Pasar Semawis, Destinasi Wisata Kuliner bagi Seluruh Kalangan

Salam semangat

Generasi milenial

Apa kabar kalian semua? Semoga baik-baik saja yaa. Kali ini penulis akan berbagi mengenai tugas kuliah yang penulis dapat ketika semester 4 yaitu pada mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah dan Populer dimana tugas ini berupa feature tentang kota Semarang yaitu mengenai Pasar Semawis yang berada di daerah Pecinan. Berikut merupakan materi atau isi dari tugas tersebut.

Semarang merupakan ibu kota provisi Jawa Tengah dimana kota ini memiliki beragam tempat atau destinasi wisatanya mulai dari yang berbau sejarah hingga ke kulinernya. Salah satu destinasi wisata kuliner yang ada di Semarang yakni berada di Pasar Semawis. Mendengar kata “Semawis” sendiri tentu saja hal pertama yang terlintas dibenak kita yaitu sebuah daerah pecinan di kota Semarang. Memang letak pasar Semawis sendiri berada di daerah Pecinan, tepatnya di gang Warung.

Untuk menuju ke lokasi wisata kuliner ini dapat kita tempuh dari arah Simpang Lima menuju ke arah Gajahmada. Setelah sampai di perempatan pertama Gajahmada, belok ke kanan ke arah Hotel Semesta lalu ikuti jalan hingga menemukan gapura Pecinan. Perjalanan menuju Pasar Semawis sendiri kurang lebih memerlukan waktu sekitar 10 hingga 15 menit apabila menggunakan kendaraan pribadi.

Pasar Semawis atau ada juga yang menyebutnya Warung Semawis merupakan salah satu tempat atau destinasi wisata kuliner pada malam hari. Apabila kita memasuki kawasan ini, nuansa percampuran antara sentuhan Oriental dengan Jawa sangatlah kita rasakan. Kita dapat melihat beragam lampion yang tertata apik serta bangunan-bangunan khas pecinan yang berdiri di sepanjang deretan jalan.

Meskipun kawasan ini dinamai Pasar Semawis, namun tempat ini bukanlah tempat seperti pasar pada umumnya. Apabila kita berkunjung ke sini, sepanjang jalan yang kita lihat hanyalah tenda-tenda orang yang berjualan serta meja dan kursi semi permanen yang disediakan bagi pengunjung untuk dapat menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan, sehingga pasar ini lebih seperti sebuah festival makanan. Para pengisi stand-stand ini menjajakan berbagai macam kuliner mulai dari makanan tempo dulu atau tradisional hingga makanan modern atau yang saat ini disebut dengan kekinian.

Disini terdapat kurang lebih 100 stand makanan dengan berbagai jenis, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat, baik untuk makanan tradisional maupun modernnya. Untuk makanan tradisional terdapat beberapa pilihan seperti pisang plenet, tahu gimbal, gongso, dan sebagainya. Sementara untuk makanan kekiniannya dapat dijumpai seperti zuppa soup, churros hingga gelato ice cream. Adapun makanan khas orang Cina atau etnis Tionghoa seperti dimsum, lapchiong atau sosis babi, serta olahan masakan lainnya yang terbuat dari babi. Untuk minumannya sendiri terdapat beberapa minuman tradisional seperti wedang ronde, dan es hawa. Sementara minuman kekiniannya antara lain milkshake, bubble tea, dan masih banyak lagi.

Oleh karena itu, apabila kita akan pergi ke tempat wisata kuliner ini hendaknya kita mengosongkan terlebih dahulu perut kita karena dengan begitu kita dapat mencicipi berbagai macam makanan dan minuman yang ada disini. Selain itu, kita tidak perlu khawatir tentang harga makanan dan minuman disini. Umumnya harga makanan dan minuman disini dibandrol dengan harga mulai dari Rp15.000 hingga Rp30.000an saja.

Bagi pengunjung muslim yang datang kesini, tidak ada salahnya menanyakan apakah makanan tersebut mengandung babi atau tidak. Para pedagang disini akan menjawabnya dengan ramah. Selain itu, para pedagang biasanya juga telah menuliskan dispanduk stand-stand mereka apakah makanan yang mereka jual mengandung babi atau tidak. Sehingga para pengunjung muslim tidak perlu khawatir lagi akan kehalalan makanan tersebut.

Dari banyaknya makanan dan minuman yang disediakan disini tentu membuat orang-orang beramai-ramai datang kesini, baik dari kalangan muda hingga ke generasi tua. Baik dari etnis Tionghoa maupun dari etnis non Tionghoa. Semua dapat berkumpul disini tanpa melihat adanya perbedaan. Maka tidaklah salah apabila tempat ini dijadikan sebagai destinasi wisata kuliner lintas generasi.

Pasar Semawis sendiri hanya ada pada hari Jumat sampai Minggu saja dan mulai beroperasi pada pukul 18.00 hingga 23.00 WIB. Pada Sabtu malam (atau malam Minggu) kawasan ini sangatlah ramai dan penuh sesak. Oleh karena itu, kita harus bersabar dan rela antre untuk membeli dan mencari meja untuk menyantap makanan tersebut. Jika di hari kerja, kawasan ini dijadikan tempat sebagai kegiatan perdagangan layaknya pasar yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan, obat-obatan khas Cina, dan sebagainya.

Apabila kita datang ke kawasan ini pada saat hari besar umat Tionghoa seperti tahun baru Imlek,  maka kita akan disuguhkan berbagai macam hiburan khas pecinan seperti pertunjukan barongsai, opera klasik, wayang potehi (wayang golek khas Tionghoa), dan masih banyak lagi. Selain itu, juga terdapat beberapa stand yang menjual berbagai macam makanan khas untuk perayaan tahun baru Imlek seperti kue keranjang, jeruk, dan sebagainya.

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah SosAnt. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: