Antropologi Terapan

November 16, 2015 in ANTROPOLOGI | Comments (2)

Bangunan Antropologi: Antropologi yang seperti Apa?
Secara harfiah, antropologi sendiri merupakan ilmu tentang manusia. Antropologi yang seperti itu, tujuannya untuk memahami manusia pada umumnya dengan cara mengkajibkepribadian, kebudayaan, bentuk badan, dan masyarakat. Antropologi sendiri ada fase-fase perkembangan ilmu antropologi. Ada fase pertama dimana pada fase tersebut kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika. Pada fase pertama ini juga ada pandangan-pandangan mengenai ilmu antropologi. Selanjutnya beralih pada fase kedua dimana integrasi yang sungguh-sungguh berada pada fase ini. Kemudian muncullah fase ketiga dan fase keempat. Dari keempat fase tersebut, tentunya antropologi mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan yang terjadi mengarah kepada kemajuan pemikiran. Pada dasarnya, semua ilmu

itu akan mengalami perkembangan yang akan menyesuaikan zamannya dan keadaannya. Begitu pula dengan antropologi, antropologi pasti akan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Baik itu perkebangan yang bersifat progress maupun regress. Antropologi pada awal-awal muncul mengkaji tentang masa lalu, hal itu menurut saya perlu untuk membandingkan dengan masa saat itu maupun masa yang akan datang. Sebuah ilmu, ada dan berdiri berawal dari pembelajaran dan pengkajian masa lalu. Ilmu antropologi juga yang awalnya mempelajari mengenai masyarakat primitif, tetapi masa kekinian juga perlu untuk mempelajari masyarakat modern. Karna apa, masyarakat juga mengalami sebuah perubahan dan perkembangan hal itu tentunya perlu untuk dipelajari dan dikaji. Antropologi juga sudah memasuki ranah ilmu disiplin lainnya, hal itu dibuktikan dengan adanya cabangcabang ilmu antropologi. Seperti antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, antropologi hokum, antropologi linguistic, antropologi politik dan sebagainya. Di dalam cabang ilmu tersebut tentunya bukan masalah yang mendasari ilmu ekonomi, kesehatan dan sebagainya. Tetapi, penekanannya lebih kepada masalah yang dihadapi oleh ilmu tersebut. Yang tentunya berkaitan masalahnya dengan kehidupan manusia ataupun kehidupan dalam suatu masyarakat. Tidak semua orang juga mengetahui secara mendalam mengenai suatu ilmu. Seperti orang awam yang menilai tentang antropologi begitu juga seorang antropologi menilai ilmu disiplin yang lain. Mungkin mengetahui tetapi tidak secara mendalam dan detail mengenai suatu disiplin ilmu tersebut. Sebenarnya segala sisi kehidupan pada manusia juga ada aspek keantropologisannya.

Kebudayaan dalam Antropologi: Bersifat Dinamis dan Adaptif
Antropologi memiliki dua sifat yang berupa dinamis dan berupa adaptif. Sepenangkapan saya, kebudayaan yang bersifat dinamis adalah sebuah kebudayaan yang mampu fleksible dalam keadaan apapun. Suatu kebudayaan yang mampu menyesuaikan dengan situasi dan perkembangan zaman itulah yang dinamis. Dimana suatu keadaan pasti berubah begitu juga dengan sebuah kebudayaan yang nantinya akan berubah akibat perubahan keadaan tersebut. Kebudayaan mampu bersifat dinamis tersebut berlaku pada tiga wujud kebudayaan yang berupa ide, dimana suatu ide maupun gagasan juga mampu untuk berubah menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi sekarang. Seperti contoh suatu ilmu atau pandangan yang sebelumnya sudah ada akan muncul psebuah pandangan baru dimana tidak menghilangkan pandangan lama tersebut melainkan memperbaiki atau mengembangkannya. Selanjutnya wujud kebudayaan yang berupa aktivitas, disini aktivitas juga dinamis menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Aktivitas itu sendiri merupakan aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Aktivitas ini sendiri bersifat konkret karna mampu untuk dilihat dengan indera penglihatan. Terakhir wujud kebudayaan yang berupa artefak atau benda-benda hasil karya manusia. Hal ini yang paling berpotensi untuk mudah berubah. Karena hasil karya manusia cenderung mengalami suatu perbaikan untuk menghasilkan suatu karya yang lebih baik. Wujud kebudayaan yang ketiga ini merupakan seluruh hasil dari gagasan dan aktivitas. Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut artefak inilah yang paling konkret. Kemudian wujud kebudayaan bersifat adaptif, kebudayaan yang bersifat ini lebih kepada aplikatif. Adaptif disini lebih kepada perilaku manusia yang berusaha untuk menyesuaikan ataupun memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan. Kebudayaan sendiri sebenarnya bias menjadikan alat manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Contohnya seperti orang yang tinggal di daerah yang belum pernah ditinggal saat ini, akan lebih mudah beradaptasi dengan kebudayaan baik itu kebudayaan yang berupa gagasan yang akan menjadikan orang tersebut berpikir menyesuaikan dengan orang yang tinggal di daerah temap baru mereka. Atau juga bisa berupa aktivitas yang penyesuaian pada lingkungan baru tersebut maupun berupa artefak yang dipakainya untuk aplikatif dengan kondisi barunya tersebut.

