Dua Titik Ombak Terbaik Dunia ada di Titik di Sumatera ini

Dua titik ombak Lances Right dan Macaronies di Mentawai termasuk 10 titik terbaik di dunia. Ombak di Mentawai dianggap memiliki ombak yang selalu konsisten.

Menurut Dirjen Pemasaran Parwisata, Esthy Reko Astuty, acara yang diselenggarakan asosiasi peselancar tingkat Asia, Asian Surf Champion (ASC), ini menjadi bentuk mengukuhkan eksistensi Kepulauan Mentawai sebagai daerah tujuan wisata selancar dunia.

Acara kompetisi para peselancar profesional ini diikuti oleh 43 peselancar. Sebanyak 16 peselancar tingkat atas Asia, empat peselancar dari Tim Raider Ripcurl, tiga peselancar undangan peselancar dunia, dan 20 peselancar lokal terdiri dari komunitas peselancar Mentawai meramaikan perhelatan ini.

Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Mentawai, Desti Seminora dalam pertemuannya di gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta mengatakan, lebih dari 95 persen wisatawan mancanegara datang ke Mentawai.

Sebagian besar peselancar berkunjung selama 10 sampai 15 hari. “Sebagian besar akan melakukan kunjungan berulang, dua sampai tiga kali selama 8 bulan musim surfing dalam satu tahun,” katanya.

“Kebanyakan wisman berasal dari Australia, Amerika, Brasil, Selandia Baru, Jepang, dan Prancis. Sebanyak 84 persen adalah peselancar, 11 persen menyenangi kegiatan petualangan, dan 5 persen adalah periset dari Eropa, ” kata Desti. Gempa dan tsunami pada 2010 tidak menyurutkan minat wisatawan datang.

Angka kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2012 mencapai 4.560 orang per tahun. Sebelumnya, kunjungan pada 2011 sebanyak 4.010 orang dan pada 2010, sebanyak 3.847 orang. Sementara itu, angka kunjungan wisatawan Nusantara pada 2010 sebanyak 268 orang, pada 2011 ada 120 orang, dan pada 2012 ada 230 orang.

Kepulauan Mentawai memiliki dua titik selancar terbaik dari sepuluh titik selancar terbaik di dunia. “Ada dua spot di Mentawai, Lances Right dan Macaronies, masuk ke dalam 10 titik terbaik dunia. Ombak di Mentawai selalu konsisten,” kata Desti.

Ia menambahkan, ada 71 titik lokasi selancar dengan 49 titik yang masuk kategori eksklusif. “Titik ini dirahasiakan oleh para peselancar, karena menjadi tidak eksklusif lagi kalau terlalu ramai dikunjungi peselancar,” katanya.

Potensi pariwisata Mentawai cukup lengkap, meliputi alam pegunungan, ratusan flora dan fauna endemik (berdasarkan hasil survei WWF-World Wildlife Fund), air terjun, danau, sungai, dan laut. Laut Mentawai menyimpan kekayaan pariwisata. Kekayaan itu dimulai dari 70 lebih spot selancar, 33 areal menyelam, dan 38 lokasi pemancingan terfavorit.

Data dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga kabupaten Kepulauan Mentawai menyebutkan rata-rata pengeluaran turis mancanegara per tahun, pada 2012 berkisar Rp 57 miliar. Pada 2011 rata-rata pengeluaran Rp 50 miliar lebih.

“Kebanyakan wisatawan yang datang dari kalangan kelas menengah, karena untuk sekali kunjungan, selama 10 hari, biaya naik kapal umum Rp 10 juta,” kata Desti.

Akses transportasi menuju Mentawai saat ini hanya bisa dilalui oleh satu kapal feri Ambu-Ambu yang melayani wisatawan dari Padang ke Mentawai. Kapal ini mampu menampung sekitar 500 orang dalam satu kali perjalanan.

