
Dengan beradaptasi, para pendatang dapat mengidentifikasi diri sehingga mereka mampu memperlihatkan bahwa mereka sama dengan masyarakat sekitarnya yang menerima mereka sebagai masyarakat setempat. Salah satu cara untuk mengidentifikasikan diri agar diterima oleh masyarakat pribumi dengan mempelajari dan belajar menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-sehari terutama dalam berkomunikasi dengan pribumi.
Referensi:
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PT. Balai Pustaka
Siany L dan Atiek Catur B. 2009. Khazanah Antropologi 1: untuk Kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Leave a Reply