Keterkaitan Guru Bidang Studi dengan Guru BK di SMA N 9 Semarang (Manajemen Pendidikan)
Wawancara saya lakukan dengan guru bidang studi di SMA Negeri 9 Semarang yang bernama Ibu Endah Kartikawati, beliau adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris. Sebelumnya saya menghubungi pihak sekolah dan meminta izin untuk melakukan wawancara dengan salah satu guru bidang studi. Dan wawancara kami lakukan pada hari Sabtu, tanggal 29 November 2014 pukul 09.15 WIB. Dan wawancara ini sangat menarik dimana Ibu Endah Kartikawati menerima kehadiran saya dengan baik.
Peran BK di sekolah menengah atas dirasa sangat penting untuk dilaksanakan karena tumbuh kembang anak didik yang menuju dewasa awal yang membutuhkan bimbingan agar tumbuh kembangnya sesuai dengan apa yang diinginkan. Keberadaan Bk di sekolah juga berfungsi sebagai untuk memaksimalkan bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Kondisi zaman yang semakin hari semakin menuntut akan modernisasi membawa perubahan perilaku peserta didik yang semakin hari juga semakin mudah mengakses informasi dengan adanya hal ini adanya BK di sekolah terutama menengah atas dianggap sangat penting.
Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor, misalnya, guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin tentang perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak mungkin akan langsung berhadapan dengan permasalahan siswa. Oleh karena itu tidak salah jika dalam pelayanan bimbingan dan konseling guru ditempatkan sebagai mitra kerja utama, di samping wali kelas.
Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah.
- Guru sebagai Informator
Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperanan sebagai informator, terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi dan manfaatnya bagi siswa.
- Guru sebagai Fasilitator
Guru dapat berperanan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan guru pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarnya. Maka, pada saat siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat merancang program perbaikan (remedial teaching) dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami dan menyesuaian dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang pandai guru dapat memprogramkan tindak lanjut berupa kegiatan pengayaan (enrichment).
- Guru sebagai Mediator
Dalam kedudukannya yang strategis, yakni berhadapan langsung dengan siswa, guru dapat berperanan sebagai mediator antara siswa dengan guru pembimbing. Hal itu tampak misalnya pada saat seorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan pengalihtanganan siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.
- Guru sebagai Motivator
Menurut Mc. Donald, yang dikutip Sardiman:73-74:2007) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahalui dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald in i mengandung tiga elemen penting.
- Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.
- Motivasi ditandai dengan munculnya rasa Feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afaeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
- Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujauan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Dengan ketiga elemen di atas, nmaka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut pada persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didiorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada saat siswa seharusnya mengikuti pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan guru dalam memberi kesempatan kepada siswa menerima layanan. Layanan konseling perorangan akan sulit terlaksana mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan pada sekolah-sekolah kita.
- Guru sebagai Kolaborator
Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di sekolah, guru dapat berperanan sebagai kolaborator konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainnya yang relevan.
Daftar Pustaka
https://masykurpijay.blogspot.com/2011/01/peranan-guru-dalam-pelaksanaan-program.html?m=1
Heru, Mugiarso. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang:Unnes Press
Nurihsan, Achmad Juntika. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: Grtasindo
Prayitno, dkk. 1998. Pelayanan Bimbingan dan Konseling SMU. Jakarta: Bina Sumber Daya Mipa
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
informasi yang disajikan menarik.. lanjtkan kaka…
sudah baik, tetapi penulisan paragraf kurang menjorok kedalam.
udah bagus, tapi diperdalam analisisnya oke oke
keren banget kak, penulisannya rapi. mungkin kalau dilengkapi dnegan foto sekolahnya akan lebih oke
sudah baik, coba ditambah studi kasusnya
informasi dan penulisannya sudah bagus, 😀 semangat
sudah baik tambahkan lagi informasinya