Perpustakaan Kayu Terbesar ketiga di Dunia ada di Indonesia

Perpustakaan Kayu, mungkin dalam benak kita adalah perpustakaan dengan buku-buku tentang kayu. Namun sebenarnya perpustakaan kayu adalah perpustakaan yang mengumpulkan segala hal tentang kayu. Koleksi-koleksinya bukan hanya buku namun lebih mengutamakan tentang spesimen kayu. Spesimen kayu yang dikumpulkan juga berasal dari seluruh dunia dan tentu saja dari Indonesia yang menjadi paru-paru dunia melalui hutan tropisnya.

Menariknya menurut catatan publikasi ilmiah telah teridentifikasi lebih dari 4.000 jenis pohon kayu yang terdapat di Asia Tenggara, dengan sebagian besar jenis-jenis tersebut tumbuh di Indonesia. Namun ternyata baru sekitar 75% atau 3.001 jenis saja yang sampel kayunya baru berhasil di koleksi hingga saat ini.

Xylarium Bogoriense atau perpustakaan kayu yang berlokasi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) Bogor tersebut telah mengumpulkan contoh kayu sebanyak 40.858 spesimen dari 591 marga (genus) dari 94 suku (family).

hutan tropis

Seperti dikutip dari Republika, Andianto seorang peneliti anatomi mengatakan bahwa Xylarium Bogoriense bermanfaat untuk edukasi, pendidikan, dan wisata sejarah tanaman pohon di Indonesia.

Perpustakaan kayu ini difungsikan untuk empat hal diantaranya perpustakaan kayu yang berlokasi di Jalan Gunung Batu, Bogor ini. Pertama, sarana penunjang penelitian ciri anatomi dan taksonomi tumbuhan berkayu. Kedua, bahan rujukan dan identifikasi contoh kayu tak dikenal. Ketiga, sumber informasi nama lokal dan nama ilmiah kayu. Keempat, sumber informasi keanekaragaman jenis kayu di wilayah tertentu. Kelima, sumber informasi wilayah persebaran jenis-jenis kayu tertentu.

Perpustakaan yang didirikan oleh kolonial Belanda sejak tahun 1914 tersebut nyatanya adalah perpustakaan kayu dengan koleksi spesimen terbesar ketiga di Dunia.

Upaya identifikasi kayu merupakan tahapan yang sangat penting. Sebab proses ini dapat digunakan untuk mengetahui jenis-jenis kayu yang diperdagangkan, peruntukannya, serta menentukan nilai kayu tersebut. Identifikasi kayu tak jarang dibutuhkan aparat kepolisian, kejaksaan, dan bea cukai untuk memastikan spesies kayu dilindungi yang dilarang diperjualbelikan, serta diselundupkan.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/11/perpustakaan-kayu-terbesar-ketiga-di-dunia-ada-di-indonesia/

LIPI Bangun Pusat Penelitian Kelautan di Ujung Barat Indonesia

Indonesia saat ini benar-benar berusaha menjadi negara dengan kekuatan maritim terbesar di dunia. Mulai dari pembangunan infrastruktur sampai dengan studi penelitian dilakukan secara masif. Kabar terbaru adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia saat ini sedang membangun pusat penelitian kelautan di ujung barat Indonesia, Sabang Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Stasiun ini nantinya meneliti perkembangan ilmu kelautan yang berdampak positif bagi ekonomi, politik maupun keamanan di Indonesia.

Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain mengatakan, penelitian kelautan di wilayah barat Indonesia masih belum berkembang. Hal tersebut disebabkan tingginya biaya penelitian yang bersumber dari belum adanya stasiun penelitian kelautan untuk wilayah barat Indonesia. Selama ini, kata Iskandar, penelitian kelautan lebih banyak difokuskan di kawasan timur Indonesia. Sedangkan untuk wilayah barat, LIPI hanya memiliki stasiun penelitian di Pulau Pari.

Sabang

“Ini yang membuat biaya penelitian di kelautan di barat Indonesia tinggi, akibatnya penelitiannya tidak berkembang,” kata Iskandar

Selain untuk memperkuat penelitian kelautan di daerah barat stasiun penelitian di Sabang ini juga difokuskan untuk penelitian perairan Samudera Hindia. Penelitian di kawasan ini dianggap dapat memberi kemajuan Iptek kelautan di Indonesia. Iskandar meyakini, Samudera Hindia tidak kalah pentingnya dengan lautan di timur Indonesia.

