Hari itu, 17 Agustus 2015, pagi-pagi sekali, pukul 06.00 WIT, ratusan anak kecil hingga orang dewasa terlihat sibuk mempersiapkan diri. Para pasukan pengibar bendera melakukan pemanasan baris-berbaris. Kelompok drumband anak-anak gabungan siswa SD dan SMP dari Mimika pun sudah berbaris rapi sembari mengetes harmonisasi alat musik yang mereka bawa. Para penari berdandan. Pagi sekali memang. Mereka ingin memberikan yang terbaik, kesempurnaan penampilan pada upacara peringatan kemerdekaan Indonesia ke-70.
Upacara dimulai pukul 08.30 WIT. Ratusan pelajar dari tingkat SD hingga SMA, jajaran TNI dan Polri, karyawan PT Freeport Indonesia, dan masyarakat umum lainnya mengikuti upacara yang dilangsungkan di Alun-alun kota Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Papua. Upacara berlangsung tertib dan khidmat.
Setelah prosesi inti upacara selesai, tiba giliran kelompok paduan suara menyanyikan beberapa lagu daerah Indonesia. Cublak-cublak Suweng, Anging Mamiri, Yamko Rambe Yamko, dan lagu-lagu daerah lainnya dilantunkan dengan merdu. Harmonisasi nada yang mereka keluarkan mampu menggetarkan hati, membuat bulu kudu berdiri. Indah sekali.
Mereka adalah kelompok paduan suara Iyakoko Patea. Paduan suara yang beranggotakan para karyawan Freeport Indonesia dan masyarakat umum yang berasal dari berbagai etnis di Indonesia. Iyakoko Patea dibentuk pada 2 Desember 2006. Ferdinand Deda, Ketua Iyakoko Patea menjelaskan, nama Iyakoko Patea diambil dari bahasa suku Kamoro, salah satu suku di Papua, yang berarti suara indah atau suara emas.
Berbagai prestasi baik tingkat nasional hingga internasional telah mereka ukir. Pada 2013 saat mengikuti kompetisi paduan suara tingkat Asia-Pasifik, mereka membawa pulang dua medali emas. Juni 2014, Iyakoko Patea mendapatkan medali emas pada ajang kompetisi paduan suara tingkat dunia di Riga, Latvia, untuk kategori folklore. Sungguh sangat membanggakan.
Ferdinand menceritakan bagaimana mereka berproses. Paduan suara ini dibentuk oleh Departemen Quality of Life PT Freeport Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup karyawan. Awalnya hanya beranggotakan karyawan PT Freeport Indonesia. Kemudian mulai tahun 2010, paduan suara Iyakoko Patea membuka diri. Anggota paduan suara Iyakoko Patea makin banyak dan beragam. Ada yang berasal dari masyarakat umum, pegawai negeri, dokter, siswa SMA, dengan berbagai latar belakang suku dan agama.
Setiap Sabtu dan Minggu mereka berlatih di fasilitas yang sudah disediakan PT Freeport Indonesia. Kelebihan Iyakoko Patea adalah, selain bernyanyi, mereka juga memadukan gerak dan nyanyian. Mereka banyak mempelajari lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia. Beragamnya budaya Indonesia diakui Ferdinand dan kawan-kawan Iyakoko Patea seringkali menjadi inspirasi sekaligus menambah khasanah kekayaan harmoni dalam lagu-lagu yang mereka bawakan.
Iyakoko Patea. Nama itu memang pantas dilekatkan pada grup mereka. Suara emas dari Papua.
Foto oleh: Imam dan Dokumentasi Iyakoko Patea