Seorang seniman lukis batik kontemporer asal Amerika Serikat (AS) Laura Cohn menggelar pameran lukisan batik kontemporer hasil karyanya, yang diberi judul “From Bali to Bala”.
“Saya bikin lukisan batik kontemporernya dengan teknik Indonesia, tapi saya gantikan sedikit. Karena saya seniman Amerika, jadi ada pemandangan, abstrak, kelihatan seperti lukisan akrilik, tapi dari teknik membatik,” ujar Cohn yang sangat fasih berbahasa Indonesia kepada VOA Indonesia.
Laura Cohn pertama kali mengenal batik ketika dirinya datang ke Indonesia pada tahun 1988. Awalnya Laura menetap di Bali dan bekerja di bidang pembangunan dan wisata di Universitas Udayana. Di sana ia banyak berkenalan dengan seniman lokal. Namun, pada tahun 1991 ia meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta agar bisa memiliki waktu yang lebih banyak lagi untuk melukis dan mendalami seni membatik.
“Saya beruntung karena bertemu guru membatik di sana, namanya Victor Sarjono, dia pelukis kontemporer batik,” ujar Cohn yang pernah tinggal di Indonesia selama enam tahun ini.
“Saya pindah dari Bali ke Yogyakarta, sewa rumah dan bikin studio.” kenang wanita yang tinggal di kota Bala Cynwyd di negara bagian Pennsylvania,
Tahun 1994 dirinya kembali pulang ke Amerika Serikat dan bertemu dengan seorang pria yang kini menjadi suaminya dan memutuskan untuk kembali menetap di AS. Cohn kemudian berusaha mengobati rasa rindunya pada Indonesia, dengan membangun sebuah studio di rumahnya dan mulai menggelar pameran untuk menjual lukisan-lukisannya, sekaligus untuk memperkenalkan Indonesia dan batik kepada masyarakat setempat. Menurutnya, belum banyak warga AS yang tahu betul mengenai batik.
Pameran bertajuk ‘From Bali to Bala’ tersebut sudah dilakukannya selama 18 tahun oleh Cohn. Judul pamerannya cukup unik dan menarik perhatian warga lokal maupun Indonesia ketika mendengar nama Bali.
Selain menggelar pameran, Laura juga mengajarkan kesenian batik dan kebudayaan Indonesia untuk murid-murid sekolah dasar di wilayah Pennsylvania. Para murid kemudian diberi tugas kelompok untuk menghasilkan karya seni.
“Mereka punya kurikulum untuk studi sosial dan sejarah mengenai Asia Tenggara,” jelas perempuan yang juga aktif di komunitas masyarakat Indonesia di Pennsylvania ini.
Selain itu, bersama temannya yang juga adalah seorang seniman, Cohn mengajar lokakarya batik yang ditujukan untuk orang dewasa dan keluarga yang kebanyakan adalah warga lokal.
“Namanya family batik workshop di studio saya di musim panas. Ibu atau bapak dan anaknya bisa datang bersama-sama,” ujarnya.
Tinggal jauh dari Indonesia ternyata membuat Cohn rindu. Sehingga, dirinya berusaha menjalani gaya hidup seperti ketika masih tinggal di Indonesia dulu. Seperti yang ia tuliskan dalam laman ‘From Bali to Bala,’ hasil karyanya, berbagi ilmu tentang batik, dan juga pameran yang ia adakan adalah hal-hal yang terus menghidupkan semangat Indonesia dalam dirinya.
voaindonesia.com