Ada satu hal di dunia ini yang tidak bisa berubah yaitu perubahan itu sendiri. Perubahan mutlak terjadi pada masyarakat masyarakat tidak bisa bertahan jika mereka mengisolasi diri. Anggota masyarakat perlu interaksi dengan hal-hal dan budaya diluar kebudayaan mereka. Kebudayaan dan masyarakat adalah dua hal yang menjadi satu. Artinya, kedua hal tersebu tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sehingga setiap masyarakat pasti memiliki budaya. Setiap masyarakat pasti akan mengalami perubahan, dan salah satunya adalah perubahan budaya yang menekankan pada perubahan sistem nilai yang mengatur tingkah laku suatu masyarakat.
Semasa hidupnya, manusia memiliki naluri untuk mengembangkan daerah kekuasaannya dan salah satunya dengan cara melakukan migrasi atau perpindahan. Perpindahan tersebut berawal dari upaya manusia memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan mata pencahariannya. Proses migrasi ini membawa dampak terhadap proses penyebaran kebudayaan dari satu daerah ke daerah lain. Dengan adanya migrasi (perpindahan manusia dari daerah satu ke daerah lain), maka terjadilah proses difusi, akulturasi, asimilasi, dan penetrasi budaya.
Menurut William A. Haviland, difusi adalah penyebaran kebiasaan atau sistem adat istiadat dari kebudayaan yang satu kepada kebudayaan yang lain. Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli. Menurut Koentjaraningrat, asimilasi adalah proses yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri dan menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan yang asli. Sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi kebudayaan campuran atau kebudayaan baru. Adapun penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh kebudayaan asing yang sedemikian rupa, sehingga menimbulkan perubahan kebudayaan secara besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat.
Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, memiliki peluang terjadinya proses interaksi sosial dari berbagai bangsa sekaligus membuka proses difusi atau penyebaran kebudayaan melalui jalur perdagangan, baik lokal maupun antarnegara. Melalui perdagangan inilah terjadi kontak kebudayaan antarsuku bangsa, baik suku-suku bangsa yang ada di Indonesia maupun dari mancanegara.
Adapun pengaruh kebudayaan asing terhadap kebudayaan lokal dapat kita lihat sebagai berikut:
- Sistem Religi
Bergesernya sistem religi yang berakar pada kepercayaan tradisional menuju sistem religi yang berlandaskan ajaran agama, merupakan contoh konkret adanya pengaruh kebudayaan asing terhadap kebudayaan lokal. Bangsa Indonesia pada awalnya menganut sistem kepercayaan kepada roh-roh leluhur maupun kekuatan gaib yang diwariskan secara turun temurun. Namun, kini telah terkikis dengan adanya ajaran agama yang menekankan kepadasatu tujuan penyembahan yakni Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun demikian bukan berarti sistem religi tradisional yang merupakan kebudayaan asli bangsa Indonesia telah punah. Hal ini tampak dalam bentuk upacara adat tradisional yang telah mengalami penyesuaian dengan sistem religi yang berdasarkan agama. Misal: upacara sedekah laut, upacara sekaten, dan upacara yaqowiyu, merupakan bentuk-bentuk kebudayaan yang menggabungkan unsure religi tradisional dengan agama.
- Sistem Pengetahuan
Setiap suku bangsa memiliki sistem pengetahuan yang membentuk unsur kebudayaan lokal. Sebelum unsur pengetahuan kebudayaan asing memengaruhi kebudayaan lokal, nenek moyang kita telah mengenal pengetahuan tentang kemaritiman, gejala alam, perubahan musim, berburu, bercocok tanam sampai kepada pengetahuan tentang pengobatan tradisional. Masuknya kebudayaan asing dengan membawa bentuk sistem pengetahuan yang lebih modern telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap keadaan alam sekitarnya. Pengetahuan tradisional yang cenderung berlandaskan pada kemampuan intuitif yang irasional berubah ke pola pemikiran yang lebih rasional. Misal: penemuan obat-obatan tradisional merupakan bentuk pengembangan pengetahuan tradisional terhadap khasiat tumbuhan yang dipadukan dengan pengetahuan modern (ilmu farmasi), sehingga menghasilkan obat yang alami dan bebas dari bahan kimia. Demikian halnya pengaruh kebudayaan asing di bidangpengetahuan yang berkaitan dengan cara bercocok tanam, telah mengubah pola kehidupan petani tradisional menjadi lebih produktif.
- Sistem Teknologi
Teknologi merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berkaitan dengan peralatan yang dipergunakan manusia untuk mengubah keadaan sekitarnya maupun keadaan dirinya demi terpenuhinya kebutuhan hidup. Sistem teknologi tradisional yang menjadi unsur kebudayaan lokal menyangkut tentang:
- alat-alat produksi
- senjata
- wadah
- alat untuk menyalakan api
- makanan dan minuman
- pakaian dan perhiasan
- tempat berlindung atau rumah
- alat-alat transportasi
- Sistem Kesenian
Dari waktu ke waktu kesenian tradisional sebagai salah satu unsur kebudayaan lokal kini mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya, terutama para generasi muda. Masuknya kesenian mancanegara yang dirasa lebih menarik dan mewakili jiwa muda, banyak menggeser ruang gerak kesenian tradisional. Salah satu upaya untuk mempertahankan kesenian tradisional agar tetap lestari adalah dengan memadukan unsur-unsur kebudayaan asing ke dalam kesenian tradisional tersebut. Misal: kesenian musik campur sari, merupakan bentuk kesenian yang memadukan unsur-unsur kesenian tradisional dengan unsur-unsur kesenian modern, di mana kesenian tersebut kini sudah tidak diminati oleh kalangan muda, mereka cenderung lebih suka pada kesenian musik dari kebudayaan asing.
