Minyak merupakan sumber energi utama di Indonesia. Pemakaiannya terus meningkat baik untuk komoditas ekspor yang menghasilkan devisa maupun untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Sementara cadangannya terbatas sehingga pengelolaannya harus dilakukan seefisien mungkin. Karena itu, ketergantungan akan minyak bumi untuk jangka panjang tidak dapat dipertahankan lagi sehingga perlu ditingkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
Energi baru dan terbarukan adalah energi yang pada umumnya sumber daya nonfosil yang dapat diperbarui atau bisa dikelola dengan baik, maka sumber dayanya tidak akan habis. Laut selain menjadi sumber pangan juga mengandung beraneka sumber daya energi. Kini para ahli menaruh perhatian terhadap laut sebagai upaya mencari jawaban terhadap tantangan kekurangan energi di waktu mendatang dan upaya menganekakan penggunaan sumber daya energi. Kesenjangan antara kebutuhan dan persediaan energi merupakan masalah yang perlu segera dicari pemecahannya. Apalagi mengingat perkiraan dan perhi- tungan para ahli pada tahun 2010-an produksi minyak akan menurun tajam dan bisa menja- di titik awal kesenjangan energi.
Konsep mesin kalor adalah umum pada termodinamika, dan banyak energi yang berada disekitar manusia dihasilkan oleh konsep ini. Mesin kalor adalah alat termodinamika yang diletakkan di antara reservoir temperatur tinggi dan reservoir temperatur rendah. Ketika kalor mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah, alat tersebut mengubah sebagian kalor menjadi kerja. Prinsip ini digunakan pada mesin uap dan mesin pembakaran dalam, sedangkan pada alat pendingin, konsep tersebut dibalik. Dibandingkan dengan menggunakan energi hasil pembakaran bahan bakar, energi yang dihasilkan OTEC didapat dengan memanfaatkan perbedaan temperatur lautan disebabkan oleh pemanasan oleh matahari.
Sebagaimana kita ketahui, luas laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2, 70% luas keseluruhan wilayah Indonesia. Dengan luas wilayah mayoritas berupa lautan, wilayah Indonesia memiliki energi yang punya prospek bagus yakni energi arus laut. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai banyak pulau dan selat sehingga arus laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut. Selain itu, Indonesia adalah tempat pertemuan arus laut yang diakibatkan oleh konstanta pasang surut M2 yang dominan di Samudra Hindia dengan periode sekitar 12 jam dan konstanta pasang surut K1 yang dominan di Samudra Pasifik dengan periode lebih kurang 24 jam.
Untuk lautan di wilayah Indonesia, potensi termal 2,5 x 1023 joule dengan efisiensi konversi energi panas laut sebesar tiga persen dapat menghasilkan daya sekitar 240.000 MW. Potensi energi panas laut yang baik terletak pada daerah antara 6- 9° lintang selatan dan 104-109° bujur timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari 20 km dari pantai didapatkan suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dan didapatkan perbedaan suhu permukaan dan kedalaman laut (1.000 m) sebesar 22,8°C. Sedangkan perbedaan suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman lautan (650 m) lebih tinggi dari 20°C. Dengan potensi sumber energi yang melimpah, konversi energi panas laut dapat dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan energy listrik di Indonesia dengan dibangunya pembangkit listrik tenaga OTEC.
Termodinamika
Thermodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain . Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.
Prinsip thermodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari, dan dibumi energi tersebut berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang laut, proses pertumbuhan berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam diri manusia juga merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input energi kimia dalam maka nan menjadi energi gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan energi yang sangat bernilai yaitu energi pikiran kita.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka prinsip alamiah dalam berbagai proses thermodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin transportasi darat, laut, maupun udara merupakan contoh yang sangat kita kenal dari mesin konversi energi, yang merubah energi kimia dalam bahan bakar atau sumber.
Hukum-hukum Termodinamika
Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
•Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
•Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.
•Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
•Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
PEMBANGKIT LISTRIK OTEC
a.Pengertian Pembangkit Listrik OTEC
OTEC atau yang merupakan singkatan dari Ocean Thermal Energy Conversion merupakan salah satu teknik terbaru yang bertujuan untuk merubah energi yang ada di dalam lautan menjadi energi terbarukan yang salah satunya berupa energi listrik.
Sistem kerja OTEC mirip dengan sistem kerja siklus hidrologi di bumi yaitu ketika pada siang hari, matahari mengangkat molekul-molekul air mengalami penguapan (evaporation) ke awan lalu angin meniupkan ke arah daratan dan saat terjadi pengembunan (condensation) di awan, maka butiran-butiran air yang tadinya berupa uap kembali menjadi cair lalu turun ke darat. Sistem kerja inilah yang ditiru oleh OTEC yaitu memompa air laut permukaan yang bertemperatur tinggi (hangat) dan mengevaporasikannya kedalam turbin untuk menghasilkan listrik lalu mengkondensasikannya kembali dengan air laut dingin yang diambil pada laut dalam dan kemudian siklus berulang (Rahman,2008).
b.Sejarah Singkat Pembangkit Listrik OTEC
Sistem OTEC adalah suatu teknologi terbaru, konsepnya memiliki jalan pengembangan yang panjang. Dimulai pada tahun 1881, yaitu ketika Jacques Arsene d’Arsonval fisikawan prancis yang mengajukan konsep konversi energi termal lautan. Dan muridd’Arsonval George Claud yang membuat pembangkit listrik OTEC,pertama kalinya di Kuba pada tahun 1930. Pembangkit listrik itu menghasilkan listrik 22 kilowatt(kw) dengan turbin bertekanan rendah.
Pada tahun 1931, Nikola Tesla meluncurkan buku On Future Motive Power yang mencakup konversi energi termal lautan. Meski ia tertarik dengan konsep tersebut, ia beranggapan bahwa hal ini tidak bisa dilakukan dalam skala besar. Pada tahun 1935, Claude membangun pembangkit kedua di atas 10000 ton kargo yang mengapung di atas lepas pantai Brazil. Namun cuaca dan gelombang menghancurkan pembangkit listrik tersebut sebelum bisa menghasilkan energi. Pada tahun 1956, para fisikawan Prancis mendesain 3 megawatt pembangkit listrik OTEC di Abidjan, Pantai Gading. OTEC itu tak pernah selesai karena murahnya harga minyak di tahun 1950an yang membuat pembangkit listrik tenaga minyak lebih ekonomis.
Pada tahun 1962, J. Hilbert Anderson dan James H. Anderson, Jr. mulai mendesain sebuah siklus untuk mencapai tujuan yang tidak dicapai Claude. Mereka fokus pada pengembangan desain baru dengan efisiensi yang lebih tinggi. Setelah menganalisa masalah yang ditemukan pada desain Claude, akhirnya mereka mematenkan desain siklus tertutup buatan mereka pada tahun 1967. Amerika serikat mulai terlibat pada penelitian OTEC pada tahun 1974, ketika otoritas Natural Energy Laboratory of Hawaii mendirikan Keahole Point di Pantai Kona, Hawaii. Laboratorium itu merupakan fasilitas penelitian dan percobaan OTEC terbesar di dunia. Hawaii merupakan lokasi yang cocok untuk penelitian OTEC karena permukaan lautnya yang hangat dan akses ke laut dalam yang dingin. Selain itu, Hawaii juga negara bagian yang biaya listriknya cukup mahal di Amerika Serikat.
Meski Jepang tidak memiliki tempat yang berpotensial untuk mendirikan OTEC, namun Jepang banyak berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan OTEC , terutama untuk ekspor dan penerapannya di luar negeri. Salah satu proyek Jepang dalam pengembangan OTEC adalah fasilitas OTEC di Nauru yang menghasilkan 120 kW listrik. 90 kW dimanfaatkan untuk menggerakkan fasilitas OTEC tersebut dan 30 kW dialirkan ke sekolah-sekolah dan beberapa tempat di Nauru.
