TARIAN EMBEG KHAS BANJARNEGARA
https://butikjdd.files.wordpress.com/2013/01/images-29.jpg
Indonesia memang kaya akan kesenian yang unik dan beraneka ragam, khususnya tari. Setiap daerah pasti mempunyai kesenian tari tersendiri yang menjadi ciri khas daerah tersebut.Salah satu daerah yang mempunyai kesenian tari yang unik adalah Banjarnegara, yaitu embeg atau didaerah lain biasa dikenal dengan kuda lumping.
Embeg atau kuda lumping merupakan kesenian tari yang menggunakan peralatan berupa kuda buatan yang terbuat dari anyaman dari bambu yang kemudian dicat warna warni. Anyaman ini kemudian diberi aksesoris berupa mata, rambut, ekor, dan tali untuk memudahkan pemakaiannya dalam menari biasanya dalam tarian ini dimainkan oleh 10 orang pemain atau lebih yang diiringi suara gamelan, gendhing, gong, dan lain-lain, serta seorang sinden yang melantunkan lagu jawa dan campursari.
Keunikan dari kesenian tari ini yaitu adanya unsur mistis.Biasanya para penari mengalami kesurupan, kemudian melakukan atraksi kekebalan dan kekuatan.Atraksi yang biasa mereka lakukan seperti makan rumput, bunga, daging, atau ikan mentah, mengupas kelapa dengan gigi, makan beling (pecahan kaca), dan atraksi kekebalan tubuh terhadap golok maupun pecut.
Hal unik lainnya yaitu adanya ritual yang dilakukan sebelum memulai pertunjukan. Biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah. Mengingat pertunjukan ini memang biasanya dilakukan dilapangan terbuka. Selain itu kesenian kuda lumping ini biasa juga ditampilkan pada acara- acara tertentu pada perayaan hari kemerdekaan, pesta rakyat, hajatan dan lain – lain.
Festival Embeg Bergengsi I yang digelar oleh Paguyuban Kuda Kepang Banjarnegara Memetri Budaya Amrih Aja Ilang (Bambu Aji). Embeg dan kuda kepang, meupakan nama lain dari kuda lumping.
Festival kesenian rakyat ini diikuti oleh 31 grup kuda lumping berasal dari seluruh kecamatan.Di Banjarnegara terdapat ratusan group, bahkan di beberapa tempat ada grup berusia tua dan lestari dari generasi ke generasai secara turun temurun.
Ketua Dewan Kesenian Banjarnegara, Otong Tjundaroso, mengatakan, masyarakat sebenarnya sudah akrab dengan embeg. Kesenian berupa gerak tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan dari anyaman bambu menggambarkan bentuk kuda itu, pada masa lalu memnjadi bagian dari hidup masyarakat desa.
Tarian embeg biasanya dipertunjukkan di tempat keramaian untuk memeriahkan suasana seperti pada acara hajatan.Salah satu daya tariknya, adalah ketika beberapa pemain kerasukan indang embeg dengan berbagai polahnya seperi makan beling, mengupas kelapa dengan gigi dan dicambuk bertubi-tubi.
Menurut Otong, Dewan Kesenian Banjarnegara ke depan akan terus mengakomodir kesenian rakyat termasuk embeg dengan menggelar festival setiap tahun. Embeg tumbuh subur dan masing-masing grup menampilkan berbagai gaya modern. “Ini banyak kaum muda yang tertarik mengikuti kepada kesenian embeg,” katanya
Add your comment