Dalam satu pekan, kapal ini hanya sekali berlayar menuju Mentawai. Keberadaan bandara dibutuhkan oleh Mentawai untuk menunjang lokasi tujuan pariwisatanya. Menurut Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, keberadaan bandara sedang diupayakan, sambil menunggu diluncurkan surat keputusan Menteri Keuangan untuk tahun ini.

Sebagai tujuan wisata, ada 14 lebih hotel resor standar internasional dengan kepemilikan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri di Mentawai. Dan memiliki sektor jasa transportasi wisata kapal peselancar yang mencapai 40 unit lebih.

EVIETA FADJAR Tempo.co

Banyuwangi akan segera memiliki Airport berkonsep Hijau

Kabupaten yang saat ini telah jauh berkembang dan banyak dikunjungi wisatawan, mulai banyak memperbaiki infrastruktur kotanya. Termasuk melakukan pembangunan Bandara yang lebih besar agar dapat menampung lebih banyak penumpang dan pesawat berukuran besar.

Pembangunan terminal Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang berkonsep green airport yang ditargetkan rampung pada akhir 2015 dan mulai bisa dioperasionalkan mulai Maret 2016.Pembangunan terminal bandara Blimbingsari dibangun dengan konsep green building dengan memanfaatkan semaksimal mungkin energi alami. Andra Matin merupakan arsitek yang bertanggungjawab pada bandara tersebut.

Blimbingsari

Terminal di bandara tidak menggunakan AC, namun hanya beberapa ruangan. Hanya 25 persen ruangan yang memanfaatkan AC. Sirkulasi udara diatur dengan kisi-kisi dan lebih banyak ruang terbuka. Aliran air juga ikut membantu menyejukkan udara. Di sekeliling terminal, bahkan di atas terminal, tanaman hijau membentang. Energi alami dimanfaatkan dengan mengatur pencahayaan matahari sebagai penerang ruangan di siang hari.

“Keberadaan green airport jika nanti sudah beroperasi akan sangat mendongkrak jumlah wisatawan. Perkembangan jumlah penumpang di bandara kami juga semakin meningkat,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar, Jakarta,

Pada 2011, jumlah penumpang di Bandara Banyuwangi baru mencapai 7.000 orang, lalu meningkat menjadi 24.000 orang pada 2012, dan melonjak menjadi 44.000 pada 2013. Angka itu terus melonjak menjadi 87.000 orang pada 2014. Sampai Juni 2015 sudah 60.000 orang.

“Kenaikan jumlah penumpang 1,142 persen dari 2011 ke 2014. Ini setelah kami promosi wisata. Nah setelah green airport itu nanti beroperasi dan menjadi landmark, pasti wisatawan akan melonjak drastis,” jelas Anas.

Anas mencontohkan Bandara Samui di Thailand yang juga berkonsep green airport. Di Pulau Samui tersebut, lebih dari 3.000 turis per hari datang dengan jumlah 36 penerbangan per hari.

“Dengan bandara hijau, kami juga ingin lebih hemat. Saat bandara daerah lain butuh dana Rp300 miliar untuk bangun bandara, kami cukup sekitar Rp40 miliar. Pemeliharaannya juga lebih murah,” ujarnya.

Anas menambahkan, selain konsep hijau, arsitektur Bandara Blimbingsari Banyuwangi juga mengadopsi kearifan lokal, yaitu arsitektur khas Suku Osing, masyarakat asli Banyuwangi. Atap bandara juga mengadopsi penutup kepala khas masyarakat Suku Osing.

“Kami juga mengakomodasi budaya masyarakat yang selalu mengantar kerabatnya yang akan bepergian. Jadi nanti pengantar tidak bergerombol di terminal, tapi ada ruang khusus untuk para pengantar,” kata Anas.

Landasan Bandara Banyuwangi tahun ini juga akan diperpanjang dari 1.800 meter menjadi 2.250 meter dengan dana dari APBN.

okezone.com

Garam di Tempat ini Tak Diproduksi di Laut

Peribahasa garam di laut dan asam di gunung ternyata tidak selamanya benar. Di Desa Long Midang, Kalimantan Timur, garam justru dihasilkan di atas gunung.

