SEJARAH YANG MELATAR BELAKANGI LAHIRNYA SOSIOLOGI PENDIDIKAN BESERTA TOKOHNYA

Sejarah yang melatar belakangi lahirnya sosiologi pendidikan adalahadanya perubahan struktur masyarakat dan tidak adanya “peranan penyiapan” anak didik yang dilakukan oleh lembaga lembaga pendidikan supaya mereka bisa menyadari “masyarakat baru” yang sedang tumbuh di sekitarnya. Tokohnya

John Dewey

(1859-1952).Selanjutnya, yang melatar belakangi lahirnya sosiologi pendidikan lagiadalah munculnya pandangan tentang pendidikan sebagai ihtiar sosial (sosialthing) dan pendapat bahwa, pendidikan itu bukanlah hanya satu bentuk, baik dalam artian ideal maupun aktualnya, tetapi bermacam-macam. Seberapabanyaknya bentuk dimaksud, sebenarnya mengikuti banyaknya perbedaanlingkungan di masyarakat itu sendiri. Sehingga masyarakat secara keseluruhanbeserta masing-masing lingkungan khususnya, akan menentukan tipe-tipependidikan yang diselenggarakan. Tokohnya

Emile Durkheim

(1858-1917).Tokoh lainnya penyokong sosiologi pendidikan adalah Fred Clarke,yang sangat menyadari kontribusi yang mungkin dan dapat diberikan oleh sosiologikepada pengembangan pemikiran pendidikan,

Karl  Mannheim

(1893-1947) yangmelihat pendidikan sebagai salah satu elemen dinamis dalam sosiologi, danmerupakan suatu teknik sosial, dan alat pengendalian sosial. Menurutnya, dengan menggunakan pendekatan sosiologis terhadap permasalahan-permasalahanpendidikan, bukan saja bisa membawa beberapa kepositifan di dalam perumusantujuan pendidikan, tetapi juga bisa menolong di dalam mengembangkan kontendan metode pendidikan.

Profesor W.E. Hocking

yang mengatakan bahwa duniapendidikan memang harus digiring untuk mencetak corak watak baru tertentu,namun bersamaan dengan itu, juga perlu menjadi “penyelamat” apa-apa yang berakar pada masyarakat itu sendiri,

W.A.C. Stewart

dengan artikelnya yang berjudul philosophy and sociologiy in the Training of Teachers yang menyatakan bahwa, salah satu masalah utama dalam pendidikan guru ialah bagaimana menghindari tumpang tindih dalam mata-mata ajarannya dan bagaimana menghindari keterpisahan mata-mata ajarannya, supaya ada koherensi terhadap aspek-aspek yang dipelajarinya.