Menjadi mahasiswa jangkauan dalam berinteraksi lebih luas lagi. Informasi yang didapat juga semakin banyak. Informasi yang benar sangat banyak, tapi kebenaran itu yang sulit didapat. Terselip juga informasi salah pada informasi yang benar. Perlu dilakukan penyaringan terhadap informasi-informasi yang didapat. Disinilah kapabilitas sebagai mahasiswa digunakan.

Terkadang kita mengikuti sesuatu yang dianggap benar, sangat sulit untuk menganggap yang benar itu salah. Karena di dalam diri kita, sudah terpatri hal yang kodrat dan sulit ditentang. Penyadaran diri itu sulit, sembuh jika sudah melakukan kesalahan yang fatal.
Mengingat kejadian-kejadian sekarang ini, banyak dogma yang sudah memasuki kalangan mahasiswa. Dari mahasiswa yang pendiam hingga mahasiswa dewa, yang suka kesana suka dimana-mana. Sulit untuk melihat secara kasat mata, mana dogma yang beraliran positif maupun negatif. Terlebih, jika kita sudah bebas dari dogma tersebut.

Mahasiswa sebagai agen perubahan – perubahan yang baik – perlu memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Kadang mahasiswa enggan atau mungkin takut sekedar bertanya kepada dosennya. Padalah, apa yang disampaikan oleh sang dosen masih mengambang di angan-angan. Alhasil ilmu yang didapatkan belum matang, dan bisa menimbulkan pertanyaan lagi di lain orang.

Kemalasan itulah yang mengakibatkan salah tafsir. Mahasiswa mencari sendiri jawabannya, tapi tanpa bekal ilmu yang cukup. Atau, mahasiswa sudah bertanya dan mengerti, lalu dikembangkan lagi sesuai alurnya atau juga dibelak-belokkan.

Membaca buku
Tradisi membaca semakin membludak dalam lima tahun terkahir. Iya, membaca, tapi bukan buku. Melainkan layar kaca yang tersedia di hadapan orang-orang, lewat media PC ataupun Ponsel. Dengan akses yang mulus, informasi yang didapatkanpun juga mudah.

Beralih fungsi, dari bentuk cetak ke bentuk elektronik mengakibatkan minat pembaca secara ekpilisit teralihkan. Bagaimanapun itu, mebaca secara langsung tanpa menatap layar kaca lebih baik, dan lebih membantu kerja otak untuk merangsang keinginan membaca, dan membaca lagi. Karena keterbatasan tersedianya bacaan dalam bentuk cetak.

Sejatinya membaca buku lebih asyik ketimbang membaca di internet. Mudah dibawa, dan tergolong awet. Tetapi, literasi atau bahan bacaan yang terbatas dan sulit didapatkan mengakibatkan sebagian orang lebih memilih internet sebagai opsi.

Dalam dunia internet, bahan baccan lebih luas dan tergolong mudah mendapatkan apa yang dicari. Namun perlu diketahui, dalam dunia internet juga tertananm suatu paham benar atau salah. Yang benar itu murni untuk berbagi, dan yang salah mayoritas menyebar propaganda sebagai alat untuk memutarbalikkan fakta.

Dalam menanggapi sumber juga harus skeptis, jangan mudah percaya dulu dengan yang ada. Usahakan untuk melakukan pencarian, penyaringan, dan pembenaran dulu, agar info yang kita peroleh tetap valid dan A1.

Mahasiswa jangan mudah terpengaruh oleh paham yang radikalisme, apaliagi mengikuti kegiatan terorisme. Ingat bung, kita ini mahasiswa. Seorang yang sedikit maha di antara yang lainnya.

Lawan kegilaan itu dengan prestasi yang memuaskan, dan juga ingat kepada sesama.

 

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.