Mbaru Niang, rumah tradisional di Wae Rebo, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, merupakan warisan budaya Indonesia yang istimewa. Statusnya sebagai penerima Award of Excellence, penganugerahan tertinggi dalam UNESCO Asia-Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation tahun 2012 yang lalu membuat Wae Rebo menjadi kawasan yang dikenal secara internasional.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang membidangi urusan budaya dan ilmu pengetahuan itu mengatakan pemberian Award of Excellece kepada Mbaru Niang adalah bentuk pengakuan baru terhadap konservasi arsitektural.
Saat itu UNESCO memberi penghargaan terhadap Yayasan Rumah Asuh, yang dipelopori oleh arsitek ulung Yori Antar, yang berhasil memimpin proyek arsitektur di Wae Rebo, memanfaatkan tradisi lokal dan memberdayakan warga setempat untuk membangun kembali rumah tradisional di wiayah di ujung barat Flores itu.
“Dengan mengangkat wawasan tradisional dalam meneruskan format arsitektur dan praktek pembangunan (Mbaru Niang), proyek itu telah menjaga keberlangsungan hidup lingkungan lokal dan mempromosikan kebanggaan serta semangat dari komunitas lokal,” tulis UNESCO.
Mbaru niang yang dalam bahasa Manggarai berarti rumah kerucut, mendapat penghargaan bergengsi tersebut setelah menyisihkan 42 warisan budaya lain dari 11 negara di Asia. Peraih penghargaan dipilih berdasarkan sejumlah kriteria seperti bagaimana situs itu mencerminkan semangat lokal, kegunaan, kontribusinya terhadap lingkungan sekitar, dan keberlangsungan budaya serta sejarah lokal.
Rumah beratap semacam jerami ini memiliki tingkatan-tingkatan yang digunakan untuk berbagai keperluan.
Pada lantai pertama rumah ini yang disebut lutur atau tenda akan di gunakan oleh si pemilik rumah untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Lantai kedua yang disebut lobo, digunakan sebagai tempat menyimpan bahan makanan atau barang. Lantai ketiga yang disebut lentar, adalah tempat menyimpan benih tanaman hasil bercocok tanam. Lantai empat, disebut lempa rae, digunakan untuk tempat menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang banyak. Sedangkan pada lantai kelima yang terdapat di puncak rumah digunakan untuk menyimpan aneka sesajian si pemilik rumah.
Mbaru niang memang istimewa. Rumah-rumah kerucut itu tidak dapat dijumpai di mana pun kecuali di Wae Rebo, NTT, Indonesia. Sampai saat ini Mbaru niang terdapat tujuh unit di sana, di sebuah desa mini di tengah-tengah gunung nun jauh di pelosok Pulau Flores.
Meski masyarakat Manggarai memiliki mbaru gendang alias rumah gendang. Namun, mbaru gendang dianggap sama sekali berbeda dengan mbaru niang. Mbaru gendang bangunannya menyerupai tong atau drum yang diberi topi kerucut. Sedangkan mbaru niang adalah karya arsitektur budaya berupa kerucut. Seperti caping superbesar yang didirikan diatas tanah.
Agar dapat termasuk dalam pemilihan tersebut situs budaya yang didaftarkan harus berusia lebih dari 50 tahun dan proses restorasinya harus telah rampung dalam 10 tahun terakhir.
Mencapai Wae Rebo bukanlah perkara yang mudah. Kota terdekat untuk menuju ke sana adalah Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat yang masih bisa dicapai lewat darat atau udara. Bila berangkat dari sisi timur Indonesia, Ruteng dapat dicapai melalui Kupang. Sedangkan bila dari barat, penerbangan yang paling gampang ialah menuju Labuan Bajo yang berjarak sekitar 130 kilometer dari Ruteng.
jpnn.com