HUBUNGAN TERMODINAMIKA DENGAN PEMBANGKIT LISTRIK OTEC
a.Konsep Pembangkit Listrik OTEC
Ide pemanfaatan energi panas laut bersumber dari adanya perbedaan temperatur di dalam laut. Jika anda pernah berenang di laut dan menyelam ke bawah permukaannya, anda tentu menyadari bahwa semakin dalam di bawah permukaan, airnya akan semakin dingin. Temperatur di permukaan laut lebih hangat karena panas dari sinar matahari diserap sebagian oleh permukaan laut. Tapi di bawah permukaan, temperatur akan turun dengan cukup drastis. Inilah sebabnya mengapa penyelam menggunakan pakaian khusus selam ketika menyelam jauh ke dasar laut. Pakaian khusus tersebut dapat menangkap panas tubuh sehingga menjaga mereka tetap hangat.Sinar matahari yang jatuh di lautan diserap oleh air laut secara efektif dan energi tersebut tertahan pada lapisan permukaan laut pada kedalaman 35– 100m, dimana gaya angin dan gelombang menyebabkan temperatur dan kadar garam mendekati uniform. Pada wilayah lautan tropis yang terletak kira–kira diantara 15° lintang utara dan 15° lintang selatan, energi panas yang diserap dari matahari memanasi air laut pada mixed layer dengan suhu sekitar 28°C (82°F) yang konstant siang dan malam setiap bulan (Avery and Wu.1994).
Dibawah mixed layer, air laut menjadi semakin dingin seiring dengan pertambahan kedalaman hingga mencapai kedalaman 800 sampai 1000m (2500 to 3300ft), temperatur air berubah menjadi 4,4°C (40°F). Pada kedalaman 900 m keatas terdapat reservoir air dingin yang sangat besar. Air dingin ini merupakan akumulasi dari air dan es yang mencari dari daerah kutub.
Gambar 1. Citra Satelit Temperature Permukaan Laut
(NASA.2009)
2 hal diatas adalah adanya reservoir air panas yang besar di permukaan dan reservoir air dingin dibawah dengan perbedaan suhu sekitar 22°C sampai 25°C. Temperatur ini tak berubah drastis sepanjang tahun, dengan variasi beberapa derajat akibat adanya peru- bahan cuaca dan musim,dan perbedaan suhu antara pergantian siang dan malam hanya berefek sekitar 1 derajat (Rahman.2008). Konsep pembangunan pembangkit listrik OTEC dapat di bangun di darat maupun di tengah lautan seperti gambar dibawah ini:
Gambar 2 Pusat Listrik Konversi Energi Panas Laut (a) di Pantai, (b) di Laut
Gambar (a) memperlihatkan skema suatu pusat listrik OTEC yang terletak di darat, yaitu di tepi pantai. Tampak menonjol pipa pengambil air dingin, yang merupakan komponen yang penting. Dari Gambar tersebut juga dapat disimpulkan, bahwa gradient turun pantai harus curam. Bila tidak, maka pipa mejadi terlampau panjang, untuk dapat mencapai kedalaman 600 meter. Dalam hal demikian, maka kemungkinan lain, adalah pusat listrik OTEC terapung, sebagaimana terlukis pada Gambar (b), yang akan memutuskan kabel laut untuk penyaluran energi listrik.
b.Prinsip Kerja Pembangkit Listrik OTEC
Suatu jumlah energi yang besar yang diserap oleh lautan dalam bentuk panas yang berasal dari penyianaran matahari dan yang berasal dari magma yang terletak di bawah dasar laut. Suhu permukaan air laut di sekitar garis khatulistiwa berkisar antara 25 sampai 300 C. Di bawah permukaan air, suhu ini menurun dan mencapai 5 sampai 70 C sepanjang tahun pada kedalaman lebih kurang 500 meter.