Ada hal tak biasa yang bisa Anda temukan saat berkunjung ke Kalimantan Timur. Garam yang biasanya berasal dari laut, bisa Anda temukan di gunung Kaltim, tepatnya dalam sebuah sumur di Desa Long Midang, Gunung Krayan, Kalimantan Timur. Di sana Anda bisa menemukan banyak sentra industri garam. Padahal, lokasi desa ini cukup jauh dari laut, sekitar 100 km dengan ketinggian 2.400 mdpl.

Sama dengan garam laut, garam gunung yang dihasilkan di Krayan memiliki penampilan yang sama, yaitu seperti pasir dan berwarna putih. Tetapi ternyata garam gunung memiliki kandungan yodium yang lebih tinggi dibanding garam laut loh!

Selain mengandung yodium yang tinggi, garam gunung juga memiliki kelebihan lain, yaitu tidak merubah warna sayur. Kalau biasanya sayur yang diberi garam laut berubah warna menjadi agak layu, tidak dengan garam gunung. Sayur yang diberi garam gunung tetap berwarna hijau segar.

Mau mencoba? Eits, tunggu dulu. Harga yang untuk satu bungkus garam gunung cukup mahal loh, yaitu sekitar Rp 20.000. Tapi itu semua sebanding dengan asal garam yang unik juga proses pembuatannya.

Ya, proses pembuatan garam gunung memang sedikit berbeda dengan garam laut. Bahan dasar berupa air sumur di Desa Long Midang direbus satu malam hingga air mengering. Setelah kering, tertinggalkan butiran kristal yang merupakan garam basah.

Kemudian, garam basah ini dimasukkan ke dalam batang bambu dan dibakar hingga bambu habis terbakar api. Sisa bakaran inilah yang merupakan garam kering yang kemudian di bungkus daun dan siap dijual.

Garam gunung asal Desa Long Midang sudah cukup terkenal, bahkan sampai ke negeri tetangga Malaysia dan Brunei Darussalam. Sayangnya, keberadaan garam gunung ini justru belum banyak diketahui masyarakat Indonesia.

(Travel Detik)

Indonesia Day 2015 Sukses Digelar di San Francisco

Setelah absen dua tahun, Indonesia Day 2015 kembali diselenggarakan untuk yang ke-17 pada 29 Agustus 2015 yang lalu. Festival budaya ini diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) San Francisco tepatnya di Union Square dengan mengusung tema “Harmony in Diversity”.

indonesia day 2015

Sejak tahun 1994, Indonesia Day menjadi acara tahunan masyarakat Indonesia di California Utara dan menjadi salah satu event budaya terbesar di Amerika Serikat.

“Harmony in Diversity” adalah tema Indonesia Day 2015, sebuah tema yang mempresentasikan wajah Indonesia yang bhinneka, beragama, namun memiliki satu hati, satu visi dan misi.

“Tema ini diambil dengan tujuan untuk mengokohkan masyarakat Indonesia dan menghadirkan keharmonisan masyarakat Indonesia yang dikenal majemuk ke tengah-tengah masyarakat di kota San Francisco ,” ujar Konsul Jenderal RI di San Francisco, Ardi Hermawan, dalam sambutan yang disampaikan  di hadapan sekitar 300 tamu kehormatan dan masyarakat setempat .

Walikota San Francisco, Edwin Lee, menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada komunitas Indonesia yang bertahun-tahun telah mempresentasikan salah satu nilai yang menjadi kebanggan kota San Francisco yaitu keragaman  dan inklusivitas budaya melalui pagelaran Indonesia Day 2015.

