Pertumbuhan Pariwisata RI Kalahkan Malaysia dan Singapura

Pertumbuhan pariwisata Indonesia pada tahun ini, jauh lebih baik dibandingkan Malaysia maupun Singapura. Sepanjang 7 bulan 2015, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 5.472.050 orang, tumbuh 2,69persen dari periode sama tahun lalu 5.328.732 wisman.

“Dari laporan mereka, pada Januari-Mei 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu pariwisata Malaysia tumbuh negatif 8,6 persen begitu pula Singapura tumbuh minus 4,1 persen, sedangkan pariwisata Indonesia tumbuh positif 3,86 persen. Pertumbuhan positif terus berlangsung pada dua bulan berikutnya Juni dan Juli 2015, yang secara kumulatif tujuh bulan mencapai 2,69 persen,” kata Menpar dalam keterangan resminya.

Kampung Naga

Menpar berharap, pemberlakuan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) bagi 30 negara yang dimulai pertengahan tahun ini, serta gencarnya promosi Wonderful Indonesia di 18 negara yang menjadi fokus pasar akan meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia sekaligus memperbesar selisih pertumbuhan dengan pariwisata dengan negara tetangga.

Dia melanjutkan, kunjungan wisman pada Juli 2015 sebesar 814.233 orang, sesuai target yang ditetapkan yakni sebanyak 800.000 orang. Sedangkan kunjungan untuk Agustus dan September ini ditetapkan masing-masing sebesar 850.000 wisman.

“Pada semester I-2015, kunjungan wisman sebesar 4.657.817 orang, atau 47 persen dari target tahun 2015 yang sebanyak 10 juta wisman. Kita optimistis target kunjungan wisman tercapai,” kata Menpar.

Pada semester kedua 2015, menurut Menpar, proyeksi target kunjungan wisman untuk kurun waktu Juli-September sebesar 25 persen. Selanjutnya pada Oktober-Desember, pertumbuhan diprediksi sebesar 30 persen.

Investor Daily

Eva Fitriani/AF

Investor Daily

Bahasa Indonesia Bahasa Terbanyak yang diajarkan di SD Australia Barat

Bahasa Indonesia menjadi bahasa asing terbesar yang diajarkan di sekolah-sekolah dasar (SD) negeri Australia Barat. Menurut data Departemen Pendidikan Australia Barat, pada tahun 2013, ada 24.869 siswa SD negeri di sana yang belajar bahasa Indonesia di kelas.

Meski demikian, jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan SD, bahasa Indonesia masih menjadi bahasa asing terbesar kedua yang diajarkan, di bawah bahasa Italia. Bahasa Italia menjadi bahasa asing terluas yang diajarkan di keseluruhan SD negara bagian tersebut, karena bahasa ini diajarkan sama banyaknya di sekolah Katolik. Sementara pada tahun yang sama, hanya 3079 siswa SD Katolik yang belajar bahasa Indonesia.

Alannah MacTiernan, mengatakan, “Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari secara luas oleh siswa SD.”

Menurut Alannah, Bahasa Indonesia masih dapat ditingkatkan potensinya dengan berbagai macam cara.

Cinta Bahasa Indonesia

“Semestinya kita bisa memberi pelatihan lebih banyak bagi guru-guru bahasa Indonesia, mengirim mereka ke Indonesia, dan mereka bisa kembali mengajar dengan ilmu yang lebih mendalam,” ujar wanita yang juga anggota parlemen tersebut kepada ABC ketika ditemui di Yogyakarta.

Untuk meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia, menurutnya Pemerintah Indonesia harus menyikapi secara lebih kreatif. Misalnya, dengan mendukung usaha/bisnis baru yang berkaitan dengan pengajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia.

“Tak ada tempat yang paling sering dikunjungi warga Australia selain Indonesia, kenapa pihak Indonesia tak coba menggabungkan pengajaran bahasa dengan budaya modern yang dibalut dalam program wisata?.” kata Alanah.

Seperti yang pernah dilihat oleh Alanah di suatu wahana kolam renang di Bali sekolah-sekolah di Bali turut serta memberi pengajaran bahasa Indonesia intensif kepada anak-anak Australia yang sedang bermain di sana, sementara orang tua mereka bisa menikmati bir di pinggir kolam.

