Peribahasa garam di laut dan asam di gunung ternyata tidak selamanya benar. Di Desa Long Midang, Kalimantan Timur, garam justru dihasilkan di atas gunung.
Ada hal tak biasa yang bisa Anda temukan saat berkunjung ke Kalimantan Timur. Garam yang biasanya berasal dari laut, bisa Anda temukan di gunung Kaltim, tepatnya dalam sebuah sumur di Desa Long Midang, Gunung Krayan, Kalimantan Timur. Di sana Anda bisa menemukan banyak sentra industri garam. Padahal, lokasi desa ini cukup jauh dari laut, sekitar 100 km dengan ketinggian 2.400 mdpl.
Sama dengan garam laut, garam gunung yang dihasilkan di Krayan memiliki penampilan yang sama, yaitu seperti pasir dan berwarna putih. Tetapi ternyata garam gunung memiliki kandungan yodium yang lebih tinggi dibanding garam laut loh!
Selain mengandung yodium yang tinggi, garam gunung juga memiliki kelebihan lain, yaitu tidak merubah warna sayur. Kalau biasanya sayur yang diberi garam laut berubah warna menjadi agak layu, tidak dengan garam gunung. Sayur yang diberi garam gunung tetap berwarna hijau segar.
Mau mencoba? Eits, tunggu dulu. Harga yang untuk satu bungkus garam gunung cukup mahal loh, yaitu sekitar Rp 20.000. Tapi itu semua sebanding dengan asal garam yang unik juga proses pembuatannya.
Ya, proses pembuatan garam gunung memang sedikit berbeda dengan garam laut. Bahan dasar berupa air sumur di Desa Long Midang direbus satu malam hingga air mengering. Setelah kering, tertinggalkan butiran kristal yang merupakan garam basah.
Kemudian, garam basah ini dimasukkan ke dalam batang bambu dan dibakar hingga bambu habis terbakar api. Sisa bakaran inilah yang merupakan garam kering yang kemudian di bungkus daun dan siap dijual.
Garam gunung asal Desa Long Midang sudah cukup terkenal, bahkan sampai ke negeri tetangga Malaysia dan Brunei Darussalam. Sayangnya, keberadaan garam gunung ini justru belum banyak diketahui masyarakat Indonesia.
(Travel Detik)