Pembangunan stasiun ini, kata Dirhamsyah akan dimulai pada 2016. Penelitian akan menguak potensi kelautan dari sisi sosial ekonomi, lingkungan, bahkan keamanan NKRI karena Sabang adalah salah satu wilayah Indonesia terdepan dan terluar.

Wali Kota Sabang Zulkifli H Adam mengapresiasi atas dipilihnya Sabang sebagai stasiun penelitian LIPI di wilayah barat. Menurutnya, pilihan tersebut tepat.

Mantan bendahara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini menjelaskan, Kota Sabang memang memiliki keunggulan. Menurutnya, Laut Sabang sangat tenang dan bersih sehingga sempat mendapat julukan sebagai partai terbersih di Indonesia.

Zulkifli juga mengatakan, Laut Sabang memiliki kumpulan terumbu karang yang indah. Pulau Rondo, salah satu dari gugusan pulau di Sabang pun sedang menjadi perhatian dunia. Pulau Rondo memiliki minyak bumi yang akan habis setelah 375 tahun. “Sabang juga merupakan kota teraman dibandingkan kota di Aceh lainnya,” tambah dia.

republika.co.id

Mendaki Elbrus dengan Cara yang tidak Biasa dilakukan Anggota Kampala Bengkulu

Anggota Kelompok Aktivitas Mahasiswa Pencinta Alam (Kampala) Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (FP Unib), menggelar ekspedisi pendakian ke Gunung Elbrus di Pegunungan Kaukasus Barat, Rusia yang memiliki ketinggian 5.642 di atas permukaan laut.

Pendakian dan Pemuncakan sebuang gunung tertinggi atau yang tersulit sudah banyak terjadi. Namun Tim Bengkulu Elbrus Expedition (BEE) ini memiliki cara yang berbeda untuk melakukan pemuncakan gunung. Mereka memuncaki gunung dengan membawa misi pemecahan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) yaitu pemuncakan gunung menggunakan baju adat Bengkulu, sebagai bagian promosi budaya dan kampanye lingkungan.

Seperti dikutip dari Okezone, Ketua Umum Kampala FP Unib, Saadah Junika mengatakan, tim ekspedisi yang berangkat ke gunung tertinggi di lempeng benua Eropa dan perbatasan Rusia-Georgia itu, terdiri dari tiga anggota aktif Kampala, yakni Adnan Hidayat Hasibuan (25), Herydupen Malau (23), Ardi Pangestu (23) dan didampingi team leader dari Anggota Luar Biasa (ALB) D. Andalas (39).

Pendakian

Saadah menjelaskan bahwa pada tahun 1999, Kampala Unib telah mendaki puncak Cartensz Pyramid di Papua. Sehingga dirinya menambahkan, bahwa pendakian ke Gunung Elbrus ini merupakan misi kedua dari pendakian Seven Summit tertinggi di dunia yang dilakukan Kampala Unib.
”Misi BEE ini pemecahan rekor MURI menggunakan baju adat. Kampanye internasional penyelamatan hutan hujan Sumatera,” kata Saadah, Kamis (10/9/2015).
Sementara itu ketua tim Ekspedisi, D. Andalas mengatakan, program pendakian ke Elbrus selama delapan hari pendakian yang dimulai sejak, Kamis 17 September 2015 mendatang.

Selain itu, kata dia, saat melakukan pendakian nantinya pakaian adat Bengkulu akan dikenakan setiap pendaki. Serta tentu saja tidak ketinggalan mengibarkan bendera merah putih dan pengibaran bendera berlogo Provinsi Bengkulu di puncak tertinggi Benua Eropa itu. ”Semoga misi kami ini berhasil,” ucap Andalas.

Keberangkatan tim ekspedisi Bengkulu Elburs Expedition (BEE) tersebut dihelat di aula gedung daerah Gubernur Bengkulu dengan disaksikan oleh Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah dan Danrem Gamas 041 Kol (Inf) Fajar Budiman pada Kamis (10/9/2015) yang lalu.

okezone.com

Nenek Juara Dunia yang Tiada Henti Mengharumkan Nama Indonesia

Semangat berprestasi harus terus dikobarkan tanpa mengenal usia. Begitulah kira-kira prinsip hidup seorang Nenek Maria Albertina Matulessy. Di usianya yang sudah menginjak 85 tahun, wanita yang akrab disapa Tineke Matulessy ini masih terus berprestasi di olah raga atletik.