Rangkaian acara Indonesia Day 2015 dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia dan Amerika. Lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh bintang tamu dari Jakarta, Angel Pieters, sementara lagu kebangsaan Amerika dikumandangkan oleh artis lokal, Neysa Akila.

id day SF 3

Setelah menyanyikan lagu kebangsaan kedua negara, acara dilanjutkan dengan fashion show baju tradisional Indonesia yang diperagakan oleh 37 mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di San Francisco dan sekitarnya. Nyaris tidak ada jeda, ribuan masyarakat San Francisco dihibur sepanjang hari oleh penampilan musik dan tarian tradisional Indonesia, seperti Gamelan Jegog, Tari Rantak, Tari Baris, Tari Cendrawasih, Gamelan Jawa, Jaipong, Tari Topeng, dan beberapa tarian tradisional lainnya.

Tak ketinggalan, terdapat 20 booth yang menampilkan promosi seni, budaya, literatur, kerajinan tangan, busana, dan information desks tentang bagaimana berinvestasi di Indonesia, tempat-tempat pariwisata nasional unggulan, dan pelayanan lapor diri bagi masyarakat Indonesia.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/01/indonesia-day-2015-sukses-digelar-di-san-francisco/

Pesona Budaya Indonesia Hiasi Resepsi Diplomatik HUT RI ke-70 di Bangkok

Promosi Budaya merupakan bagian dari softpower diplomacy yang termurah namun bisa menghasilkan impact yang luar biasa besar. Ibarat sebuah marathon, proses promosi tersebut tergolong sebagai proses yang sangat panjang nyaris tanpa henti dan harus berkesinambungan dengan memanfaatkan setiap momen yang ada. KBRI Bangkok pun mengambil kesempatan itu…

Pada hari Senin, 24 Agustus 2015, KBRI Bangkok menggelar resepsi diplomatik dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 bertempat di Hotel Grand Hyatt Erawan Bangkok. Masih ingatkah Anda? Lokasi ini kebetulan hanya bersebelahan dengan Kuil Erawan, lokasi Bangkok Blast yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 2015 sekitar pukul 7 pm. Namun, semua rencana resepsi diplomatik telah dipersiapkan dan the show must go on.

Acara ini dibuka oleh Lutfi Rauf, Duta Besar RI untuk Kerajaan Thailand diiringi dengan tari Gending Sriwijaya oleh dua penari dari Sumatera Selatan. Berkumandangnya lagu Kerajaan Thailand yaitu Sansoen Phra Barami? yang dibawakan oleh paduan suara Universitas Chulalongkorn dan lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh paduan suara Masyarakat Indonesia di Thailand menandakan dimulainya acara resepsi. Kolaborasi dan kerjasama antara pihak Indonesia-Thailand ini dengan sendirinya patut cukup mengundang apresiasi karena kebersamaan mereka.

Para tamu undangan adalah friends of Indonesia yang terdiri dari kalangan korps diplomatik, pejabat tinggi pemerintah Thailand, pejabat militer, akademisi, pengusaha, tokoh agama hingga diaspora Indonesia di luar negeri. Memasuki ruang Grand Ballroom tempat acara berlangsung, para tamu disuguhi pesona budaya Indonesia berupa pameran lebih dari 40 bilah keris Bugis Makassar. Sebagian keris tersebut merupakan benda pusaka langka karya nenak moyang Indonesia abad 18 yang tak ternilai harganya. Pameran ini mengangkat tema Keris Bugis Makassar Weaponry Exhibition: Tribute to Daeng Mangale. Sosok Daeng Mangale sendiri merupakan tokoh heroik berasal dari Bugis Makassar yang gugur di Ayyuthaya, tanah Siam pada sekitar tahun 1687-an, demi membela keyakinan hati serta kaumnya. Keberanian dan keteguhan tokoh heroik ini tercatat dalam buku-buku sejarah periode Ayyuthaya.

Selain pameran keris di atas, para tamu undangan juga disambut dengan display kain Songket Nusantara terutama songket Palembang. Para model yang mengenakan pakaian songket dari seluruh penjuru nusantara menyambut dengan senyuman ramah setiap tamu yang hadir. Warna-warni pakaian tradisional nusantara ini tak ayal lagi mendorong para tamu untuk mengabadikannya dengan kamera ponsel dan tak sedikit pula para tamu asing meminta selfie atau wefie dengan para model pagar ayu dan pagar bagus.