“Ya, intinya memikirkan cara yang lebih kreatif (untuk mengajarkan bahasa Indonesia).” pungkasnya.

radioaustralia.net.au

Karnaval Khatulistiwa Meraih Rekor Dunia

Wakil Gubernur Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya mengungkapkan kegiatan Karnaval Khatulistiwa yang dilaksanakan sebagai puncak peringatan HUT ke-70 RI di Kota Pontianak ternyata masuk dalam rekor dunia sebagai festival laut dan darat terbesar.

“Kita sangat bangga, karena dengan waktu yang singkat, hanya dua minggu, kita bisa menyelenggarakan kegiatan sebesar dan sesukses itu. Bahkan yang lebih membanggakan kegiatan Karnaval Khatulistiwa ini masuk dalam rekor dunia,” kata Christiandy di Sungai Raya, Kamis.

Karnaval Khatulistiwa

Dia menjelaskan, sejatinya Karnaval Khatulistiwa sudah mendapat penghargaan dari Musim Rekor Indonesia (MURI). Namun saat penyerahan penghargaan beberapa waktu lalu, Ketua MURI Jaya Suprana mengatakan bahwa penghargaan MURI tersebut dibatalkan karena Karnaval Khatulistiwa juga mendapatkan penghargaan dari Musium Rekor Dunia.

Rekor Dunia dinobatkan pada Karnaval Khatulistiwa Terakbar karena telah menampilkan 293 Kendaraan Hias, 251 Kapal Hias, serta dimeriahkan oleh 5.896 peserta yang tampil dan menyajikan atraksi memukau selama karnaval berlangsung.

“Penghargaan itu didapat karena kegiatan Karnaval Khatulistiwa dianggap sebagai festival paling meriah, bahkan lebih meriah dari karnaval yang dilaksanakan di Brazil, dilihat dari adanya karnaval darat dan laut dan juga mendapat antusias yang besar dari masyarakat, karena pada saat kegiatan, dilihat dari dokumentasi yang ada dihadiri oleh puluhan ribu masyarakat. Makanya Karnaval Khatulistiwa mendapat penghargaan itu,” tuturnya.

Melihat sukses besar dari Karnaval Khatulistiwa itu, Pemprov Kalbar berencana untuk melanjutkan kegiatan tersebut. Untuk itu, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kota Pontianak dan pemerintah kabupaten/kota lainnya yang ada di Kalbar untuk mengemas kegiatan Karnaval Khatulistiwa tahun 2016.

“Untuk tahun depan, kita belum tahu, apakah Kota Pontianak sendiri yang akan kembali melaksanakannya atau kita buat kegiatan bersama menjadi satu paket kegiatan dengan kabupaten/kota lainnya. Kita juga belum tahu hal itu, makanya ini akan kita koordinasikan karena yang jelas kegiatan serupa akan kita jadikan agenda wisata tahunan di Kalbar,” tuturnya.

antaranews.com

Ternyata Poco-Poco Memiliki Manfaat Untuk Kesehatan Kognitif

Beberapa tahun lalu, tari poco-poco mendadak tenar karena digunakan sebagai gerakan senam Jumat pagi disetiap instansi pemerintah dan sekolah-sekolah. Meski gerakannya tidak asli dari daerah tertentu di Indonesia, namun lagu iringannya berasal dari daerah Maluku yang diciptakan oleh Arie Sapulette dari Ambon. Tarian ini gerakannya sederhana dan cukup mudah untuk dilakukan untuk segala umur.

Selain menyehatkan tubuh Tari poco-poco ternyata juga dapat mengurangi potensi Alzheimer atau penyakit degeneratif otak. Penyakit Alzheimer sebagian besar menyerang orang di atas 65 tahun. Temuan ini diungkapkan Ria Maria Theresa, kandidat doktor Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Alzheimers

Menurut dia, fungsi kognitif otak terlatih untuk terus merasakan emosi karena gerakan tari poco-poco dapat merangsang fungsi-fungsi eksekutif otak. “Fungsi ini merupakan salah satu fungsi kognisi tertinggi manusia,” kata Ria

Gejala Alzheimer ditandai, antara lain, dengan perubahan fungsi pada sistem neural monoaminergic yang melepaskan asam glutamat, noradrenalin, serotonin, dan serangkaian sistem pada otak. Sederhananya, fungsi otak penderita Alzheimer akan berkurang, khususnya pada fungsi memori.