Sekilas jika melihat fisiknya yang berambut putih semua. Kulit wajahnya juga berhias keriput di sana-sini. Jalannya pun sudah tidak setegap atlet pada umumnya. Mungkin kita akan ragu akan kemampuan wanita paruh baya ini. Namun begitu berada di arena atletik, kita akan terkagum-kagum dengan kemampuannya yang masih sangat prima.

Maria Albertina Matulessy

Tineke yang saat ini tercatat sebagai atlet atletik master berprestasi tertua dalam sejarah Persatuan Atletik Master Indonesia (PAMI). Dua bulan lalu Tineke berhasil mendengungkan lagu Indonesia Raya di Lyon, Prancis lantaran menjadi juara pertama lompat jungkit dan juara kedua lompat jauh kelompok umur 85 tahun di ajang Wold Master Athletic 2015 di Prancis pada 4-16 Agustus 2015 lalu.

Wanita kelahiran 5 Juni 1930 ini sudah menekuni cabang olahraga atletik sejak puluhan tahun lalu. Selama berkarir sebagai atlet, ratusan medali diraih Tineke jumlahnya bahkan sudah ratusan. ’’Totalnya bisa sampai 300-an medali, bisa juga lebih,’’ tutur Tineke.

Namun bagaimana nenek dari sebelas cucu itu menjaga kondisi tubuhnya agar tetap baik? Tineke mengungkapkan, kuncinya ada tiga. Yaitu, menjaga gaya hidup, pola makan, dan terus mengasah kekuatan otot-otot badan dengan berolahraga. Kunci ketiga itulah yang paling menonjol.

“Makan makanan yang diperbolehkan pada usia kita, istirahat dan berlatih harus seimbang, jangan berlebih-lebihan dan suasana hati harus selalu senang,” ujar perempuan yang saat ini tinggal di Pasar Minggu, Jakarta ini.

Menurutnya semangat untuk berprestasi tidak boleh terhambat hanya karena usia. Terutama bila demi mengharumkan nama Indonesia

“Prestasi bagi saya tidak boleh mengenal usia. Jangan lalu karena kita sudah tua lantas tidak termotivasi untuk berprestasi. Saya sudah 85 tahun. Tapi akan terus bertekad mengikuti perlombaan atletik dan mengharumkan nama Indonesia hingga saya berusia ratusan tahun,” ungkapnya dengan sorot mata berbinar.

Wanita yang akrab dipanggil dengan Oma Tin ini juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak akan pernah berhenti untuk berkirpah di dunia atletik. ’’Selama saya masih kuat berlari dan melompat, selama itu jugalah saya akan ada di arena atletik,’’ tegasnya.

Semangat dan kemauan untuk terus berprestasi Nenek Maria Matulessy itulah yang seharusnya ditiru oleh generasi muda saat ini.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/12/nenek-juara-dunia-yang-tiada-henti-mengharumkan-nama-indonesia/

Timnas Indonesia Taklukkan Homeless World Cup 2015 di Amsterdam

Indonesia patut berbangga karena timnas Indonesia  berhasil unggul atas Italia 7-2 pada pertandingan perdana Homeless World Cup 2015 (HWC) yang berlangsung di Museumplein, Amsterdam, Belanda. Kemengan ini sekaligus menempatkan Indonesia menduduki posisi dua grup D kalah selisih goal dari Kosta Rika yang menang 10-2 atas Slovenia. HWC 2015 kategori laki-laki ini diikuti oleh 48 negara.

Timnas HWC 2015 Indonesia (foto: Rumah Cemara)

Awal babak pertama, Jaka Arisandy dkk cukup kesulitan untuk dapat membongkar pertahanan Italia. Kombinasi antara Yudha, Jaka, Dadang dan Farid yang diturunkan sejak menit awal baru bisa menghasilkan goal pada menit ke lima. Saat itu Dadang berhasil membuka gol kemenangan melalui tendangan penalti.