Setelah memasuki ruang utama Ballroom, sekali lagi para tamu dimanjakan dengan pesona seni budaya Indonesia mulai dari hidangan makanan khas Indonesia berupa jajanan pasar (gado-gado, nasi kuning, peyek, salak, dll) hingga pagelaran kesenian tradisional. Alunan lembut gamelan Jawa mengalir hingga setiap sudut ruangan hingga mampu membawa kesejukan hati. Kemudia berturut-turut ditampilkan Tari Pa’pangan (Toraja), Tari Jaipong (Sunda), Tari Pa’Gellu (Toraja), Paduan musik Angklung (Sunda) serta Tari Saman (Aceh).

Acara ini turut dihadiri oleh Menteri Pariwisata Thailand, Ms Kobkarn Wattanavrangkul dan Menteri Kebudayaan Kerajaan Thailand, Mr Vira Rojpojchanarat bersama sekitar 800 tamu undangan lainnya. Kehadiran kedua pejabat tinggi di atas menunjukkan pentingnya hubungan bilateral Indonesia-Thailand yang telah memasuki HUT yang ke-65 pada tahun 2015 dan telah diangkat menjadi tema resepsi.

Untuk memperingati HUT ke-65 hubungan bilateral di atas, Pemerintah Indonesia-Thailand telah sepakat melakukan berbagai kegiatan bersama, antara lain Joint Commission Meeting (JCM) tingkat menteri, penterjemahan karya sastra, lomba melukis, kunjungan ke museum nasional, pagelaran seni budaya, seminar bersama, kerjasama antar perguruan tinggi dan ditutup dengan resepsi diplomatik pada akhir tahun 2015. Diharapkan hubungan bilateral yang solid dan kegiatan promosi yang berkesinambungan mampu meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Semoga…

Tak Ada PLN, PLTS Pun Jadi

listrik

Langkah Pemkot Bontang dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat bukan sekadar menambahkan daya hingga 11 Megawatt (MW) sebagaimana yang direncanakan.

Menyadari masih banyak masyarakat Kota Taman belum mendapat aliran distribusi listrik, Pemkot melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi dan UMKM (Disperindagkop) berinisiatif membangun jaringan tegangan rendah (JTR) dan jaringan tegangan menengah (JTM) pada beberapa titik. Khususnya, pada daerah yang belum masuk dalam perencanaan pembangunan jaringan listrik oleh PLN. Pembangunan jaringan ini merupakan upaya kedua, dalam program prioritas pemenuhan kebutuhan listrik Bontang.

Wali Kota Bontang Adi Darma menerangkan ada 12 titik di Bontang yang kini telah terpasang jaringan tersebut yang terdiri dari tiang, kabel, dan trafo. Jaringan itu terpasang di beberapa kelurahan di tiga kecamatan.

“Semua jaringan tersebut telah diserahterimakan pada PLN Area Bontang, dan telah aktif digunakan untuk menerangi masyarakat Bontang ,” kata Adi Darma.

Setelah pembangunan jaringan listrik pada 12 titik tersebut, Pemkot kembali melanjutkan pembangunan jaringan listrik untuk wilayah-wilayah lainnya. Di antaranya di Teluk Kadere, Gedung Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Bontang, Lasepu Perumahan Korpri, semuanya berlokasi di Kelurahan Bontang Lestari, Bontang Selatan. Rumah adat Guntung di Jalan Tari Jepen, Kelurahan Guntung, Bontang Utara pun turut mendapatkan jaringan listrik yang saat ini sedang dalam proses pembangunan.

“Jaringan listrik ini turut menambah jumlah warga yang menggunakan listrik. Dalam dua tahun terakhir, jumlah sambungan listrik meningkat, dari yang sebelumnya 30.497 sambungan rumah, menjadi 34.717 sambungan rumah,” ujarnya.