- Bahasa
Bahasa merupakan sistem perlambang dalam komunikasi. Salah satu ciri suatu suku bangsa adalah memiliki bahasa daerah yang merupakan bahasa komunikasi antarwarga dalam kelompok suku bangsa yang bersangkutan. Pengaruh kebudayaan asing terhadap perkembangan bahasa daerah sangatlah besar. Terutama di daerah pesisir, di mana penduduknya banyak berinteraksi dengan suku bangsa lain (asing) yang memiliki komposisi bahasa yang berbeda dengan komposisi bahasa induknya. Misal: bahasa Jawa yang diterapkan di daerah pesisir berbeda dengan bahasa Jawa yang ada di daerah pedalaman. Secara umum, pengaruh kebudayaan asing khususnya dalam bahasa, bukan menghilangkan bahasa lokal, namun justru memperkaya perbendaharaan kata dalam bahasa local tersebut. Banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari kata-kata bahasa asing yang telah diserap menjadi kosakata bahasa Indonesia.
Namun, seiring perkembangan zaman yang kian pesat dan segalanya mengalami perubahan, maka kebudayaan-kebudayaan lokal seakan semakin tersisihkan, bukan hanya dapat menghapuskan nilai-nilai budaya tradisional masyarakat saja, namun lebih kepada mengkolaborasikan kebudayaan baru dan lama untuk menjadi kebudayaan yang lebih dapat diterima oleh masyarakat.
berikut beberapa faktor pendorong perubahan :
Faktor internal
1.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perkembangan yang semakin luas akan menghasilkan teknologi yang semakin baik, yang kemudian mengubah hidup manusia dan kebudayaan manusia juga akan berubah.
2.Jumlah penduduk
Masalah penduduk yang menimbulkan perubahan perubahan budaya pada umumnya adalah pertambahan jumlah penduduk akibat urbanisasi.Urbanisasi akan menimbulkan ketidakseimbangan antara desa yang kehilangan/kekurangan tenaga kerja dan kota yang terjadi pertambahan jumlah penduduk
3.Pertentangan atau Konflk
Adanya pertentangan atau konflik mengakibatkan nilai-nilai,norma, adat-istiadat yang telah lama dijadikan pedoman atau penuntun dalam bersikap maupun berperilaku akan menimbulkan perubahan sosial-budaya.
Faktor eksternal
1.Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Perubahan budaya dapat terjaadi baik adanya interaksi langsung antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain maupun melalui komunikasi satu arah dengan media-media massa. Respons psikologis individu terhadap kontak antar budaya menurut Furnhan dan Bochner dibedakan menjadi empat kemungkinan, yaitu: (i) typed passing, individu menolak kebudayaan asli dan mengadopsi kebudayaan baru bila statusnya lebih tinggi, (ii) typed chauvinist, individu menolak sama sekali kebudayaan asing, (iii) typed marginal, mereka terombang ambing-ambing antar kebudayaan yang asli dan kebudayaan yang baru/asing, (iv) typed mediating, mereka menyatukan bermacam-macam identitas budaya, mempunyai keseimbangan integrasi dan memperoleh dua atau beberapa kebudayaan.
2.Peperangan
Dampak yang ditimbulkan dari adanya peperangan antar anggota masyarakat maupun dengan masyarakat lain adalah perubahan sosial budaya yang pada umumnya mempunyai nilai negative.
3.Penyebab dari alam
Perubahan budaya dapat terjadi bila di masyarakat terjadi suatu bencana alam yang mengakibatkan penduduk harus berpindah ke tempat lain. Di tempat yang baru tersebut mereka harus menyesuaikan diri dengan kondisi sosial dan budaya yang baru, sehingga nilai-nilai, budaya yang telah lama dilaksanakan akan berubah atau berbaur dengan yang baru.
Dampak perubahan budaya salah satunya adalah melemanya nilai-nilai tradisional yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Hal ini tentunya memiliki dua dampak yang tidak bisa dipisahkan, yaitu dampak negative dampak positif. Dampak negative dari perubahan budaya dari budaya tradisional ke budaya modern yang disebabkan oleh berbagai factor seperti yang telah disebutkan diatas salah satunya yaitu melemahnya nilai-nilai tradisional dalam masyarakat. Nilai tradisional yang luhur warisan dari nenek moyang kita seharusnya kita pertahankan sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Misalnya saja proses globaisasi yang terjadi sekarang ini telah menghilangkan nilai-nilai tradisional yang luhur yang dimiliki bangsa Indonesia, misalnya saya nilai-nilai tentang kesopanan dan gotong royong dan nilai-nilai tersebut perlahan-lahan berubah menjadi individualitas.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Kurikulum Mata Pelajaran Antropologi. Jakarta: BSNP
Handoyo, Eko, dkk. 2007. Studi Masyarakat Indonesia. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial
Koentjaraningrat. 1983. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan
Siany L., dan Atiek Catur B. 2009. Khazanah Antropologi 1 : Untuk Kelas XI SMA Dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
https://blog.unnes.ac.id/murifa/
https://blog.unnes.ac.id/apriyani09/?