Setelah gol pertama terjadi Indonesia semakin mampu mengembangkan permainannya sehingga gol demi gol pun mampu dilesatkan oleh anak asuh Gimgim Sofyan ini. Hasil akhir Indonesia mampu menutup pertandingan dengan kemenangan telak 7-2. Tujuh gol Indonesia diantaranya diciptakan oleh Dadang (5), Jaka dan M. Farid.

“Di menit awal anak-anak terlihat belum beradaptasi dengan lapangan. Itu membuat kami kesulitan untuk membuka pertahanan lawan. Tapi setelah terciptanya gol pertama motivasi anak-anak semakin meningkat. Kemenangan ini modal kita untuk bisa bermain lebih baik di pertandingan-pertandingan berikutnya.” Ucap pelatih tim HWC 2015, Gimgim Sofyan.

Selanjutnya Indonesia akan berhadapan dengan Kosta Rika dan Slovenia di babak penyisihan grup D HWC 2015 pada Jumat (12/9). Di pertandingan sebelumnya Slovenia ditaklukan dengan telak oleh Kosta Rika dengan skor 10-2. Sedangkan besok (14/9), Timnas HWC 2015 akan bertanding melawan tim Republik Ceko dan tim Kanada. Semoga tim Indonesia dapat mengulang kesukesan di pertandingan sebelumnya.

Maju terus sepak bola Indonesia!

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/13/timnas-indonesia-taklukkan-homeless-world-cup-2015-di-amsterdam/

Mahasiswa Asal Tulungagung Bantu Kemenkes Inggris Atasi ‘sampah’ darah

Kementerian Kesehatan Inggris, kata Luluk, terpaksa membuang “darah yang tidak terpakai” dalam jumlah banyak padahal dengan harga yang mahal sekitar £125 (Rp2,4 juta).

Pihak Universitas Cranfield – tempat Luluk melakukan studi- menghubungkannya dengan Kementerian Kesehatan Inggris dengan ke tur ke pusat darah di Bristol dan melihat pengolahan darah di Rumah John Radclife, Oxford. Aplikasi penelitian Luluk ini bisa membuat Kementerian Kesehatan Inggris menghemat sekitar £96.000 (sekitar Rp2 miliar) setiap bulan.

Mahasiswa doktoral program Leadership & Management ini mengatakan tertarik melakukan penelitian serupa di Indonesia namun menurutnya persediaan darah di Indonesia tidak berlebih seperti di Inggris dan bahkan cenderung kurang.

Mahasiswa asal Tulungagung ini akan menerima penghargaan dari asosiasi supply chain The Chartered Institute of Logistic and Transport (CILT) secara resmi bulan Oktober ini dalam acara Research Network Conference 2015.

Congratulations, Luluk!

Sumber: BBC Indonesia

Garuda Membawanya Menjadi Perancang Terbaik New York Couture Fashion Week 2015

“The winner is, Diana Couture from Indonesia!”

Pengumuman di atas panggung catwalk dibacakan oleh tim juri New York Couture Fashion Week pada hari Sabtu (12/9) di Hotel Crown, Times Square, Manhattan. Tepukan meriah langsung bergema di malam penghargaan “Secret of Garden” itu yang dihadiri oleh sekitar 1.000 tamu undangan khusus. Mereka adalah para desainer terkemuka, model, pemilik butik, wartawan fashion majalah dan koran, hingga para fashion bloggers dari berbagai negara.

Diana bersama Produser VOA dan para model dalam karya couture bertema Garuda (foto: voaindonesia)

Dengan tema “Garuda” sehari sebelumnya, Diana menghadirkan 15 koleksi baju couture yang dibawa langsung dari Indonesia. “Garuda adalah simbol negara kita, jadi rancangan saya diambil dari seluruh detil burung Garuda seperti paruh, bulu hingga cara Garuda terbang, semuanya saya implementasikan dalam rancangan saya,” ungkap Diana dalam wawancara khusus dengan Produser VOA, Naratama.

Karya seni artistik Diana, memadukan ornamen khusus mahkota Garuda dengan sentuhan warna coklat emas transparan dan tekstur dari kebaya jawa ini, mendapatkan sambutan yang paling meriah dibandingkan desainer-desainer dari negara lain.

diana couture

Diana Couture dengan tema Garuda (foto: voaindonesia)

“Sebelumnya saya tidak tahu tentang fashion Indonesia, ini pertama kalinya saya lihat. Saya sangat suka dengan inspirasi dari burung Garuda ini. Desainnya sangat terintegrasi dan cantik,” kata Britney Randon, blogger fashion dari New York. “Saya suka hiasan kepalanya. It’s really fun,” tambah Britney yang tampak mengabadikan foto sebagai ilustrasi untuk blognya. Para model desain baju-baju Diana menjadi rebutan untuk difoto oleh ratusan tamu yang menunggu di area karpet merah.