Lanjut Adi Darma, perhatian Pemkot terhadap pemenuhan kebutuhan listrik bukan hanya pada daerah-daerah di perkotaan maupun daratan. Kawasan pesisir yang masuk wilayah Kota Taman pun turut merasakan aliran listrik, melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) komunal oleh Pemkot. Pembangunan PLTS komunal ini, merupakan upaya ketiga yang dilakukan Pemkot dalam hal pemenuhan kebutuhan listrik.

“Kami telah membangun dua PLTS komunal yang kini telah digunakan oleh masyarakat pesisir, yaitu di Kampung Selangan, Bontang Lestari dan Kampung Melahing, Tanjung Laut Indah. Masing-masing memiliki daya 15 kilowatt peak (kwp). PLTS komunal ini lebih menguntungkan, karena panel-panelnya saling berkelompok,” terangnya.

Setelah sukses dengan pembangunan PLTS di dua kampung pesisir itu, Pemkot kembali membangun PLTS sejenis. PLTS tersebut akan dibangun pada tiga kawasan pesisir yang belum mendapatkan listrik, yaitu Kampung Tihi-Tihi dan Lok Tunggul di Bontang Lestari, serta Pulau Gusung di Guntung.

Penggunaan tenaga surya untuk menghasilkan listrik bukan hanya dilakukan di kawasan pesisir. Pemkot turut memasang lampu penerangan jalan pada 260 lebih titik di Bontang.

“Insya Allah, dengan semua upaya itu, mulai dari penambahan daya listrik, pembangunan jaringan, dan pembangunan PLTS, kebutuhan listrik Bontang dapat terpenuhi. Ini merupakan bukti bahwa komitmen kami untuk memenuhi kebutuhan listrik sudah terlaksana,” urai Adi Darma. (hms/id)

 

BontangPost

Sapu Angin ITS menargetkan peringkat 10 besar di SFJ 2015

Tim “Sapu Angin Speed” (SAS) 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) optimistis mencapai peringkat 10 besar pada laga “Student Formula Japan” (SFJ) 2015 yang dilaksanakan tanggal 1-5 September.

Rektor ITS Joni Hermana mengemukakan, target 10 besar itu merupakan harapan maksimal. Faktor penyebabnya, ajang internasional tersebut memang memiliki persaingan yang sangat ketat.

sapu angin

“Apalagi yang ikut 100 tim lebih, dan ITS menjadi satu-satunya tim dari Indonesia. Bahkan itu sebuah kebanggaan bagi Bangsa Indonesia,” katanya, di sela pemberangkatan tim SAS3 di Rektorat Kampus ITS, di Surabaya, Jatim, Jumat.

Sementara itu, ungkap dia, tim SAS ITS telah mencatatkan prestasi dari tahun ke tahun. Saat pertama kali mengikuti ajang ini, Tim SAS 1 berada di posisi 77. Pada laga kedua SAS 2 berada di urutan 64 dan di SAS 3 dengan nomor 47.

“Apabila nanti bisa di peringkat 10, pada laga tahun depan maka posisi tim kami 10 dengan ditandai di nomor lambung,” ungkapnya.

Pembimbing Teknis Tim SAS 3, Witantyo menambahkan, kini yang menjadi kendala utama adalah ketersediaan ban untuk kondisi basah. Apalagi, Tim SAS 3 hanya dibekali dengan ban untuk situasi kering.

“Cuaca di Jepang saat ini tidak menentu dan kadang cenderung hujan. Tapi kondisi semua tim sekarang ini sama-sama cemas karena mereka juga tidak menyediakan ban basah,” ujarnya.

Dengan demikian, harap dia, pada ajang tersebut tidak akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Sementara itu, Tim SAS 3 akan berangkat pada 31 Agustus mendatang dengan mengajak 20 orang.

“Mereka terdiri dari mahasiswa dan dosen pembimbing,” ucapnya.

General Manager Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V, Ageng Giriyono menyatakan, ikut mendukung dilaksanakannya ajang tersebut. Hal itu merupakan wujud perhatian perusahaan terhadap kegiatan riset dan pengembangan teknologi yang dilakukan oleh perguruan tinggi terutama di bidang otomotif.