Menurut Ria, tari poco-poco adalah bentuk proses biopsikososial yang baik. Poco-poco menuntut gerakan terstruktur, kemampuan psikomotorik dan sensorik yang cepat, serta mengatur tempo gerakan seiring ketukan lagu secara emosional. Meski memiliki gerakan rumit, dia mengklaim tari ini terbukti membuat tubuh lebih energik dan melatih daya pikir.

Kerumitan gerakan tari poco-poco secara langsung mempengaruhi perbaikan fungsi eksekutif dan plastisitas neuron. Dari gerakan rumit inilah poco-poco merangsang aktivitas sel neuron dan meningkatkan panjang dendrit (cabang sel neuron). Faktor itu menguntungkan bagi orang tua yang berpotensi besar terkena Alzheimer.

tempo.co

Doktor Termuda di Indonesia asal Semarang

Gelar sarjana biasanya diraih pada umur awal 20-an. Tapi bagaimana dengan menjadi doktor dengan umur masih 25 tahun? Sepertinya terdengar mustahil, namun nyatanya Museum Rekor Indonesia (MURI) sudah menobatkan pria kelahiran Semarang sebagai peraih gelar doktor termuda di Indonesia.

Arief Setiawan

Adalah Arief Setiawan, pria yang lahir di Semarang 6 Januari 1990 ini. Ketika usianya 15 tahun, dirinya sudah menjadi mahasiswa baru Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) di tahun 2005. Dia berhasil menjadi sarjana dalam waktu tiga tahun 10 bulan. Bahkan, Arief pun dikukuhkan sebagai lulusan terbaik.

Cowok yang akrab disapa “Bang Kiming” itu langsung melanjutkan kuliah pascasarjana di The University of Tokushima, Jepang, dengan beasiswa penuh dari pemerintah Jepang. Di kampus ini dia merampungkan pendidikan S-2 dan S-3 di bidang teknik mesin.

Saat ini Arief berusia 25 tahun, dua bulan, 17 hari. Bang Kiming pun resmi menyandang gelar Dr Eng Arief Setiawan di depan namanya. Asyiknya lagi, Museum Rekor Indonesia (MURI) juga menganugerahinya gelar sebagai doktor teknik mesin termuda di Indonesia.

MURI menetapkan Arief Setiawan sebagai doktor termuda di Indonesia,” kata Manager MURI Sri Widayati saat menyerahkan penghargaan MURI kepada Arief.

Sri berharap, prestasi yang diraih Arief menginspirasi para wisudawan untuk terpacu menorehkan prestasi lain yang bisa mengharumkan nama bangsa.

Arief yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Rifai Trimo dan Tri Hidayati ini mengaku sangat senang dengan penghargaan MURI, karena kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil manis. “Penghargaan ini saya persembahkan bagi kedua orangtua saya,” katanya.

Bukan hanya beruntung dalam pendidikan, Arief juga sudah memiliki perusahaan sendiri bernama Kiming International yang berbasis di Jepang. Inti bisnisnya adalah trading dan konsultan.

Arief mengaku dirinya berusaha mengajak seluruh generasi muda Indonesia untuk yakin terhadap kemampuan yang dimiliki dan bekerja keras mewujudkan impian dan cita-cita. “Potensi pemuda Indonesia sebetulnya sangat besar, hanya tinggal mengeksplorasi potensi tersebut dan berusaha keras mewujudkannya,” pungkasnya.

okezone.com

Skuat Merah Putih Sapu Bersih Gelar di Indonesia VIIC 2015

Hasil sempurna diraih pemain-pemain Indonesia di turnamen Victor Indonesia International Challenge (VIIC) 2015 yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur. Menempatkan enam wakil di final, tim Merah Putih sukses menyapu bersih gelar juara.

Pemain tunggal putra, Sony Dwi Kuncoro, tampil sebagai pemain pertama yang memenangi titel di Indonesia IC 2015. Bentrok melawan pemain muda Korea Selatan, Jeon Hyeok-jin, di GOR Sudirman, Minggu (6/9/2015), Sony menang dua gim langsung, 22-20, 21-15.

Sony Dwi Kuncoro

Perjuangan yang disaksikan langsung keluarga diakui Sony memberi suntikan semangat lebih pada laga final.

“Ada keluarga saya di sini pastinya menambah semangat. Apalagi saya menang di rumah sendiri, saya latihan juga di GOR ini, jadi rasanya senang sekali. Penonton juga banyak yang memberikan dukungan,” kata Sony, dilansir situs resmi PBSI.