Diana saat diwawancara Tim VOA (voaindonesia.com)

Diana juga mendapatkan kesempatan diwawancara oleh media fashion paling populer di Amerika, Fashion TV. “Happy banget. Saya sangat bersyukur, nggak menyangka kalau terpilih sebagai the best designer untuk koleksi baju Spring 2016, di acara Couture Fashion Week, di New York ini,” ujar Diana. Ucapan selamat secara khusus juga datang dari Andres Aquino, pendiri dan produser eksekutif dari New York Couture Fashion Week.

“Saya senang sekali mempersembahkan penghargaan ini kepada desainer Indonesia yang luar biasa, Diana Couture. She is fabolous. Saya harap dia akan berkembang menjadi desainer global yang sukses,” kata Andreas Aquino yang tak henti-hentinya mengagumi karya Diana.

“Banyak tamu yang mengundang saya untuk ikut fashion week di negara mereka. Semoga fashion Indonesia bisa lebih dikenal di seluruh dunia,” kata Diana menutup wawancara.

voaindonesia.com

Indonesia, Rumah Terbesar bagi Burung Surga

Burung Cendrawasih layak digelari sebagai Burung Surga (Bird of Paradise). Burung Cendrawasih yang merupakan burung khas Papua, terutama yang jantan, memiliki bulu-bulu yang indah layaknya bidadari yang turun dari surga (kayangan). Keindahan bulu Cendrawasih tiada duanya.

Burung Cendrawasih merupakan sekumpulan spesies burung yang dikelompokkan dalam famili Paradisaeidae. Burung yang hanya terdapat di Indonesia bagian timur, Papua Nugini, dan Australia timur ini terdiri atas 14 genus dan dan sekitar 43 spesies. 30-an spesies diantaranya bisa ditemukan di Indonesia.

Oleh masyarakat Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan bidadari dari surga. Dulunya burung ini dianggap sebagai burung cantik tetapi tidak berkaki. Mereka tidak akan turung ke tanah tetapi hanya berada di udara saja lantaran bulu-bulunya yang indah. Karena itu kemudian burung Cenderawasih terkenal sebagai Bird of Paradise atau Burung Surga (Kayangan). Dan beberapa jenis yang terkenal adalah dari genus Paradisaea yang penamaannya berasal dari kata Paradise.

 

Diskripsi dan Ciri Cendrawasih. Burung-burung Cendrawasih mempunyai ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung jantan. Umumnya bulunya berwarna cerah dengan kombinasi beberapa warna seperti hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.

Ukuran burung Cenderawasih beraneka ragam. Mulai dari yang berukuran 15 cm dengan berat 50 gram seperti pada jenis Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius), hingga yang berukuran sebesar 110 cm Cendrawasih Paruh Sabit Hitam (Epimachus albertisi) atau yang beratnya mencapai 430 gram seperti pada Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung (Manucodia comrii).

Keindahan bulu Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Untuk ‘merayu’ betina agar bersedia diajak kawin, burung jantan akan memamerkan bulunya dengan melakukan tarian-tarian indah. Sambil bernyanyi di atas dahan, pejantan bergoyang dengan berbagai gerakan ke berbagai arah. Bahkan terkadang hingga bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Namun, tiap spesies Cendrawasih tentunya punya tipe tarian tersendiri.

Burung Cendrawasih mempunyai habitat hutan lebat yang umumnya di daerah dataran rendah. Burung dari surga ini dapat dijumpai di beberapa pulau di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Papua. Selain itu juga dapat ditemukan di Papua Nugini dan Australian Timur.

Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)

Jenis-jenis Burung Cendrawasih. Cenrawasih terdiri atas 13 genus yang mempunyai sekitar 43 spesies (jenis). Indonesia merupakan negara dengan jumlah spesies Cendrawasih terbanyak. Diduga sekitar 30-an jenis Cendrawasih bisa ditemukan di Indonesia. Dan 28 jenis diantaranya tinggal di pulau Papua.

