Anda mungkin belum banyak mengenal siapa itu Lily Dawis. Apalagi bila mendengar bahwa dia adalah seorang komposer musik. Memang bila dibandinggkan dengan musisi-musisi terkenal tanah ari Lily Dawis bukanlah siapa-siapa, sebab dirinya adalah pemula dalam dunia permusikan. Namun meski masih pemula, karya Lily Dawis berupa senandung-senandung Anak malah disukai dan dikenal banyak orang bahkan dari luar negeri.
Sebenarnya, bahkan Lily Dawis tidak pernah terpikirkan untuk menjadi pencipta lagu profesional atau komposer. Ia dulunya hanya seorang ibu yang tulus bersenandung untuk anaknya di kala putrinya lahir, bisa berjalan dan momen-momen perkembangan si kecil lainnya yang diabadikan Lily lewat lagu dengan lirik sederhana hasil ciptaannya.
Cerita bermula pada Mei 2012 saat Lily banyak bersenandung dalam interaksi dengan buah hatinya dengan tujuan membuat anaknya nyaman dalam dekapannya. “Melodi dan lirik lagu keluar begitu saja,” kata Lily.
Kemudian tanpa sepengatuhan dirinya, selama ‘meninabobokan’ sang buah hati, melodi dan lirik lagu yang dinyanyikannya direkam oleh suami tercintanya. “Suami saya bilang lagunya enak. Dia yang mendokumentasikan semuanya, termasuk mengajari menggunakan voice recorder,” kenang nya.
Hingga telah terkumpul sebanyak 10 lagu, Lily mencoba untuk mematenkan lagu-lagunya itu. “Awalnya saya hanya ingin tahu lagu-lagu ini orisinal atau tidak. Satu-satunya yang bisa dijadikan pembanding adalah US Copyrights Office. Saya berniat mendaftarkan lagu ke sana, karena tempat itu ibarat bank lagu dari berbagai tempat,” ungkap penyandang gelar Bachelor of Science pada 1999 ini.
Rupanya, garis nasib baik sedang berpihak pada Lily. Dia menyatakan keinginan mendaftarkan lagu tersebut kepada rekannya yang seorang pengacara di AS. Kebetulan pula, rekannya ini merupakan istri dari seorang musisi kenamaan Indonesia, James F. Sundah.
Singkatnya kemudian Lily Dawis diminta untuk menyanyikan lagunya dihadapan James Sundah yang punya segudang pengalaman dan menjadi juri di ajang festival musik nasional maupun internasional.
“Karena pengalaman tersebut, setidaknya Bung James lebih tahu apakah lagu-lagu itu orisinal atau tidak. Saat diminta menyanyikan, tiba-tiba Bung James meminta saya untuk berhenti. Hal yang membuat saya terkejut, dia bilang lagu ini yang ditunggu 10—15 tahun ini,” kenang wanita yang juga memiliki usaha tas bermerek Kindle ini.
Menurut James F. Sundah, ada keistimewaan dan ketulusan yang disampaikan dengan bahasa intim, baik ke anak maupun ke si-ibu itu sendiri dari lagu-lagu tersebut. “Katanya sayang sekali lagu bagus jika hanya untuk dinikmati sendiri, padahal anak seluruh dunia butuh lagu ini,” ujar Lily menceritakan pengalamannya.
Secara keseluruhan terkumpul 12 lagu dalam bahasa Inggris dan 2 lagu dalam bahasa Indonesia. Membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun untuk menyelesaikan album tersebut, termasuk mencari sosok penyanyi anak yang tepat.
Album yang diberi label Bubbles of Love tersebut akhirnya dikemas dalam dua bahasa. Masing-masing album, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia terdapat 14 lagu.
“Saya daftarkan 14 lagu itu ke AS. Secara tidak langsung ini juga mencatat sejarah sebagai album pertama dan satu-satunya orang Indonesia yang langsung semuanya terdaftar di negara itu,” imbuhnya.
Meski penjualan berfokus pada pasar di Indonesia, namun ternyata lagunya sudah banyak di download di banyak negara.
“Lagu saya sudah di download di Amerika, Inggris, Israel, Malaysia, Jepang, Korea dan lainnya,” terang Lily
Dia berharap album tersebut akan membawa nuansa baru, terutama bagi perkembangan musik anak-anak di Indonesia yang semakin ‘kering’ karya. Kondisi inilah yang membuat anak-anak banyak mendengar lagu yang belum sesuai dengan usia dan perkembangan mereka.
bisnis.com