1. Pengertian Lembaga Pendidikan
Dalam arti luas, pendidikan adalah berusaha membangun seseorang untuk lebih dewasa. Atau Pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar mencapai hal hal tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya Sebaliknya menurut Jean Praget pendidikan berarti menghasilkan atau mencipta walaupun tidak banyak. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.

Menurut Miramba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Secara garis besar, pendidikan mempunyai fungsi sosial dan individual. Fungsi sosialnya adalah untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif masa lampau dan kini. Fungsi individualnya adalah untuk memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru).
Lembaga pendidikan adalah suatu badan yang berusaha mengelola dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial, kebudayaan, keagamaan, penelitian keterampilan dan keahlian. Yaitu dalam hal pendidikan intelektual, spiritual, serta keahlian atau keterampilan. Sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan pendidikan.

Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian lembaga pendidikan menurut para ahli, antara lain:
a. Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Dra. Nur Uhbiyati “Lembaga Pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik”
b. Menurut Enung K. Rukiyati, Fenti Himawati “Lembaga Pendidikan adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan yang bersamaan dengan proses pembudayaan”
c. Menurut Hasbullah, Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. La Sula “Lembaga pendidikan adalah tempat berlangsungnya pendidikan khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yaitu keluarga, lingkungan, dan masyarakat”
Suatu lembaga pendidikan juga menghasilkan pengetahuan atau wawasan dalam berbagai bidang seperti :
1. Bidang Ekonomi : Dengan adanya pendidikan, seseorang akan dapat melakukan suatu perbaikan ekonomi di dalam kehidupannya baik dari aspek pendapatannya sampai tingkat strata yang dimilikinya.
2. Bidang Sosial : Dapat menghasilkan output yang memiliki intelektual yang baik dalam mengontribusikan dirinya kepada masyarakat, menjaga hubungan baik antar individu, dan ikut berperan dalam mengembangkan potensi kebudayaan yang ada di masyarakat.
3. Bidang Budaya : Dengan adanya lembaga pendidikan setidaknya dapat menjaga nilai-nilai baik di masyarakat dan dapat mengembangkan potensi atau nilai-nilai itu untuk membentuk suatu kebudayaan kearah yang lebih baik.
4. Bidang Agama : Melalui pendidikan, kita dapat memahami tentang ilmu-ilmu agama yang berisi tentang hakikat kemanusiaan. Semakin tinggi pendidikan kita seharusnya membuat kita semakin maju dan tidak sombong.

2. Klasifikasi Lingkungan Pendidikan
Di dalam lingkungan pendidikan terdapat tiga lingkungan pendidikan sebagai berikut :
1. Lingkungan Pendidikan Keluarga atau Pendidikan Informal
Merupakan bentuk sebenarnya dari konsep pendidikan seumur hidup karena melalui lingkungan ini seorang individu secara sengajaatau tidak, sadar atau tidak, direncanakan atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang sangat berharga bagi kehidupannya sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia. Ciri-cirinya adalah :
a. Tidak terikat waktu dan tempat
b. Tidak terikat jenjang usia
c. Berlangsung tanpa adanya guru dan murid secara khusus
d. Tidak menggunakan metode tertentu seperti dalam pendidikan formal
e. Tanpa menggunakan rencana pembelajaran terlebih dahulu
2. Lingkungan Pendidikan Sekolah atau Pendidikan Formal
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam sekolah siswa akan dituntut untuk menguasai dan menyeraap beberapa pengetahuan dan nilai-nilai sehingga anak diharapkan tumbuh dan berkembang menuju arah kedewasaan mental. Ciri-cirinya adalah :
a. Proses belajar dilaksanakan dalam ruang kelas
b. Adanya persyaratan dan peraturan yang jelas dan tegas
c. Antara guru dan murid terdapat perbedaan tugas dan kewajiban
d. Materi pembelajaran diatur dalam kurikulum
e. Adanya evaluasi pembelajaran dan ijasah sebagai tanda tamat belajar
3. Lingkungan Pendidikan Masyarakat (di Luar Lingkungan Keluarga dan Sekolah) atau Pendidikan Nonformal
Pendidikan ini memberikan pelayanan yang berupa pendidikan keterampilan praktis serta sikap mental yang fungsional dan relevan supaya mereka bisa meningkatkan mutu dan taraf hidup serta mampu berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Ciri-cirinya adalah :
a. Tidak mempermasalahkan usia
b. Tidak mengenal kelas dan jenjang
c. Waktu, biaya, dan tempat dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan
d. Tujuannya mengarah pada lapangan pekerjaan

3. Profil Contoh Lembaga Pendidikan
IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah : UPTD SMA NEGERI 1 SLAWI
Alamat Sekolah : Jalan K.H. Wahid Hasyim No. 1 Slawi,kabupaten Tegal, Jawa Tengah
Kode Pos : 52415
Tahun Beroperasi : 1963
Tahun Didirikan : 23 September 1963
Nama Kepala Sekolah : Dra. Mimik Supriyatin
NIP : 19640515 198902 2 004
SK Kepala Sekolah : Keputusan Bupati Tegal No. 821. 2 / 123 / 2012
tanggal 31 Januari 2012