Beberapa jenis Cendrawasih yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah:

Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius)

  • Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus); endemik Maluku.
  • Cendrawasih Panji (Pteridophora alberti); Papua
  • Cendrawasih Kerah (Lophorina superba); Papua
  • Cendrawasih Paruh-sabit Kurikuri (Epimachus fastuosus); Papua.
  • Cendrawasih Botak (Cicinnurus respublica); endemik pulau Waigeo, Raja Ampat.
  • Cendrawasih Raja (Cicinnurus regius); Papua dan pulau sekitar.
  • Cendrawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
  • Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii); endemik Maluku.
  • Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca); Papua.
  • Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
  • Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
  • Cendrawasih Raggiana (Paradisaea raggiana); Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
  • Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra); endemik pulau Waigeo, Indonesia.
  • Toowa Cemerlang (Ptiloris magnificus); Indonesia, Papua Nugini, dan Australia.
  • Manukodia Mengkilap (Manucodia ater); Indonesia dan Papua Nugini.
  • Paradigala Ekor-panjang (Paradigalla carunculata); Papua.
  • Astrapia Arfak (Astrapia nigra); endemik Papua, Indonesia.
  • Parotia Arfak (Parotia sefilata); endemik Papua, Indonesia.
  • Pale-billed Sicklebill (Drepanornis bruijnii); Indonesia dan Papua Nugini.

Burung Cendrawasih Mati Kawat (Seleucidis melanoleuca) ditetapkan menjadi Fauna Identitas provinsi Papua. Dan beberapa jenis seperti Cendrawasih Raja, Cendrawasih Botak, Cendrawasih Merah, Toowa, dan Cendrawasih Kuning Kecil, telah masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999.

Cendrawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor)

Sayangnya populasi burung Cendrawasih semakin hari semakin terancam dan langkaakibat perburuan dan perdagangan liar yang terus berlangsung.

Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Passeriformes; Famili: Paradisaeidae; Genus: Lycocorax, Pteridophora, Lophorina, Epimachus, Cicinnurus, Semioptera, Seleucidis, Paradisaea, Ptiloris, Manucodia, Paradigalla, Astrapia, Drepanornis, dan Parotia. Spesies: lihat artikel.

Referensi dan gambar:

Alamendah.org

Laut Indonesia terus Optimis! 4000 Kapal akan Dibagikan Kepada Nelayan Lokal

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, menyebut situasi sekarang sebagai kerugian yang membawa keuntungan untuk para pelaku di industri perikanan nasional.”Sekarang ini situasinya memang rupiah sedang turun. Tapi ini juga menjadi bless in disguise. Ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik,” ujarnya.

Situasi seperti dolar seperti saat ini, menurut Susi, ikan yang diekspor akan bernilai sangat tinggi. Karena, untuk ekspor, harga yang digunakan adalah dolar AS. ”Itu artinya akan ada peningkatan signifikan untuk harga ekspor. Ini menjadi keuntungan juga buat nelayan,” tutur dia.

 

“Semangat ini harus tetap terjaga. Peningkatan produksi ikan ini diharapkan bisa menjadi indikator kebangkitan sektor perikanan dan kelautan,” tambah dia.

Susi Pudjiastuti menyadari, meningkatnya produksi perikanan saat ini harus diikuti dengan penambahan kapal tangkap yang digunakan oleh nelayan. Karena, jika kapal tidak ditambah, maka hasil tangkapan ikan juga tidak bisa dimaksimalkan dengan baik. Untuk itu, mulai 2015 ini, KKP akan membagikan kapal-kapal kepada para nelayan yang tersebar di seluruh Indonesia. Targetnya, akhir 2016 nanti 3.000 hingga 4.000 kapal bisa disalurkan kepada para nelayan.

“Kita ingin bisnis perikanan hilirisasinya lebih baik lagi. Itu akan berdampak positif untuk ekonomi nasional juga,” ungkap Susi.

Untuk keperluan itu, KKP menggandeng sejumlah pelaku usaha industri galangan kapal dalam negeri dalam pengadaan kapal. Salah satunya, adalah industri galangan kapal yang ada di Batam, Kepulauan Riau.

