Kementerian Kesehatan Inggris, kata Luluk, terpaksa membuang “darah yang tidak terpakai” dalam jumlah banyak padahal dengan harga yang mahal sekitar £125 (Rp2,4 juta).
Pihak Universitas Cranfield – tempat Luluk melakukan studi- menghubungkannya dengan Kementerian Kesehatan Inggris dengan ke tur ke pusat darah di Bristol dan melihat pengolahan darah di Rumah John Radclife, Oxford. Aplikasi penelitian Luluk ini bisa membuat Kementerian Kesehatan Inggris menghemat sekitar £96.000 (sekitar Rp2 miliar) setiap bulan.
Mahasiswa doktoral program Leadership & Management ini mengatakan tertarik melakukan penelitian serupa di Indonesia namun menurutnya persediaan darah di Indonesia tidak berlebih seperti di Inggris dan bahkan cenderung kurang.
Mahasiswa asal Tulungagung ini akan menerima penghargaan dari asosiasi supply chain The Chartered Institute of Logistic and Transport (CILT) secara resmi bulan Oktober ini dalam acara Research Network Conference 2015.
Congratulations, Luluk!
Sumber: BBC Indonesia