SEJARAH DAN TUJUAN
Pada tahun 60-an, di Kabupaten Tegal belum ada sekolah lanjutan tingkat atas, sehingga mesyarakat yang ingin besekolah di sekolah lanjutan atas harus keluar Kabupaten Tegal. Melihat keadaan yang demikian, para tokoh pendidikan membentuk Panitia Pembangunan Gedung Sekolah Lanjutan (Panitia PGSL) yang anggotanya terdiri dari unsur : Pendidik, Pemerintah, Pengusaha, ABRI dan Masyarakat, yang diketuai oleh Bapak OEMAR CHASAN (Patih Kabupaten Tegal).
Berkat usaha keras Panitia PGSL, pada tanggal : 1 Agustus 1962 berhasil diwujudkan keberadaan Sekolah Menengah Atas ( SMA ). Berdasarkan surat dari Jawatan Pendidikan Umum di Jakarta Nomor : 09/PD/1962 tanggal 13 Nopember 1962, SMA di Slawi dicatat sebagai SMA Swasta Nomor 661, dengan status SMA Persiapan Negeri Slawi. Berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nomor : 59/SK/B/III tanggal 25 Juli 1963, mulai tanggal 1 Agustus 1963 SMA Swasta Slawi ditetapkan menjadi SMA Negeri Gaya Baru. Dan selanjutnya tanggal 23 September 1963 itulah ditetapkan sebagai hari jadi SMA Negeri Slawi.
Selama ini SMA Negeri 1 Slawi telah dipimpin oleh 12 kepala sekolah, yaitu :
1. Bpk. RM. Raharjo Wirjo Koesumo (1963 – 1971 )
2. Bpk. Drs. Ibnu Sudarto (1971 – 1976)
3. Bpk. Suparto Ratmoko, BA (1976 – 1980)
4. Bpk. Soewandhi (1980 – 1982)
5. Bpk. Drs. Machali Alisujono (1982 – 1989)
6. Bpk. Drs. Nursalim Ickhsan (1989 – 1994)
7. Bpk. Arzani, BA (1994 – 1997)
8. Bpk. Drs. Washadun (1997 – 1999)
9. Bpk. Wiyono, S.Pd. (1999 – 2002)
10. Bpk. Drs. Suwito (2002 – 2006)
11. Ibu Dra. Sri Rejekiningsih, M.pd (2006 – 2011)
12. Ibu Dra. Mimik Suprihatin (2012 – sekarang)

Gedung SMA Negeri 1 Slawi sekarang ini pada awalnya berasal dari Komando Brigif 4 Dewaratna Slawi, yang diserahkan kepada Pemda Kabupaten Tegal, berupa bangunan sekolah di atas tanah Kodam VII Diponegoro yang belum selesai pembangunannya. Oleh Pemda Kabupaten Tegal diteruskan pembangunannya dan dipergunakan untuk SMA Negeri Slawi sebanyak 7 lokal. Kegiatan Belajar Mengajar pada waktu itu berlangsung di dua tempat, yaitu: Di Jalan A. Yani (sekarang jalan KH. Wahid Hasyim) dan di Dukuwringin (Preman), sekarang SMA Negeri 2 Slawi. Dengan adanya perubahan kurikulum dan jumlah jurusan di SMA, maka gedung di Dukuhwringin tidak dipakai lagi, sedangkan kegiatan belajar mengajar terpusat di jalan A. Yani, Slawi. Sedangkan gedung di Dukuhwringin dipakai untuk Pusat Pendidikan Modernisasi (terkenal dengan nama DO SCHOOL), dan terakhir digunakan untuk SMA Negeri 2 Slawi. Dengan modal dukungan dari masyarakat dan orang tua murid, Pemda Kabupaten Tegal, bantuan Pemerintah Pusat, SMA Negeri 1 Slawi berhasil menambah dan meningkatkan sarana dan prasaran : Ruang kelas, Ruang laboratorium, Aula SPKG Mipa, Masjid, Lapangan OR, Perpustakaan, Laboratorium Bahasa, Sarana Olahraga, Komputer, Kesenian dan lain-lain. SMA Negeri Slawi berjalan, diawali dengan jumlah tenaga pendidik 14 orang Guru Tidak Tetap. Dan guru negeri pada saat itu adalah :
• Bapak Moh. Ramdhan, B.A. ( 01-08-1963 ), Putra daerah pindahan dari Amuntai Kalimantan Selatan.
• Bapak Sikoen Amidjojo, B.A. ( 01-09-1963 )
• Bapak Kadim, B.A. ( 01-10-1963 ), Bapak Arzani, B.A. dan Bapak YB. Tirwan.
Pada saat sekarang ini, jumlah Guru Tetap ada = 45 orang, Guru Bantuan Depag = 1orang, Guru Tidak Tetap = 12 orang. Pegawai Administrasi Tetap = 7 orang, Pegawai Administrasi Tidak Tetap = 11orang.

