Haaay temen-temen, kali ini saya akan berbagi tentang tugas artikel mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif pada semester 5 yang mengangkat tema “Produksi Jamu” di desa Ngadirgo, Mijen. Observasi ini dilakukan pada bulan Desember 2017.
Semoga ilmunya dapat bermanfaat yaa….
Tema : Produksi Jamu
Kelompok : 1
Koordinator : Yulinda Munggi Ratna (3401415063) – 082242220521
Anggota :
- Retno Amar Mandandari (3401415047)
- Bunga Kusumaningrum (3401415054)
- Putri Afra Husun Mufidah (3401415065)
- Murfrikhatul Ulya (3401415070)
- Imam Alfarizi (3401415072)
- Putri Ayu Setyo N.I (3401415075)
Data Narasumber :
Nama : Bu Karsiyah
Umur : 57 tahun
Alamat : Desa Ngadirgo RT02/RW05 Mijen, Kota Semarang
Hasil Observasi :
- PROSES PEMBUATAN DAN ALAT
Ibu Karsiyah merupakan seorang ibu rumah tangga yang berupaya untuk membantu perekonomian keluarga dengan berjualan jamu kira-kira selama 25 tahun. Setiap hari, pukul 04.00 pagi Ibu Karsiyah telah mempersiapkan segala macam bahan jamu beserta dengan alatnya. Bahan-bahan yang digunakan oleh Ibu Karsiyah berasal dari tanaman-tanaman obat yang sengaja ditanam sendiri di kebun. Sore harinya, suami Ibu Karsiyah bertugas mencarikan segala bahan jamu yang akan dibuat keesokan harinya. Dalam proses pembuatannya, terdapat dua cara yang digunakan oleh Ibu Karsiyah, yaitu dengan cara menumbuk bahan-bahan dasarnya dan merebus langsung semua bahan-bahannya. Jamu yang melalui proses penumbukkan antara lain kunyit asam, beras kencur, dan sirih. Sedangkan untuk proses perebusan yaitu jamu paitan. Untuk peralatan sendiri, Ibu Karsiyah menggunakan baskom ukuran sedang kira-kira berdiameter 30 cm yang terbuat dari plastik, saringan, sendok, lumpang, alu, dan panci.
Pertama-tama, Bu Karsiyah membuat jamu kunyit asam yang terdiri dari kunyit dan asam jawa. Untuk pengolahannya, mula-mula kunyit ditumbuk ke dalam lumpang yang terbuat dari batu. Kemudian ditumbuk dengan menggunakan alu yang terbuat dari sebilah kayu. Untuk pekerjaan berat seperti tumbuk-menumbuk, biasanya ibu menyerahkan pekerjaan tersebut kepada sang suami yang setiap pagi ikut membantu beliau membuat jamu. Kunyit ditumbuk sampai benar-benar halus. Setelah halus, tumbukan kunyit tersebut dipindahkan ke dalam wadah baskom yang terbuat dari plastic. Kemudian tumbukan kunyit diperas lalu dicampur dengan asam jawa. Setelah diberi asam jawa, kunyit dipindahkan ke dalam panci untuk direbus. Setelah mendidih kunyit disaring beberapa kali untuk memisahkan ampas-ampas yang tersisa.
Dalam pembuatan beras kencur hampir sama dengan proses pembuatan kunyit asam, hanya saja dalam pembuatan beras kencur tidak melalui tahap perebusan. Hal tersebut dilakukan karena ketika air dari saripati beras direbus maka akan mengental. Pada tahap pertama membuat beras kencur adalah dengan menumbuk beras terlebih dahulu. Beras yang digunakan sebelumnya telah disangrai sampai sedikit kecoklatan. Biasanya, Ibu Karsiyah telah menyangrai sekilo beras untuk digunakan 2-3 kali. Beras yang ditumbuk diberi sedikit air matang untuk mempermudah menumbuk. Setelah beras sedikit halus, kemudian dimasukkan kecur lalu ditumbuk kembali sampai keduanya benar-benar halus. Langkah selanjutnya tumbukan beras dan kencur tersebut diberi air hangat, lalu diaduk dan diperas menggunakan tangan untuk mendapatkan saripati kedua bahan tersebut. Sama seperti memeras bahan-bahan jamu yang ditumbuk lainnya, Ibu Karsiyah lebih memilih untuk tidak menggunakan sarung tangan karena menurutnya menggunakan tangan kosong lebih nyaman. Sebelum dimasukkan ke dalam botol-botol jamu, beras kencur tersebut diberi gula aren dan gula pasir. Gula aren dipilih karena menurut Ibu Karsiyah memiliki rasa yang lebih enak, selain itu diberi tambahan gula pasir untuk memberikan rasa manis alami. Setelah itu beras kencur disaring beberapa kali sampai benar-benar bersih dari ampas, kemudian jamu ketiga adalah sirih yang terdiri dari beberapa bahan yaitu daun sirih, daun tupuk, daun pucuk jambu biji, cabe puyang, dan lain-lain. Semua bahan ditumbuk sampai halus, tahap selanjutnya sama seperti kunyit asam yaitu diperas, ditambah gula, direbus kemudian yang terakhir disaring sampai tanpa ampas kemudian masuk ke dalam botol-botol yang nantinya akan disusun ke dalam sebuah bakul.