Kemenangan Sony ini kemudian menjalar ke ganda campuran Fran Kurniawan/Komala Dewi. Juga menjumpai wakil Negeri Ginseng, Chung Eui-seok/Hee Yong-kong, duet Fran/Komala membuktikan status unggulan kedua mereka dengan memenangi pertarungan rubber game, 21-12, 16-21, dan 21-13.

Rapor hijau kedua wakil non-pemusatan latihan nasional (pelatnas) tersebut lalu diimbangi dengan kemenangan tunggal putri pelatnas, Gregoria Mariska. Meski harus menghadapi unggulan ketiga asal Malaysia, Jing Yi Tee, Gregoria tetap bisa memenangi laga dengan kedudukan akhir, 21-15, 15-21, dan 21-17.

Memastikan tiga gelar berada di genggaman Indonesia membuat dua pasangan ganda terakhir, Gebby Ristiyani Imawan/Tiara Rosalia Nuraidah dan Berry Angriawan/Rian Agung Saputro, turut terpecut. Gebby/Tiara akhirnya naik podium setelah memenangi perang saudara atas Suci Rizki Andini/Maretha Dea Giovani, 21-17, 21-14. Sedangkan Berry/Rian menjadi kampiun usai memenangi duel tiga gim versus wakil Korea Selatan, Jun Bong-chan/Kim Dae-eun, 12-21, 21-19, dan 21-15.

bola.com

Anak Bangsa Penemu Teknologi Kontainer Nuklir

Meski Indonesia belum memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) namun ternyata seorang Peneliti dan Ketua Jurusan Teknik Nuklir, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yudi Utomo Imardjoko telah berhasil menukan teknologi kontainer limbah nuklir. Temuan itu merupakan buah dari penelitiannya bersama lima koleganya sekitar dua dekade yang lalu.

Dr. Ir. Yudi Utomo Imardjoko pria kelahiran Yogyakarta, pada 15 Maret 1963 ini menemukan inovasi kontainer nuklir tersebut ketika mengikuti kompetisi pembuatan penampung limbah nuklir di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1990-an. Saat itu pemerintah Amerika Serikat membutuhkan desain penampung limbah nuklir baru karena banyaknya pembangkit listrik tenaga nuklir. Rancangan Yudi itu dinilai paling bagus dan aman, sehingga dinilai layak masuk dalam lembaran Departemen Energi AS dan memenuhi kualifikasi untuk ikut tender pembuatan kontainer limbah nuklir.

Yudi Utomo Imardjoko

Kontainer tersebut berbentuk silinder berbahan titanium. Diameternya 1,6 meter dengan panjang 4 meter. Sedangkan dindingnya setebal 24 sentimeter.

Pemikiran Yudi didasari pada kemungkinan penanganan limbah radioaktif nuklir dari uraian uranium dan plutonium. Diperkirakan jika ada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia berkapasitas 1000 megawatt, paling tidak per tahun menghasilkan limbah sebanyak 797 ton. Klasifikasinya ialah 27 ton limbah aktivitas tinggi, limbah aktivitas sedang sebanyak 310 ton sedangkan limbah aktivitas rendah 460 ton.

Untuk mendaur-ulangnya, dibutuhkan wadah penyimpanan yang memadai. Ide kontainer limbah nuklir penemuan Yudi dibangun berdasarkan fungsi untuk menimbun limbah tersebut. Limbah yang disimpan tersebut harus dibiarkan molekulnya meluruh sendiri dalam tenggang waktu yang panjang. Kontainer ini diperkirakan mampu menyimpan limbah nuklir sampai 10 ribu tahun.

Pria yang pernah menolak tawaran bekerja dengan gaji selangit di Amerika dan memilih untuk mengajar di almamaternya ini adalah lulusan UGM Nuklir Tahun 1987, melanjutkan ilmu nuklir di Iowa State University pada jenjang S-2 dan S-3. dan mampu meraih gelar MSc dan PhD dalam waktu enam tahun. Capaian itu mengukuhkan Yudi sebagai orang Indonesia termuda yang berhasil merengkuh gelar doktor di usia 32 tahun pada tahun1995.