VISI SMA N 1 SLAWI
“UNGGUL DALAM PRESTASI DAN BERDAYA SAING GLOBAL DILANDASI IMAN, TAQWA, AKHLAK MULIA DAN KEPRIBADIAN INDONESIA”

MISI SMA N 1 SLAWI
1. Mengembangkan sumber daya manusian meliputi siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan secara optimal sesuai potensi yang ada;
2. Mengembangkan kurikulum sekolah menjadi setara dengan sekolah unggul di negara maju dan memasukkan muatan lokal yang bercirikan kepribadian Indonesia dalam kurikulum sekolah;
3. Mengembangkan proses pembelajaran dengan adopsi dan adaptasi proses pembelajaran sekolah unggul negara maju;
4. Meningkatkan fasilitas dan sarana-prasarana pendidikan berbasis Teknologi Informasi;
5. Meningkatkan fungsi kelembagaan dan manajemen sekolah menjadi efektif, efisien, transparan, dan akuntabel;
6. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman nilai-nilai agama dan nilai-nilai kebangsaan guna menghasilkan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berkarakter, dan berkepriadian Indonesia.

4. Fungsi Lembaga Pendidikan dan Aplikasinya
Fungsi dari lembaga pendidikan menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
1. Fungsi nyata (manifest) pendidikan :
Fungsi manifest adalah fungsi yang tercantum dalam kurikulum sekolah. Di dalam kurikulum sekolah kita dapat menemukan kurikulum tersembunyi atau terselubung di dalamnya. Kurikulum tersembunyi atau terselubung adalah kurikulum yang tidak disadari tetapi meskipun demikian berfungsi pula untuk menanamkan pengetahuan, ketrampilan atau nilai tetentu (Kamanto Sunarto, 2004: 66). Fungsi tersebut antara lain :
a. Mempersiapkan dan membantu setiap anggota masyarakat untuk mencari nafkah. Aplikasi: Guru, pegawai tata usaha, pegawai kebersihan, siswa sebagai calon pemimpin, dll
b. Melestarikan kebudayaan dengan jalan mengajarkannya dari generasi ke generasi. Aplikasi: Pengajaran karawitan, tari tradisional, dll
c. Menciptakan warga Negara yang berjiwa patriot dan nasionalis.
Aplikasi: Upacara bendera, pendidikan berkarakter, pendidikan PKn, pemilihan ketua organisasi, dll
d. Meningkatkan taraf kesehatan pemuda bangsa melalui latihan dan olahraga.
Aplikasi: Pendidikan olahraga (seminggu sekali), Jumat sehat (setiap jumat pertama tiap bulan), dll
e. Membentuk kepribadian seseorang.
Aplikasi: Organisasi, pendidikan berkarakter, dll
f. Merangsang partisipasi demokratis melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional dan bebas.
Aplikasi:
1. DPU (dengar pendapat umum)
Dengar Pendapat Umum adalah kegiatan yang bertujuan untuk mempertemukan siswa dengan guru, pembina, wakil kepala maupun kepala sekolah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyediakan sarana atau media penyampaian kritik, saran, atau masukan dari siswa atau warga sekolah terhadap guru dan terutama kepada wakil – wakil kepala sekolah serta kepala sekolah tentunya agar siswa dapat menyampaikan apresiasinya secara langsung kepada pihak sekolah dan lebih utamanya kepala sekolah.
2. DPK (dengar pendapat khusus)
Dengar Pendapat Khusus adalah program kerja dari Majelis Perwakilan Kelas SMA Negeri 1 Slawi yang bertujuan untuk mempertemukan pengurus OSIS dengan pembina dan kepala sekolah serta koordinator sekolah, selain itu DPK juga bertujuan untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah atau hambatan yang dialami oleh pengurus
g. Menunjang integrasi antar ras yang berbeda.
Aplikasi: Dalam penerimaan murid baru, pengurus harian, dll. SARA bukan menjadi pedomannya. SMA N 1 Slawi akan menyeleksi secara objektif.

2. Fungsi tersembunyi (laten) pendidikan :
Fungsi laten pendidikan adalah merupakan fungsi yang tidak langsung karena tidak sertamerta dirasakan oleh masyarakat. Fungsi tersebut antara lain:
a. Mengurangi pengendalian orangtua
Aplikasi: Karena dengan anak masuk dalam lembaga pendidikan secara tidak langsung saat jam pelajaran anak dalam pengawasan sekolah, sehingga para orang tua dapat tenang dalam bekerja.
b. Menyediakan sarana untuk pembangkangan
Aplikasi: Seringkali anak menjadi bandel karena pergaulan yang tidak baik di sekolahnya. Hal ini bisa tersalur melalui teman-temannya atau lingkungan masyarakat dimana sekolah itu berada.
c. Mempertahankan sistem kelas sosial
Aplikasi: Umumnya masyarakat yang termasuk dalam kalangan kelas sosial tinggi akan menyekolahkan anak mereka di sekolah yang favorit di daerahnya sehingga akan mempertahankan kelas sosial dimana ia berada.
d. Memperpanjang masa remaja.
Aplikasi: Anak yang masih duduk dalam bangku sekolah dianggap masih merupakan anak kecil dan belum dewasa terlepas dari berapa usia mereka.