Selisih suhu ini dapat dimanfaatkan untuk menjalankan meisn penggerak berdasar prinsip termodinamika, dan dengan mempergunakan suatu zat kerja yang mempunyai titik mendidih yang rendah; pada dasarnya mesin penggerak ini dapat digunakan untuk pembangkitan listrik. Gas Fron R-22 (CHCLF2), Amonia (NH3) dan gas Propan (C3H6) mempunyai titik mendidih yang sangat rendah, yaitu antara -30 sampai -500C pada tekanan atmosferik, dan +300C pada tekanan antara 10 dan 12,5 kg/cm2. Gas-gas inilah yang prospektif untuk digunakan zat kerja pada konversi panas laut.
Gambar 3. Skema Prinsip Konversi Energi Panas Laut (KEPL)
Dalam Gambar terlihat skema prinsip konversi energi panas laut menjadi energi listrik. Air hangat, dengan suhu antara 25 dan 300C dibawa ke evaporator. Bahan zat kerja, misalnya Fron R-22, yang berada dalam bentuk cair, dipanaskan oleh air hangat ini, mendidih, dan kemudian menguap menjadi gas dengan tekanan sekitar 12 kg/cm2. Gas dengan tekanan ini dibawa ke turbin, yang menggerakkan sebuah generator. Gas yang telah dipakai, setelah meninggalkan turbin, didinginkan dalam kondensor oleh air laut dingin, yang mempunyai suhu sekitar 5-70C, sehingga Fron R-22 kembali menjadi cair. Siklus berulang setelah Fron R-22 yang cair ini dipompa kembali ke dalam evaporator.Dengan demikian terdapat suatu siklus dari medium, dalam hal ini Fron R-22, dari keadaan cair menjadi gas, kembali menajadi cair, dan seterusnya.
c.Sistem Power Pembangkit Listrik Tenaga OTEC
Sistem power OTEC dapat dibagi kedalam tiga kategori yaitu:
•Open cycle ( Siklus terbuka )
•Closed cycle (Siklus tertutup )
•Hybrid cycle ( Siklus hybrid )
1.Siklus Terbuka
Pada siklus terbuka, air laut permukaan yang hangat langsung diuapkan pada ruang khusus bertekanan rendah. Kukus yang dihasilkan digunakan sebagai fluida penggerak turbin bertekanan rendah. Kukus keluaran turbin selanjutnya dikondensasi dengan air laut yang lebih dingin dan sebagai hasil yang terjadi hasilnya diperoleh air desalinasi. Pada siklus gabungan, air laut yang hangat masuk ke dalam ruang vakum untuk diuapkan dalam sekejap (flash- evaporated) menjadi kukus (seperti siklus terbuka). Kukus tersebut kemudian menguapkan fluida kerja yang memutar turbin (seperti siklus tertutup). Selanjutnya kukus kembali dikondensasi menjadi air desalinasi.
Siklus terbuka dengan mendidihkan air laut yang beroperasi pada tekanan rendah, menghasilkan uap air panas yang melewati turbin penggerak /generator Siklus tertutup menggunakan panas permukaan laut untuk menguapkan fluida penggerak dengan Amonia atau Freon. Uap panas menggerak- kan turbin, kemudian turbin berkerja menghidupkan generator untuk menghasil- kan listrik. Prosesnya, air laut yang angat dipompa melewati tempat pengubah. dimana fluida pemanas tekanan rendah diuapkan hingga menjalankan turbo- generator. Air dingin dari dalam laut dipompa melewati pengubah digunakan sebagai medium kerja maupun sebagai sumber energi.
Air hangat yang berasal dari permukaan laut diuapkan dalamsuatu alat penguap (flash evaporator) dan menghasilkan uap air dengan tekanan yang sangat rendah, l.k. 0,02 hingga 0,03 bar dan suhu kira-kira 20°C. Uap itu memutar sebuah turbin uap yang merupakan penggerak mula bagi generator yang menghasilkan energi listrik (Gambar 3). Karena tekanan uap itu rendah sekali maka ukuran–ukuran turbin menjadi sangat besar. Setelah melewati turbin, uap yang sudah dimanfaatkan dialirkan kesebuah kondensor yang menghasilkan air tawar. Kondensor didinginkan oleh air laut yang berasal dari lapisan bawah permukaan laut.