“Kami sebagai perusahaan energi fokus terhadap pengembangan dan pemanfaatan teknologi. Khususnya, energi terbarukan dan ramah lingkungan dengan mendukung tumbuhnya pengembangan teknologi otomotif yang hemat energi,” tukasnya.

Antara.com

Vatikan dan San Marino Dua Negara Baru yang termasuk Bebas Visa ke Indonesia

Semakin banyak negara yang mendapatkan kebebasan visa untuk memasuki Indonesia. Untuk mencapai target wisatawan mancanegara sebanyak 29 juta di tahun 2019, Pemerintah akan menambah 47 negara yang diberi fasilitas bebas visa wisata setelah sebelumnya kebijakan itu diberlakukan untuk 45 negara.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan, dengan demikian negara penerima fasilitas bebas visa ke Indonesia menjadi 92 negara.

visa

“Tadinya diusulkan 50 negara tambahan, tapi beberapa negara yang sering punya reputasi soal drugs (obat terlarang), instabilitas dan ekspor radikalisme itu kita tidak kasih masuk. Itu ada lima yang dicoret,” kata Menteri Rizal Ramli saat memimpin rapat di Kantor Kemenko Kemaritiman Jakarta Selasa (1/9).

Akhirnya ujar Rizal, disepakati ada 45 negara plus dua negara, yakni Vatikan dan San Marino, yang mendapatkan fasilitas tersebut. Dirinya menjelaskan, pemberian fasilitas bebas visa ke Indonesia merupakan cara paling cepat untuk meningkatkan jumlah wisatawan.

Pasalnya, berdasarkan evaluasi pemberian fasilitas bebas visa wisatawan tahap pertama kepada 30 negara sebelumnya, pertumbuhan wisatawan mancanegara mencapai 15 persen, jauh di atas rata-rata yang hanya sebesar 4 persen. “Evaluasi untuk tahap pertama sangat positif,” katanya.

Rizal mengatakan pihaknya sepakat untuk mengimplementasikan fasilitas bebas visa tambahan ke 47 negara pada Oktober mendatang. Menurutnya, pemberlakuan kebijakan tersebut pada Oktober akan efektif karena bersamaan dengan musim liburan akhir tahun.

“Tadinya usul bebas visa akan efektif Januari tahun depan, tapi kami tidak bisa berlama-lama, jadi ini akan efektif Oktober sekaligus manfaatkan musim turis akhir tahun. Kalau Januari sudah habis musimnya,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan pemerintah memproyeksikan pertumbuhan wisatawan mancanegara hingga 20 persen dari pemberian bebas visa untuk tahap pertama dan kedua tersebut. “Kami harapkan ada tambahan 1 hingga 2 juta wisatawan mancanegara dalam waktu setahun. Jumlah tersebut sudah sebesar 20 persen dari negara target kita,” katanya.

Pemerintah sebelumnya resmi memberikan fasilitas bebas visa wisatawan bagi 30 negara pada awal Juni lalu menyusul 15 negara yang sebelumnya telah mendapatkan fasilitas bebas visa kunjungan. Kebijakan itu dilakukan guna menggenjot jumlah wisman yang ditargetkan mencapai hingga 20 juta orang pada 2019.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan bahwa negara yang menjadi target pemberian fasilitas bebas visa dari tahap pertama dan kedua jumlahnya adalah 77 negara. Jumlah ini berkontribusi 60 persen terhadap kunjungan total wisman ke Indonesia. “30 negara itu implementasinya baru dua bulan tapi sudah tumbuh 15 persen, jadi untuk target 20 persen kami confident. At the end setahun diharapkan tumbuh 20 persen,” ujarnya.

republika.co.id

Ternyata di Yogjakarta terdapat 500 lebih jenis motif batik

Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekarjagad menggelar Pameran Mahakarya Batik Jogja 2015 yang diikuti oleh 10 Paguyuban Batik di wilayah Kota Yogyakarta. Sebuah pameran sekaligus peragaan busana yang dihelat di Gedung Juang, Sabtu 22 Agustus yang lalu.

