Sampai dengan awal tahun 1970-an, hubungan telekomunikasi dalam negeri masih menghadapi kendala. Keberhasilan penggunaan jaringan satelit untuk hubungan luar negeri mendorong munculnya gagasan untuk memanfaatkan teknologi yang sama bagi kepentingan dalam negeri. Dari beberapa pilihan yang ada, sistem komunikasi yang memanfaatkan teknologi satelit dianggap sebagai cara yang paling tepat untuk mengatasi berbagai persoalan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pada tanggal 15 Pebruari 1975 Indonesia menandatangani pengadaan dua satelit, yaitu satu stasiun pengendali utama dan empat puluh stasiun bumi. Untuk menjalankan rencana tersebut, sebagai langkah persiapan pemerintah Indonesia mulai membangun sumber daya manusia dan fisik sejak tahun 1974. Beberapa orang Indonesia dikirim ke luar negeri untuk mempelajari sistem komunikasi modern.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menerapkan proses alih teknologi komunikasi di Indonesia. Sebagai langkah selanjutnya kemudian dibangun pusat pengendalian satelit di Cibinong, Jawa Barat, yang kemudian diikuti oleh pembangunan beberapa stasiun bumi lainnya. Para pakar teknologi komunikasi Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri bekerja sama mengoperasikan teknologi komunikasi modern yang kemudian diberi nama Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.
SKSD Palapa adalah sistem satelit komunikasi yang dikendalikan oleh sistem satelit komunikasi pengendali bumi yang dibuat oleh Hughes Aircraff Company (HAC) Perumtel Indonesia. Nama Palapa ini diambil dari Sumpah Palapa Gajah Mada yang akan mempersatukan Nusantara. SKSD Palapa dibangun pada tahun 1974-1976. Pada tanggal 9 Juli 1976 diluncurkan satelit palapa generasi pertama milik Indonesia di Cape Kennedy, Florida, amerika Serikat. Satelit Palapa dibuat oleh pengusaha pesawat Hughes dengan garis tengah satelit 75 inchi (1,9 meter), tinggi 13 kaki 3 inchi (4,04 meter), dan beratnya 300 kg. Peluncuran satelit ini dikoordinasi dan dipertanggungjawabkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) dan berfungsi sejak tanggal 16 Agustus 1976.
Indonesia tercatat sebagai negara keempat yang memiliki satelit setelah Kanada, Uni Soviet, dan Amerika Serikat. Pada tanggal 11 Maret 1977 diluncurkan satelit Palapa A2 yang berfungsi sebagai cadangan yang siap digunakan apabila satelit Palapa A1 mengalami kerusakan atau gangguan. Satelit Palapa A1 dan A2 disebut sebagai satelit generasi pertama yang usia pakainya 7 tahun. Pada tanggal 18 Juli 1983 diluncurkan lagi satelit Palapa B1 untuk menggantikan satelit Palapa A1 dan A2. Satelit ini diluncurkan dengan pesawat ulang-alik Challenger yang disusul dengan peluncuran satelit Palapa B2. Kawasan kerja satelit Palapa B2 meliputi negara-negara ASEAN dan Papua Nugini.
Pemerintah Indonesia pada tanggal 20 Maret 1967 meluncurkan sateit B-2P. Selanjutnya berturut-turut diluncurkan satelit Palapa B-2R pada tanggal 20 Maret 1990, dan satelit Palapa B-4 pada tanggal 7 Maret 1992. Tanggal 16 Mei 1996 diluncurkan satelit Palapa C-1 untuk menggantikan posisi satelit sebelumnya. Selain satelit Palapa, satelit komunikasi yang lain adalah Telkom I dan Garuda I.
Apakah fungsi dan manfaat SKSD? Berikut 4 fungsi dan manfaat utamanya :
1. Hubungan komunikasi antardaerah, antarnegara lebih mudah.
2. Mempererat penyebaran informasi melalui televisi, internet, faksimile.
3. Mempermudah komunikasi telepon SLI, SLJJ, STO (Sentral Telepon Otomat).
4. Sebagai satelit penghubung (repeater). Untuk mengendalikan satelit Palapa telah dibangun beberapa stasiun di bumi.
Stasiun tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Stasiun Bumi Lintas Utama (SLU) di ibu kota provinsi.
2. Stasiun Pengendali Utama (SPU) di Cibinong, Jakarta.
3. Stasiun bumi lintas tipis dengan TV di daerah terpencil seperti di Bengkulu, Biak, dan Pangkal Pinang.
4. Stasiun bumi lintas tipis dan tanpa TV di daerah yang lebih terpencil lagi seperti di Ternate, Fak-Fak, dan Manokwari.
Sumber: https://www.sejarah-negara.com/2014/09/sejarah-peluncuran-satelit-palapa-dan.html
Konten adalah milik dan hak cipta www.sejarah-negara.com