Di balik kesuksesan film superhero “Ant-Man” yang dibintangi oleh aktor Paul Rudd dan Michael Douglas, ada sosok animator Indonesia Ronny Gani yang ikut terlibat dalam penggarapan animasinya.
Sebelumnya ia juga terlibat dalam penggarapan animasi untuk film superhero “the Avengers: Age of Ultron”.
Ronny Gani beserta sekitar 20 animator lainnya di perusahaan efek visual Double Negative, tempat ia bekerja di Singapura, dihadapi dengan tantangan yang baru ketika harus menggarap animasi untuk film ‘Ant-Man.’
“Challenge-nya bagaimana untuk menganimasi karakter superhero yang skalanya mini, karena dia kan kecil sekali,” papar Ronny Gani ketika dihubungi oleh VOA belum lama ini.
Untuk penggarapan animasi film yang bercerita tentang sang manusia semut ini, Ronny membutuhkan waktu sekitar empat bulan. Pada waktu itu ia baru saja pindah ke perusahaan Inggris, Double Negative cabang Singapura, setelah pindah dari perusahaan Industrial Light and Magic yang juga berlokasi di Singapura.
Ronny cukup beruntung bisa langsung terlibat dalam penggarapan animasi untuk proyek film Hollywood yang telah memakan biaya sebesar Rp 1,8 triliun di perusahaan yang baru ini.
Walaupun bekerja di belakang layar, sebagai seorang animator Ronny tetap harus menggunakan perasaannya dalam menggarap animasi, terutama dalam film Ant-Man kali ini.
“(Film Ant-Man) lebih action-comedy. Ada humornya. Jadi dalam setiap animasi yang kita bikin juga kemungkinan harus bisa memasukkan unsur humornya itu,” ujar lulusan arsitektur dari Universitas Indonesia yang memutuskan untuk banting setir ke dunia animasi ini.
Semangat Berbagi Ilmu AnimasiDunia animasi memang sudah dicintai Ronny sejak dulu. Inilah yang membuatnya selalu semangat jika diminta untuk berbagi ilmu dan pengalamannya di bidang animasi. Baru-baru ini ia berbicara di ajang Ted Talks yang diadakan oleh perusahaan P&G di Singapura, di mana ia menjelaskan tantangan yang ia hadapi ketika baru memulai karirnya di bidang animasi. Tidak seperti sekarang, dulu belum begitu banyak institusi yang mengajarkan pendidikan animasi secara formal.
“Jadi aku harus gerilya belajarnya. Mengambil dari buku mana, download tutorial dari Internet,” jelas animator yang juga pernah menggarap film Transformers: Age of Extinction dan Pacific Rim ini.
Selain menjadi pembicara, Ronny juga masih aktif mengajarkan teknik animasi melalui kelas online miliknya di Internet, ‘Bengkel Animasi’. Karena masih mengedepankan karirnya, Ronny pun membatasi jumlah murid yang ia terima. Saat ini murid Ronny berjumlah lima orang Indonesia yang tinggal di berbagai penjuru, antara lain Malaysia, Jakarta, Bandung, dan Malang. Mereka semua berkomunikasi di luar jam kantor melalui telepon konferensi.
“(Murid-muridnya) ada yang baru ingin masuk kuliah atau sudah mulai MOS (Masa Orientasi Siswa), which amazingly dia sudah punya basic animation yang cukup lumayan menurutku untuk anak yang masih seumur segitu,” papar pria yang suka naik gunung ini.
Semangat para muridnya dalam mempelajari animasi ternyata juga menular kepadanya. “Sebagai yang ingin mengajar, jadi semangat melihat ‘wah, ini anak semangat gitu untuk belajar,’ jadi keinginan aku untuk membagi ilmuku ke dia jadi lebih termotivasi juga,” kata Ronny menutup wawancara dengan VOA.
Editor | : Tri Wahono |
Sumber | : VOA Indonesia |