Dengan demikian, metode dengan siklus Claude terbuka ini menghasilkan energi listrik maupun air tawar. Masalah dengan metode ini adalah bahwa ukuran– ukuran turbin menjadi sangat besar oleh karena tekanan uap yang begitu rendah. Sebagai contoh, sebuah modul sebesar 10MW yang terdiri atas penguap, turbin dan kondensor, akan memerlukan ukuran garis tengah dan panjang 100 meter.
Gambar 4.Penbangkit Listrik Tenaga OTEC (Siklus Terbuka)
2.Siklus Tertutup
Dalam kaitan ini maka metode kedua, yaitu dengan siklus tertutup, merupakan pilihan yang pada saat ini lebih disukai dan digunakan banyak proyek percobaan. Seperti yang terlihat pada gambar 4, air permukaan yang hangat dipompa kesebuah penukar panas atau evaporator, dimana energi panas dilepaskan kepada suatu medium kerja, misalnya amonia. Amonia cair itu akan berubah menjadi gas dengan tekanan kira- kira 8,7 bar dan suhu ±21oC. Turbin berputar menggerakkan generator listrik yang menghasilkan energi listrik. Gas amonia akan meninggalkan turbin pada tekanan kira-kira5,1 bar dan suhu ±11oC dan kemudian di bawa ke kondensor.
Pendinginan pada kondensor mengakibatkan gas amonia itu kembali menjadi bentuk benda cair. Perbedaan suhu dalam rangkaian perputaran amonia adalah 10oC sehingga rendemen Carnot akan menjadi :
tetapi menjadi tidak ekonomis karena menjadikan OTEC sulit bersaing dengan pemanfaatan hidrokarbon secara langsung. Selain itu, yang juga perlu diperhatikan adalah ukuran pembangkit listrik OTEC bergantung pada tekanan uap dari fluida kerja yang digunakan. Semakin tinggi tekanan uapnya maka semakin kecil ukuran turbin dan alat penukar panas yang dibutuhkan, sementara ukuran tebal pipa dan alat penukar panas bertambah untuk menahan tingginya tekanan terutama pada bagian evaporator
Rendemen ini merupakan efisiensitermodinamika yang baik sekali, namun didalam praktek rendemen yang sebenarnya akan terjadi lebih rendah, yaitu sekitar 2–2,5%. Pada rancangan-rancangan terkini suatu arus air sebesar 3–5m3/s baik pada sisi air hangat maupun pada sisi air dingin, diperlukan untuk menghasilkan daya sebesar 1 MW pada generator. Selain amonia (NH3), juga Fron-R-22 (CHClF2) dan Propan (C3H6) memiliki titik didih yang sangat rendah, yaitu antara -30°C sampai -50°C pada tekanan atmosfer dan 30°C pada tekanan antara 10 dan 12,5Kg/cm2. Gas-gas inilah yang prospektif untuk dimanfaatkan sebagai medium kerja pada konversi energi panas laut.
Fluida kerja yang populer digunakan adalah amonia karena tersedia dalam jumlah besar, murah, dan mudah ditransportasikan. Namun, amonia beracun dan mudah terbakar. Senyawa seperti CFC dan HCFC juga merupakan pilihan yang baik, sayangnya menimbulkan efek penipisan lapisan ozon. Hidrokarbon juga dapat digunakan, akan tetapi menjadi tidak ekonomis karena menjadikan OTEC sulit bersaing dengan pemanfaatan hidrokarbon secara langsung. Selain itu, yang juga perlu diperhatikan adalah ukuran pembangkit listrik OTEC bergantung pada tekanan uap dari fluida kerja yang digunakan. Semakin tinggi tekanan uapnya maka semakin kecil ukuran turbin dan alat penukar panas yang dibutuhkan, sementara ukuran tebal pipa dan alat penukar panas bertambah untuk menahan tingginya tekanan terutama pada bagian evaporator.