Untuk pembuatan jamu paitan, bahan-bahan yang telah disiapkan dimasukan ke dalam panci yang sudah diberi air kemudian dibuat melalui proses perebusan. Setelah mendidih dan air tampak berwarna hitam tandanya paitan sudah bisa diangkat dan ditiriskan. Air rebusan kemudian diwadahkan ke dalam botol-botol yang telah disediakan. Untuk perawatan alat-alat yang digunakan, Ibu Karsiyah selalu mencuci dengan bersih setiap kali selesai membuat jamu. Setelah semua alat yang digunakan dicuci bersih semua peralatan kemudian disimpan dengan baik agar dapat kembali digunakan keesokan harinya.
- HIGIENITAS
Usaha pembuatan jamu yang dilakukan oleh beberapa orang di desa Ngadirgo merupakan sumber pendapatan mereka di dalam keluarga. Karena menjadi sumber pendapatan, maka mereka harus serius dalam menjalankan usaha ini dengan cara memperhatikan kualitas produknya agar tidak membahayakan konsumen. Dalam proses pembuatan jamu yang harus di perhatikan adalah kebersihan bahan-bahan rempah untuk membuat jamu, alat-alat yang digunakan, cara pembuatan dan yang paling utama adalah kebersihan si pembuat jamu tersebut.
Dalam memulai proses pembuatan jamu, orang yang membuat jamu harus menjaga kebersihan dirinya dengan cara mandi terlebih dahulu atau mencuci tangan dan membersihkan diri dengan cara yang benar agar kuman-kuman yang menempel ditubuh si pembuat jamu hilang dan tidak terkontaminasi dengan jamunya. Kebersihan tubuh seseorang yang membuat jamu terutama bagian tangan sangat penting karena dalam proses pembuatan jamu di desa Ngadirgo tidak menggunakan sarung tangan dalam proses pembuatannya. Untuk memeras bahan-bahan jamu yang sudah ditumbuk dan dicampurkan air mereka lebih senang menggunakan tangan kosong daripada harus memakai sarung tangan. Hal ini dikarenakan jika menggunakan sarung tangan dalam memeras bahan-bahan yang telah ditumbuk menurutnya hasil perasannya kurang mantap maka dari itu kebersihan diri terutama tangan harus benar-benar bersih dan terjaga.
Lalu bahan-bahan rempah yang digunakan untuk membuat jamu seperti kunyit, kencur, daun sirih dan lain-lain harus dicuci menggunakan air hingga bersih dan tanah-tanah yang menempel di bahan-bahan tersebut harus dihilangkan agar dapat menghasilkan jamu yang higienis.
Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan jamu bermacam-macam. Ada panci, baskom, tempat menumbuk bahan-bahan rempah, dan lain-lain. Sebelum digunakan, alat-alat tersebt terlebih dahulu dicuci bersih menggunakan air agar terbebas dari kuman. Alat yang digunakan berkali-kali dalam satu proses pembuatan jamu seperti baskom, saringan selalu dicuci setelah dipakai. Misalnya baskom dan saringan digunakan untuk menyaring bahan-bahan jamu kunyit lalu setelah itu dicuci menggunakan air untuk digunakan lagi selanjutnya untuk menyaring misalnya jamu kencur. Botol-botol yang digunakan untuk jamu-jamu juga dicuci bersih sebelum pemakaian dan sesudah pemakaian.
Penjual jamu membuat jamu hanya untuk dihabiskan dalam waktu sehari saja. Setiap harinya mereka memproduksi jamu untuk hari itu juga karena jamu gendong sebaiknya sekali dibuat untuk langsung habis. Tidak boleh diinapkan karena khasiatnya sudah berubah.
- SANITASI
Menurut KBBI, sanitasi mempunyai arti usaha unutuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan terutama kesehatan masyarakat dan menyehatkan lingkungan hidup, manusia terutama lingkungan fisik yaitu tanah, air dan udara. Sanitasi menurut Departemen Kesehatan RI (2004) adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tdak dibuang sembarangan.