Yudi sampai saat ini selain mengajar, beliau juga menjabat sebagai Direktur Batan Teknologi. Beliau juga berhasil menemukan pengayaan uranium dengan teknologi rendah.

beritabaik.web.id

Wanita Batak ini Merupakan Konservator Museum Yahudi Terbesar di Eropa

Dia mempunyai keahlian yang tak dimiliki semua orang: konservasi kertas dan kulit. Anna Sembiring sehari-hari menjabat konservator senior Museum Polin, museum sejarah Yahudi di Polandia. Museum Polin, yang baru diresmikan setahun lalu, merupakan museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa. Di sini tak hanya tersimpan manuskrip dan benda-benda budaya bangsa Yahudi yang berumur ratusan tahun, tapi juga jejak perjalanan bangsa itu, terutama di Polandia. Dan tugas Anna menjaga semua benda itu.

Anna Sembiring, Petugas konservasi POLIN Museum of The History of Polish Jews. TEMPO/ L.R. Baskoro

Dari kamarnya di lantai dua, perempuan yang lahir dari ibu berwarganegaraan Polandia dan ayah bersuku Batak Karo itu memantau “isi perut” Museum Polin, yang terletak di jantung Kota Warsawa, Polandia. Kamar yang juga berfungsi sebagai ruang kerja tersebut cukup luas, seukuran hampir separuh lapangan bulu tangkis. Sebuah meja besar, terbuat dari kayu cukup tebal, terbentang di tengah ruangan.

Yang menyedot perhatian di ruangan itu adalah beberapa perangkat untuk mengkonservasi koleksi museum, yang biasa disebut “eksponat”. Itulah perangkat vital yang digunakan Anna meneliti dan memperbaiki benda-benda bernilai historis untuk kemudian dipamerkan di Museum Polin.

“Ini untuk menghilangkan dan menyedot racun kimia yang mungkin menempel di eksponat,” kata perempuan 36 tahun tersebut. Alat yang ditunjuk Anna berbentuk kotak, dilengkapi semacam tabung di atasnya.

Menjabat konservator senior di museum yang didirikan Kementerian Kebudayaan dan The Association of the Jewish Historical Institute of Poland, tugas Anna terhitung berat. Dialah yang senantiasa memeriksa semua eksponat, terutama yang terbuat dari kertas dan kulit.

Benda-benda itu diletakkan di tempat khusus yang bahannya tidak terbuat dari material sembarangan. Kotak kaca, misalnya, mesti dilengkapi dengan filter ultraviolet, karena radiasi ultraviolet sangat berbahaya untuk tekstil dan kertas. Selain itu, mesti ada silika gel, yang berfungsi mengurangi kelembapan.

Sejumlah perangkat teknologi canggih—siang-malam—juga menjaga koleksi Museum Polin yang berjumlah sekitar 10 ribu benda. “Begitu pengunjung meningkat, suhu harus disesuaikan, supaya sirkulasi udara tetap terjaga,” ujarnya. “Jika tidak, koleksi museum yang ada di ruangan rusak.” Kata “rusak” tentu saja hal yang sangat tidak diinginkan orang-orang seperti Anna.

 

(L.R. BASKORO/tempo.co)

Wow! Bandung Resmikan Microlibrary dari 2000 Ember Eskrim Bekas Pertama di Dunia

Masyarakat Bandung khususnya di Jalan Bima, Kecamatan Cicendo, Bandung patut berbangga. Bagaimana tidak, di sana, tepatnya pada 5 September lalu baru saja diresmikan sebuah microlibrary atau perpustakaan mikro untuk umum. Uniknya, microlibrary yang dirancang oleh Daliana Suryawinata dan Florian Heinzelmann dari SHAU Architecture ini memanfaatkan 2000 ember eskrim bekas untuk membuatnya menjadi berbeda dan menarik. Ember-ember ini kemudian disusun di bagian depan perpustakaan sedemikian rupa untuk membentuk kode binari yang dapat dibaca sebagai “Buku Adalah Jendela Dunia”. Kode binari tersebut sengaja ditampilkan karena Wali Kota Bandung ingin menyampaikan pesan bahwa buku merupakan jendela dunia.

Microlibrary diresmikan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil (sumber: Ridwan Kamil)

Perpustakaan dua lantai dengan luas 100 meter persegi ini dibangun dalam waktu 3 bulan dengan nilai pembangunan sekitar 520 juta rupiah. Dana dikumpulkan dari donasi yang diberikan pada Yayasan Dompet Dhuafa. Perpustakaan berada di lantai dua dan di lantai satu, terdapat semacam aula mini yang dapat dijadikan tempat untuk berkumpul, diskusi, arisan, dan acara pertemuan lainnya.