Istri Walikota Yogyakarta, Tri Kirana Muslidatun mengatakan, kegiatan tersebut diharapkan dapat semakin mendorong apresiasi publik pada keindahan batik tulis karena di Yogyakarta memiliki kekuatan potensi yang luar biasa di bidang batik, dan batik kini tidak lagi menjadi industri di balik tembok kerajaan, tetapi juga telah menjadi industri yang tumbuh subur di masyarakat.

Batik Jogja

“Di Yogyakarta, tercatat setidaknya ada sekitar 500 motif batik yang berkembang, baik yang sudah tergali atau belum” ujar Tri Kirana.

Wanita kelahiran Yogyakarta 10 Mei 1969 ini juga menjelaskan bahwa promosi Batik melalui pameran dapat memberi ruang dan kesempatan bagi masyarakat perajin dan pengusaha Batik untuk aktif memamerkan dan memasarkan karya-karyanya, sehingga mampu memenuhi kualitas internasional dan semakin populer.

“Semoga dengan ini bisa membuka peluang pasar dan menarik minat para pengusaha, investor serta institusi untuk mengembangkan Batik menjadi sebuah produk internasional yang mempunyai daya jual tinggi,” harap Tri Kirana.

Pameran Mahakarya Batik Jogja 2015 juga diselenggarakan untuk memberikan pelatihan membatik yang diikuti oleh banyak masyarakat yang peduli dan cinta akan produksi batik lokal yang memang kaya akan keberagaman.

sorotjogja.com

Air Terjun di Kalimantan Barat ini Disebut sebagai Miniatur Niagara Falls

Air terjun yang satu ini konon miniatur Air Terjun Niagara di Amerika Serikat. Memiliki ketinggian sekitar 20 meter dan lebar 8 meter, air terjun ini sangat berbeda dengan air terjun yang ada di Indonesia pada umumnya. Inilah Air Terjun Riam Merasap, Air Terjun yang terletak di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Menuju air terjun ini tidaklah mudah dan sedikit menantang. Dari Pontianak air terjun ini berjarak sekitar 300 Km dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Bila menggunakan bus, waktu perjalanan kurang lebih sekitar 8 jam dengan melewati rute Pontianak – Pinyuh – Anjungan – Toho – Karangan – Bengkayang – Sanggau Ledo.

Air Terjun Niagara, air terjun raksasa yang berarti “Air yang menggelegar” yang terletak di AS-Kanada

Bila Anda berada di Kota Singkawang, jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke Air Terjun  yang terletak di Terletak di Dusun Dawar, Desa Pisak, Kecamatan Tujuh Belas,  ini sekitar 130 Km dengan menggunakan kendaraan roda empat. Begitu memasuki area lokasi air terjun, pengunjung harus sedikit berhati-hati karena sedikit terjal dan licin.

Namun begitu melihat dari dekat pesona air terjun ini, mata kita seperti dimanjakan dengan pemandangan indah dari air terjun yang jatuh dari ketinggian sekitar 20 meter ini. Belum lagi pemandangan hijaunya pohon-pohon yang mengelilingi air terjun menambah sejuk suasana. Keberadaan Gua Maria di atas air terjun membuat Air Terjun Riam Merasap selalu ramai dikunjungi umat Katolik pada perayaan hari-hari besar terutama menjelang bulan Rosaria.

Nama Air Terjun Riam Meresap berasal dari pemberian masyarakat yang melihat banyak buih-buih yang keluar dari tetesan air terjun ini yang sekilas menyerupai asap. Setiap musim penghujan tiba sekitar bulan Oktober atau saat hujan deras biasanya buih-buih ini akan terlihat. Menurut sebuah legenda, konon di air terjun ini terdapat intan sebesar kepalan tangan manusia dewasa yang dijaga oleh seekor kura-kura putih. [Tauhid/IndonesiaKaya]