Sedangkan sanitasi menurut WHO adalah pengawasan penyediaan air minum masyrakat, pembuangan tinja, dan air limbah, pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan dan penanganan makanan, ondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan kerja.
Menurut (tsffaunsoed, 2010) ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap hal yan dapat merupakan sumber pencemaran produk. Berkaitan dengan produksi jamu yang dilakukan oleh ibu Kasiyah, yang ada di desa Ngadirgo, Mijen ini ada beberapa hal yang kami lihat dengan sanitasinya. Berikut penjelasan mengenai ruang lingkup sanitasi tepatnya pada pembuatan jamu oleh ibu Kasiyah di desa Ngadirgo.
- Personalianya
Dimulai dari personalianya, secara prosedur higienis seseorang yang akan memasuki tempat produksi pengobatan, hendaknya mengenakan pakaian pelindung untuk menghindari alergi. Seperti yang dilakukan pada produksi jamu yang ada di pabrik, seseorang yang memasuki ruangan mereka mengenakan sarung tangan, penutup kepala, masker, pakaian dan sepatu kerja selama proses produksi. Tetapi keadaan ini tidak kita dapati di rumah produksi jamu ibu Kasiyah. Jamu yang diproduksi dilakukan di dapur tanpa menggunakan pakaian khusus. Ibu Kasiyah dalam memproduksi jamu tidak menggunakan pakaian khusus, hanya kaos dan celana pendek biasa yang dianggapnya bersih. Beliau tidak menggunakan pelindung atau hal semacamnya karena dianggap itu membuat tidak nyaman dan tidak leluasa bergerak terutama dalam menumbuk bahan bakunya. Selain itu ibu Kasiyah menganggap bahwa tidak menggunakan sarung tangan itu lebih membantu dalam kegiatan memeras bahan yang sudah ditumbuk. Hal ini dikarenakan ketika memeras bahan menggunakan sarung tangan plastik, dirasa tidak tuntas atau dikatakan “seret”. Ibu Kasiyah tahu tentang kegunaan dari sarung tangan yang higiene tersebut, tetapi karena sudah terbiasa menggunakan tangan kosong maka sarung tangan tersebut tidak digunakan. Higienis yang dirasa cukup ketika diri ibu Kasiyah terutama tangan selalu dalam keadaan bersih. Kami juga melihat bahwa ibu Kasiyah untuk mencuci tangan tidak hanya sekali tetapi berungkali setiap perpindahan kegiatan.
- Bangunan
Dalam kegiatan produksi di suatu pabrik, kita dapat melihat bahwa bangunan yang digunakan untuk kegiatan produksi didesain sedemikian rupa unturn gantuk menjaga kualitas dan dari bahan baku tersebut. Di desa Ngadirgo kita dapat temukan, banyak bangunan yang digunakan untuk produksi adalah rumah nya sendiri. Biasanya dilakukan di ruang dapur masing-masing. Kualitas bangunan tergantung pasa kualitas pemiliknya. Sebelum ke rumah ibu Kasiyah kita sempat mendatangi rumah lain yang memproduksi jamu juga disitu tempatnya luas, bersih, ventilasinya ada, dan dekat dengan sumber air. Ketika kita datang rumah ibu Kasiyah bangunan yang menjadi tempat produksi tidak seperti rumah yang kita datangi sebelumnya. Walaupun dekat dengan sumber air, tetapi tempatnya tidak begitu luas, masih beralaskan ubin tetapi tidak keramik dan pencahayaan kurang.
- Peralatan dan Perlengkapan
Pada penjelasan sebelumnya, sudah dijelaskan tentang apa saja peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam produksi jamu gendong ini. Menurut penjelasan dari ibu Kasiyah, untuk cara perawatan perlatannya cukup dibersihakan dengan air bersih. Jadi ketika lumpang, alu, panci, saringan dll sudah digunakan cukup dicuci dan ditiriskan.
- Bahan Produksi.
Bahan baku yang dipakai untuk pembuatan jamu ini semuanya murni dari alam. Bahan-bahan seperti tumbuh-tumbuhan tersebut sebelum digunakan cukup dicuci secara bersih, meskipun terdapat bahan seperti rempah-rempah, perlu dikupas dan dicuci secara bersih. Untuk menjaga kualitas jamu, maka produksi ini tidak menggunakan bahan pengawet ataupun tambhan jamu bubuk lainnya.