Anak-anak yang tinggal di sekitar Microlibrary di Taman Bima asik membaca buku (Foto: Ridwan Kamil)

Daliana selaku perancang dari arsitektur microlibrary ini menuturkan bahwa ide menggunakan ember eskrim bekas ini merupakan yang pertama di dunia. Ember eskrim ini tentu bukan hanya sekadar hiasan melainkan memiliki fungsinya tersendiri yakni agar pengunjung dapat melihat isi perpustakaan dari luar serta lubang-lubang di antara susunan ember mempermudah masuknya udara dan sinar matahari sehingga tidak perlu memasang air conditioner atau penyejuk udara. Sebuah konsep yang ramah lingkungan tentunya. Daliana juga menambahkan, proses pembangunan memang sedikit lama karena proses pengumpulan 2000 ember eskrim bekas yang cukup memakan waktu.

Dalam kesempatan itu, hadir Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil yang meresmikan microlibrary pertama di Bandung. Ia menuturkan bahwa akan ada 150 microlibrary lagi di Bandung yang akan segera dibangun untuk memenuhi misi Bandung “Kota Buku” di tahun 2017 mendatang. Ridwan Kamil berharap dengan hadirnya microlibrary ini, budaya membaca di masyarakat akan tumbuh tidak hanya pada anak-anak tapi juga bagi para orang tua.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/07/wow-bandung-resmikan-microlibrary-dari-2000-ember-eskrim-bekas-pertama-di-dunia/

Terbaik ke-9 Asia, Terbaik di Indonesia

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) berhasil menduduki peringkat kesembilan dari 50 sekolah bisnis (business school) terbaik di Asia dan peringkat pertama di Indonesia.
Peringkat tersebut dirilis oleh The Eduniversal Best Business School Ranking, sebuah lembaga pemeringkatan internasional ternama berbasis di Prancis yang telah diakui dunia.

Pencapaian ini berhasil mengantarkan FEB UI sebagai business school terbaik di Indonesia serta menyandang predikat ketiga Palmes of Excellent University with Reinforcing Internasional Influence. “Pencapaian tersebut diharapkan dapat meningkatkan akreditasi dan reputasi FEB UI di kancah internasional,” ujar Dekan FEB UI, Ari Kuncoro.

Menurut Ari, pencapaian ini dimungkinkan atas keikutsertaan FEB UI dalam akreditasi internasional, seperti The Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB), ASEAN University Network (AUN), dan The Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow (ABEST21).

Selain itu, FEB UI aktif di dalam jaringan institusi pendidikan tingkat internasional, seperti Association of Asia-Pacific Business Schools (AAPBS), Global Network for Advanced Management (GNAM) yang dimotori Yale University di Amerika, serta AUN. FEB UI juga tergabung ke dalam kolaborasi pendidikan bilateral dengan berbagai negara, seperti Melbourne Business School dan Groningen University.

“Keberhasilan FEB UI di kancah internasional dapat terus mendorong FEB UI sebagai lokomotif lembaga pendidikan tinggi dalam bidang pembelajaran dan riset ekonomi, manajemen, bisnis, dan akuntansi yang mampu berkontribusi terhadap pembangunan bangsa,” ucapnya.

Ia menjelaskan, The Eduniversal Best Business School Ranking melakukan pemeringkatan pada 1.000 business school yang tersebar di 154 negara di sembilan zona geografis, yaitu Afrika, Eropa Timur, Eropa Barat Eurasia dan Timur Tengah, Amerika Latin, Amerika Utara, Oseania, Asia Tengah, dan Asia Timur. Terdapat tiga proses dalam pemeringkatan yang dilakukan Eduniversal.

Tahap pertama adalah pemilihan business school berdasarkan negara. Dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu pengklasifikasian rating business school berdasarkan Eduniversal Palmes of Excellence atau atas kriteria internasionalisasi. Terakhir, voting yang dilakukan para dekan.

“Kriteria yang digunakan pada pemeringkatan Palmes of Excellence tersebut didasarkan keikutsertaan business school pada pemeringkatan internasional, bergabungnya dalam jaringan maupun kolaborasi akademik pada tingkat internasional, serta partisipasi business school pada penelitian di tingkat internasional,” tutur Ari.

Sumber : Sinar HarapanS