Beberapa tahun lalu, tari poco-poco mendadak tenar karena digunakan sebagai gerakan senam Jumat pagi disetiap instansi pemerintah dan sekolah-sekolah. Meski gerakannya tidak asli dari daerah tertentu di Indonesia, namun lagu iringannya berasal dari daerah Maluku yang diciptakan oleh Arie Sapulette dari Ambon. Tarian ini gerakannya sederhana dan cukup mudah untuk dilakukan untuk segala umur.
Selain menyehatkan tubuh Tari poco-poco ternyata juga dapat mengurangi potensi Alzheimer atau penyakit degeneratif otak. Penyakit Alzheimer sebagian besar menyerang orang di atas 65 tahun. Temuan ini diungkapkan Ria Maria Theresa, kandidat doktor Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Menurut dia, fungsi kognitif otak terlatih untuk terus merasakan emosi karena gerakan tari poco-poco dapat merangsang fungsi-fungsi eksekutif otak. “Fungsi ini merupakan salah satu fungsi kognisi tertinggi manusia,” kata Ria
Gejala Alzheimer ditandai, antara lain, dengan perubahan fungsi pada sistem neural monoaminergic yang melepaskan asam glutamat, noradrenalin, serotonin, dan serangkaian sistem pada otak. Sederhananya, fungsi otak penderita Alzheimer akan berkurang, khususnya pada fungsi memori.
Menurut Ria, tari poco-poco adalah bentuk proses biopsikososial yang baik. Poco-poco menuntut gerakan terstruktur, kemampuan psikomotorik dan sensorik yang cepat, serta mengatur tempo gerakan seiring ketukan lagu secara emosional. Meski memiliki gerakan rumit, dia mengklaim tari ini terbukti membuat tubuh lebih energik dan melatih daya pikir.
Kerumitan gerakan tari poco-poco secara langsung mempengaruhi perbaikan fungsi eksekutif dan plastisitas neuron. Dari gerakan rumit inilah poco-poco merangsang aktivitas sel neuron dan meningkatkan panjang dendrit (cabang sel neuron). Faktor itu menguntungkan bagi orang tua yang berpotensi besar terkena Alzheimer.
tempo.co