- Limbah
Seperti dengan produksi jamu yang dilakukan di pabrik, kegiatan ini juga meninggalkan limbah pastiya. Limbah yang ditimbulkan berupa ampas dari dedaunan dan rempah yang sudah ditumbuk. Meskipun produksi ini dilakukan di rumah dengan peralatan yang seadanya tetapi, untuk masalah limbah hal ini juga diperhatikan tidak dibuang begitu saja. Karena limbah ini berasal dari bahan alami maka limbah ini dapat digunakan kembali. Menurut penjelasan ibu Kasiyah ampas yang ada itu biasanya dibuang ke sawah digunakan sebagai pupuk. Biasanya yang ada seseorang yang bersedia mengambilnya yaitu bapak polidi.
Dalam pembuatan jamu yang ada di Desa Ngadirgo, untuk sanitasi memang belum begitu diperhatikan hanya beberapa komponen yang diperhatikan seperti limbah, dan bahan produksi. Untuk komponen personalia, bangunanan dan peralatan masih menggunakan higiene menurut sudut pandang mereka. Meskipun ada usaha, tetapi karena ketidakbiasaan maka hal itu justru diangga mengganggu jalannya proses produksi.
- PEMBAGIAN KERJA
Seperti yang telah diketahui bahwa yang menjual jamu rata-rata adalah perempuan, sementara dalam proses pembuatan jamu sendiri dilakukan oleh dua orang atau dibantu dengan suami, dengan alasan tenaga laki-laki dalam menumbuk lebih kuat dan proses pembuatan jamu akan lebih cepat selesai. Untuk hal belanja atau pengambilan bahan-bahan di kebun. Pembuatan jamu juga dapat dikatakan fleksibel, tidak melulu perempuan yang pergi ke pasar untuk membeli, namun juga bisa di lakukan suami, karena mereka juga sudah mengetahui bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan jamu, hal ini juga berlaku dalam penanaman bahan-bahan pembuatan jamu, bukan hanya sang suami saja yang andil di tegal (bahasa lokal) untuk memetik dan menanam tapi sang istri juga ikut serta dalam hal tersebut. Diketahui mereka memiliki kebun/tegal untuk ditanami bahan-bahan pembuatan jamu, selain karena adanya SDA atau adanya tanah juga hal tersebut dapat mengurangi modal dalam hal pembelian bahan serta bisa me-monitoring kualitas tanaman mereka, jadi tidak ada proses pembagian kerja yang khusus antara suami dan istri dalam pembuatan jamu, hanya saja pada proses penjualan, di mana sang istri yang menjual karena memang di dusun Ngadirgo penjual jamu didominasi oleh perempuan. Walaupun terkenal dengan sebutan Kampung Jamu, namun di sana tidak ada proses penjualan jamu dengan tradisi turun-temurun, mereka para penjual jamu tidak mewarisi dari nenek moyang mereka ataupun turut mewariskan kepada anak cucu mereka, namun lebih kepada passion. Karena mereka sadar di zaman yang sudah modern dan berkembang seperti ini semua tidak perlu dipaksakan, atau dengan kata lain memaksa anak cucu mereka untuk meneruskan usaha jamu tersebut. Jadi dalam proses pembuatan jamu sendiri tidak ada campur tangan dari anak-anak mereka mengingat hal tersebut tidak diwariskan, juga karena proses pembuatan jamu yang di lakukan rata-rata pada dini hari sehingga juga jarang campur tangan oleh anak-anak mereka.
- JAMU KHUSUS PESANAN
Untuk jamu pesanan, biasanya Karsiyah ibu sudah membuat jamu dari rumah berdasarkan pesanan pelanggan. Ibu Karsiyah berjualan keliling menuju rumah para pelanggan seperti pesanan jamu wejahan untuk menyusui agar asinya lancar. Yang dibuat dari campuran syirih, daun tupuk, daun lontar, dan wedosari (semua dideplok/ditumbuk menjadi jamu cair). Ibu Karsiyah berjualan langsung menuju ke tempat pelanggan, dan yang stor di pasar juga sudah menjadi langganan ibu Karsiyah, karena di pasar semua penjual jamu sudah memiliki langganan masing-masing.
Pelangganan yang membeli jamu diantaranya semua umur dan semua kalangan seperti bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak. Untuk anak-anak sendiri biasanya memesan jamu seperti beras kencur, kunir asem, buyung upik (atau jamu yang rasanya tidak pahit). Jika bapak-bapak biasanya memesan jamu yang khasiatnya untuk menambah stamina atau pegal-pegal, seperti cabe lempuyang, paitan seperti brotowali, temu item, dan pegel linu produk sidomuncul. Dan untuk ibu-ibu sering memesan jamu sepet wangi, sehat wanita, galian singset, dll.
Daftar Pustaka :
tsffaunsoed.2012.Pentingnya Sanitasi dan Hygiene dalam Pembuatan Obat.Artikel.(Online), (https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com diakses pada 01 Desember 2017.