Gambar 5.Pembangkit Listrik Tenaga OTEC
Closed cycle merupakan proses dimana heat digunakan untuk mengevaporasikan fluida pada tekanan yang tetap di dalam sebuah tangki pemanas atau evaporator, dari yang mana uap masuk ke piston mesin atau turbin dan berekspansi melakukan kerja. Uap keluar kemudian masuk ke dalam suatu wadah dimana heat ditransfer dari uap ke cairan pendingin, menyebabkan uap terkondensasi menjadi cair lalu cairan tersebut dipompa kembali ke dalam evaporator untuk melengkapi siklus.
Gambar 5. Siklus Rankine yang diterapkan pada OTEC (Sumber: Renewable Energy from the Ocean, Oxford)
Siklus Rankine diatas menunjukkan perbedaan tekanan dan suhu dari waktu ke waktu pada saat berlangsungnya sistem OTEC, dimana fluida kerja (working fluid) yang mengalir ke evaporator akan di evaporasikan terlebih dahulu hingga suhu dan tekanan tertentu sehingga dapat menggerakkan turbin lalu dialirkan kembali ke kondensator untuk dijadikan cair kembali dengan suhu dan tekanan yang telah diatur(Avery, Chih Wu.1994).
3.Siklus hybrid
Siklus hybrid menggunakan keunggulan sistem siklus terbuka dan tertutup. Siklus hybrid menggunakan air laut yang diletakkan di tangki bertekanan rendah untuk dijadikan uap. Lalu uap tersebut digunakan untuk menguapkan fluida bertitik didih rendah (amonia atau yang lainnya). Uap air laut tersebut lalu dikondensasikan untuk menghasilkan air tawar desalinasi.
Gambar 6. skema Pembangkit Listrik OTEC (Siklus Hybrid)
d.Efisiensi OTEC
Ada teori limit, hingga efisiensi maksimum dari sebuah sistem OTEC dengan mengkonversi panas yang disimpan di air permukaan hangat dari lautan tropis menjadi kerja mekanis.
Dimana : ηmax = efisiensi carnott
Tw = Temperatur absolut dari air hangat
Tc = Temperatur absolut dari air dingin.
Untuk wilayah laut yang paling cocok untuk operasi OTEC, temperatur permukaan rata-rata tiap tahunannya adalah berkisar 26.7o C hingga 29.4o C. Cold water pada 4.4 o C atau dibawah tersedia pada kedalaman dari 900 m. Oleh karena itu, maksimum efisiensi heat OTEC bahkan tanpa reduksi yang tak dapat dihindari disebabkan oleh friksi dan kehilangan panas, dapat dicapai hanya pada laju yang sangat kecil dari produksi power. Efsiensi adalah perbandingan dari energi atau hasil kerja pada sistem ke dalam input energi ke dalam sistem.
Daftar Pustaka
Avery, W. H. Wu, Chih. 1994. Renewable energy from the ocean : a guide to OTEC. Oxford University Press, Inc.New York.
Kadir, Abdul. 2005.Teknologi Konversi EnergiPanas Laut : Prinsip, Perkembangandan Prospek,Jakarta:Erlangga.
Rahman, Y. 2008. OTEC : Ocean Thermal Energy Conversion. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.
Sims, Calvin. Steam System May Improve Power Plant. Cambridge : Cambridge University Press.
Sitompul,Darwin 1991. Prinsip-Prinsip Konversi Energi.Jakarta:Erlangga.
Surinati, Dewi. 2009. Kondisi Oseanografi Fisikia Perairan Barat Sumatra (Pulau Simeulue dan Sekitarnya) Pada Bulan Agustus 2007 Pasca Tsunami 2004. Jakarta Utara.:Bidang Dinamika Laut, Pusat Penilitan Oseanografi, LIPI.
Uehara, H et al.1988. Conceptual Design of Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) Power Plants in thePhilipines. Pergamon Press.U.S.A
William H. Avery, Chih Wu.1994.Renewable Energy From The Ocean: A guide to OTEC, Oxford, .64 ELEKTROMATIKA, VOL. 1, N0. 1, Maret 2011
Wu, C. 1987. “A performance bound for real OTEC heat engines”. Ocean engineering, 24,349.