Antropologi Terapan Versus Antropologi Murni
Antropologi murni lebih menekankan kepada aspek teoritis dimana lebih membahas mengenai teori-teori yang dikemukan oleh pemikir-pemikir atau para ahli antropologi. Sedangkan antropologi terapan lebih membahas kepada aspek aplikatif mengenai antropologi murni tersebut. Dimana antropologi terapan ini mengkaji kehidupan manusia melalui ilmu murninya. Perbedaannya yaitu, ilmu terapan dipelajari, diketahui, dan diterapkan (diaplikasikan) ditempat yang bersangkutan sesuai denagn situasi kondisi, kajiannya untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan ilmu teoritik merupakan ilmu yang benar-benar sekedar untuk diketahui, manafaatnya untuk ilmu itu sendiri.
No Antropologi Terapan Antropologi Teoritik
1. Berhubungan dengan budaya dan kelompok sosial yang hidup pada masa kini. Mengkaji masyarakat dan budaya masa lampau, termasuk yang sudah kandas dari kehidupan nyata masa kini
2. Berkenaan dengan kebutuhan dan masalah nyata yang dihadapi kelompok sosial tersebut pada masa kini, seperti masalah konflik etnik, pengangguran, gangguan mental masyarakat, komunitas yang mengalami bencana (banjir, gempa bumi, dll), buruh migran, penyalahgunaan obat, HIV/AIDS, kemiskinan struktural, dll
Memberikan perhatian pada masalah difusi penyebaran kapak lonjong pada zaman prehistori Nusantara, sistem kepercayaan orang Kubu, pola kehidupan berburu-meramu , asal mula larangan makan babi pada orang Islam dan Yahudi, yang umumnya tidak berkaitan banyak dengan kebutuhan dan masalah nyata yang dihadapi masyarakat-masyarakat tersebut masa kini
3. Mengaplikasikan penemuan, data, dan analisis keluar bidang antropologi. Sehingga antropolog terapan sering bekerja secara antar-disiplin ilmu, bekerja sama dengan ahli-ahli dari disiplin ilmu lain atas dasar relevansi-nya dengan isu-isu masa kini Analisis data terutama ditujukan untuk mempertajam perdebatan keilmuan di kalangan ahli antropologi. Pemikiran-pemikiran ahli antropologi masa lampau sangat menentukan dalam pemilihan metode penelitian, masalah penelitian, dan objek kajian.
4. Bekerja sebagai profesional pada institusi non-akademik. Kalaupun mereka bekerja dalam bidang pendidikan tinggi, biasa-nya mereka melekat di jurusan-jurusan non-antropologi Bekerja dalam bidang pendidikan dan penelitian antropologi di universitas dan bidang permusiuman

(Eddy & Partridge 1987: 5-6, dalam Marzali 2005).
Antropologi yang akan dibangun itu merupakan antropologi terapan yang berdasar kepada antropologi murni. Antropologi terapan sangat berguna bagi kehidupan nyata manusia dan masyarakat luas. Dengan menggunakan antropologi terapan, dapat mengatasi masalah-masalah yang kompleks di tengah-tengah masyarakat. Tetapi penyelesaian masalah dengan antropologi terapan juga harus mempunyai dasar penyelesaiannya yaitu berupa teori yang ada dalam antropologi murni. Antropologi nantinya akan lebih dibawa kepada tahap aplikatif yang mampu membuat perubahan yang lebih baik kepada keadaan di suatu masyarakat. Perubahan di masyarakat akan menjadi lebih baik dan positif kedepannya. Sedangkan untuk antropologi yang menghendaki perubahan terencana maupun tidak terencana, itu tergantung dengan situasi dan kondisi yang ada. Jika ada sebuah keadaan yang sudah harus diubah karena sudah sangat menganggu keadaan, perlu diadakan dengan perubahan yang secara cepat dan harus terencana secara baik dan sistematis agar nantinya tidak berdampak lebih buruk lagi. Tetpi jika suatu keadaan yang tidak begitu perlu untuk diubah dengan cepat, biarkan agar mengalir dengan sendirinya lebih natural dan alami. Karena perubahan yang dikarenakan oleh keadaan dan alam. Perubahan yang perlu terencana maupun tidak tergantung dari sisi mana dihadapinya. Seperti yang sudah sering di dengar bahwa sebuah kebudayaan itu bersifat relative. Tergantung dari mana sisi penilaiannya, Akankah perubahan tersebut atas nama kemanusia atau tidak itu relative penilaiannya dan pandangannya. Setelah keluar dari kuliah jurusan antropologi tentunya harus sedikit banyak menerapkan ilmu yang didapat untuk kebaikan semua golongan. Untuk orientasinya akan lebih baik jika berorientasi kepada akademis walaupun tidak bias dipungkiri orientasi ekonomis pasti ada. Karna ekonomis juga penting untuk menunjang kehidupan. Sebuah ilmu itu akan lebih baik jika tidak hanya mampu untuk menerapkan kepada kehidupan masyarakat agar menjadi lebih baik, tetapi juga harus mampu untuk menghidupi seseorang antropolog tersebut agar mampu untuk bertahan hidup dan akan tetap menerapkan ilmunya untuk kemaslahatan untuk orang banyak.

Referensi
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 2007. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta : UI Press.
https://wendy-united.blogspot.com/ (diunduh pada tanggal 02 November 2014)


2 Responses to “Antropologi Terapan”

RSS feed for comments on this post.

  1. Comment by oding wikantiNovember 27, 2015 pukul 12:02 pm  

    sangat menambah pengetahuan,,

  2. Comment by nunikNovember 29, 2015 pukul 4:48 am  

    menarik sekali dan sangat bermanfaat