“Selain membantu nelayan, proyek ini juga menghidupkan industri galangan kapal dalam negeri. Jadi positifnya bertambah lagi. Kita optimis, pada akhir 2016 nanti seluruh kapal sudah bisa didistribusikan ke seluruh Indonesia,” tandas dia.

KP juga akan bekerja sama dengan Kementerian Koperasi untuk mempermudah pelaksanaan program dengan mendorong tumbuhnya koperasi mina bahari. Melalui koperasi, nantinya para nelayan memiliki legalitas sebagai badan hukum.

mongabay.co.id

Jenis Anggrek Terbesar dan Terkecil di Dunia, ada di Indonesia

Anggrek terbesar dan terkecil di dunia terdapat di Indonesia. Adalah anggrek tebu atau Grammatophyllum speciosum yang menyandang predikat sebagai anggrek terbesar di dunia. Sedangkan anggrek terkecil di dunia disandang oleh Oberonia sp.

Baik anggrek terbesar maupun terkecil, kedua-duanya merupakan tumbuhan asli Indonesia. Bahkan jenis anggrek dari genus Oberonia yang menjadi anggrek terkecil di dunia merupakan tumbuhan endemik kepulauan Mentawai, Indonesia.

Anggrek Terbesar di DuniaGrammatophyllum speciosum yang sering disebut sebagai anggrek tebu, anggrek ratu, anggrek harimau, atau anggrek macan (meskipun untuk dua nama yang terakhir agak rancu dengan spesies anggrek Grammatophyllum scriptum yang memiliki nama serupa), dan dalam bahasa Inggris disebut Sugar Cane Orchid, Giant Orchid, atau Queen of the Orchids, menyandang predikat sebagai anggrek terbesar.

Anggrek yang mempunyai panjang malai hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm, dengan satu rumpunnya mempunyai berat hingga 1 ton ini, selain menyandang sebagai anggrek terbesar juga diyakini sebagai anggrek terberat di dunia.

Tanaman anggrek tebu tersebar secara alami mulai dari Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Malaysia, Indonesia, hingga Papua New Guinea. Di Indonesia anggrek tebu tersebar mulai dari pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Penjelasan lebih detail tentang anggrek tebu ini silakan baca artikel: Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek Terbesar.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae. Divisi: Magnoliophyta. Kelas: Liliopsida Ordo: Asparagales. Famili: Orchidaceae. Subfamili: Epidendroideae. Suku: Cymbidieae. Genus: Grammatophyllum. Spesies: Grammatophyllum
speciosum.

Anggrek Terkecil di Dunia. Predikat anggrek terkecil di dunia semula dipegang oleh Platystele sp., anggrek asal Ekuador yang ditemukan pada 2009 yang berukuran antara 2 mm – 2,1 mm. Namun pada pertengahan 2010, Destario Metusala, seorang peneliti LIPI, menemukan anggrek dari genus Oberonia dari kepulauan Mentawai yang mempunyai ukuran 1,1 mm – 1,5 mm.

Anggrek mini Oberonia

Sayangnya, klaim anggrek terkecil ini belum bisa dipublikasikan secara internasional. Ini terkait dengan kurangnya literatur tentang spesies-spesies dari genus Oberonia di Indonesia bahkan di dunia. Genus anggrek yang tersebar di Afrika, India, Asia Tengara, dan kepulauan Pasifik ini memang kurang mendapat perhatian baik dari pencinta anggrek maupun para peneliti lantaran dianggap kurang komersial.

Kurangnya literatur ini mengakibatkan kajian ilmiah yang lebih mendalam untuk mengungkap jenis anggrek genus Oberonia dari kepulauan ini sulit dilakukan. Sehingga sampai saat ini, penentuan nama spesies dan publikasi gambar anggrek terkecil dari genus Oberonia ini saja tidak dapat saya temukan (atau saya yang ketinggalan informasi?).

Semoga saja penemuan anggrek terkecil dari kepulauan Mentawai oleh Destario Metusala pada tahun 2010 silam akan terus ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian lanjutan sehingga kemudian klaim sebagai anggrek terkecil itu, bisa dipublikasikan di jurnal ilmiah dan mendapat pengakuan dunia internasional.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae. Divisi: Magnoliophyta. Kelas: Liliopsida. Ordo: Asparagales. Famili: Orchidaceae. Subfamili: Epidendroideae. Genus: Oberonia.

Refensi dan gambar: