Archive for the Category ◊ Uncategorized ◊

Author:
• Rabu, November 25th, 2015

KONDISI HANKAM MASA ORDE BARU

Misi Penerbangan Spritual Orde Baru – Bagian 1

Seperti diketahui kurun waktu 1960-1970 merupakan kurun waktu yang paling krusial dalam sejarah RI.  Suatu kurun waktu yang penuh konflik,  akibat adanya pergeseran kekuasaan dari Orde Lama kepada Orde Baru.  Walaupun proses pemindahan kekuasaan dari Bung Karno kepada Pak Harto telah diselesaikan secara konstitusional oleh MPR (S),  namun demikian konflik tidak dengan sendirinya mereda, karena di lapangan resistensi para pendukung Bung Karno terhadap keputusan tersebut sangat kuat, dan tidak  menyerah begitu saja.  Hal tersebut sangat menghawatirkan pemerintah Orde Baru,  sehingga pemerintah (baca Pak Harto) merasa perlu untuk meniadakan ancaman tersebut dengan segala cara, baik secara fisik maupun psikis, bahkan cara-cara spiritual atau supra natural-pun digunakannya.   Penggunaan cara –cara yang mengedepankan pendekatan spiritual oleh pemerintah Orde Baru telah  menarik banyak perhatian dari berbagai kalangan masyarakat dalam dan luar negeri, terutama pers.  Memang pendapat umum menganggap upaya melalui pendekatan spiritual tersebut identik dengan upaya mistik atau perdukunan,  yang dinilai irrasional bila dikaitkan dengan penyelenggaraan kenegaraan.   Dari kalangan sendiri, dari tokoh tokoh Orde Baru yang berfikir rasional,  tidak sedikit yang ikut mengkritisi cara-cara tersebut sebagai melawan arus kemajuan dan teknologi, dan serta merta menyatakan ke-tidak setujuannya.  Sedangkan bagi pak Harto dan para penasihatnya,  pendekatan spiritual ini adalah demi melengkapi syarat-syarat kepemimpinan seperti yang dipercayai oleh masyarakat dan budaya  Jawa.  Pemimpin harus kuat secara lahiriah dan kuat kejiwaannya.   Untuk itu pendekatan spiritual menjadi sangat penting untuk memperkuat moral para pemimpin demi kokohnya pemerintahan, dalam hal ini Orde Baru.
Upaya spiritual ini tidak hanya dilakukan disekitar diri Pak Harto saja, tetapi meluas ke berbagai kota di Jawa dan di luar Jawa.  Bahkan dari Mayor Supar pembantu utama Pak Sudjono Humardani saya memperoleh informasi,  operasi spiritual juga mencapai Jepang dengan tujuan mengamankan dukungan Jepang kepada pemerintahan baru di Indonesia.   Untuk keperlun operasi di berbagai wilayah di Indonesia,  tentu saja memerlukan sarana transportasi udara.    Dalam situasi yang diliputi saling curiga,  AD yang baru saja kehilangan 7 jenderalnya oleh penghianatan PKI, jelas-jelas memilih pesawat-pesawat miliknya yang ada di Satuan Penerbangan AD (Penerbad) untuk mendukung misi-misi dimaksud.  Memilih Penerbad selain alasan kepercayaan,  juga karena alasan faktual di lapangan seperti lumpuhnya penerbangan sipil dan AU yang terkena imbas politik dampak G 30 S PKI.
Operasi spiritual atau kebatinan pada awalnya sangat dirahasiakan, mengingat fihak lawan politikpun menggunakan cara yang sama.  Lama-kelamaan kerahasiaan tidak lagi bisa dipertahankan, karena pada prakteknya operasi ini  sering ter-“imposed” kepada khalayak ramai, sehingga tidak bisa ditutupi lebih lama lagi.  Justru predikat kerahasiaan yang nempel pada operasi kebatinan telah membuat berbagai fihak menjadi sangat penasaran, dan mereka selalu berupaya untuk mengejar sumber berita yang mereka anggap paling kompeten.   Dan kamilah para crew yang menjadi sasaran utama,    karena “mereka” tidak pernah bisa mengakses pak Sudjono atau Romo (?) Diyat, yang memimpin kegiatan ini.   Karena kamipun selalu berusaha mengelak,  boleh dikatakan informasi mengenai isyu perdukunan ini menjadi mampat,   Maka gossiplah yang merebak di masyarakat yang  kemudian berkembang menjadi berbagai isyu:  seperti isyu perang dukun, perang kebatinan dan sebagainya.
Pengejaran berita oleh pers dalam dan luar negeri terhadap isyu perdukunan tidak pernah berhenti.  Bahkan sejak lengsernya Pak Harto dari tahta kepresidenan,  pengejaran oleh pers semakin gencar. Saya didatangi wartawan-wartawan asing dari Hongkong , Singapura, Australia  dan Inggris untuk mengorek keterangan dan/atau mengkonformasi kebenaran berita yang sudah dimilikinya, seperti kasus “pencurian” topeng Gajah Mada dari Pura Besakih,  Kembang Wijayakusuma dan lain-lain.  Permintaan mereka adalah  agar saya menuliskan pengalaman saya tentang misi-misi terbang di zaman sekitar peristiwa G 30 S, khususnya misi-misi yang berkaitan dengan mistik-isme.   Saya tidak keberatan untuk membukukan pengalaman terbang saya, tetapi keberatan bila saya harus menceritakan secara khusus misi-misi spiritual atau misi-misi  terbang yang berbau mistik.   Saya sudah mencium maksud mereka, yaitu selain untuk tujuan-tujuan komersiil juga untuk tujuan politik.  Dan saya  tidak ingin cerita saya dipolitisasi dan tidak ingin menambah beban fikiran Pak Harto yang waktu itu sedang “sakit permanen”.Disamping itu ,saya ingin tetap “honest” kepada orang atau fihak yang member kepercayaan.
Baru setelah Pak Harto “tiada”, saya berfikir apa salahnya bila saya menulis, sehingga ada sesuatu yang bisa saya wariskan kepada anak-cucu saya dan khalayak ramai yaitu pengalaman terbang saya dalam situasi konflik dan pergolakan politik, yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 60-70-an.  Dalam buku yang rencananya berjudul “Flight Mission”  atau  “Misi Terbang di Era G-30 S”,  saya akan bercerita tentang misi-misi yang dibebankan kepada saya, yang layak diceritakan kepada pembaca. Dalam buku ini dapat
ditemukan cerita-cerita tentang misi terbang  yang menarik, seperti 11 hari “ferry flight” pesawat Grand Commander Baltimore-Jakarta, atau “combat mission” malam hari bersama Pak Harto dan lain-lain  yang tidak kalah menariknya dari cerita tentang misi spiritual.   Semua kisah yang ditampilkan adalah cerita-cerita pilihan yang layak untuk diketahui umum. Saya bilang layak karena banyak sekali kejadian-kejadian aneh, lucu, seram, tidak masuk akal, kadang-kadang  irrasional dan  sering tidak sesuai dengan peraturan.   Saya menjamin akan kebenaran kejadian, namun waktu kejadian dan nama-nama perorangan yang tertera dalam tulisan saya ini, tidak terlalu akurat.   Kejadiannya sudah lebih dari 40 tahun yang lalu, tidak mudah untuk mengingat kembali segala kejadian yang dialami waktu itu.   Untuk keperluan penulisan sejarah, diperlukan penelitian yang seksama

 

Author:
• Rabu, November 25th, 2015

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASA ORDE BARU

 

Sosial dan Budaya
1. Jalan menuju monarki absolut atau demokrasi yang sesungguhnya?:
Dalam upaya menanam rasa nasionalisme yang kuat di dalam hati setiap rakyat Indonesia, dan agar terdapat pehaman tunggal Pancasila, maka pemerintah membuat beberapa program, salah satunya adalah P-4. P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila) bertujuan untuk menjadi manusia Pancasila, atau Ekaprasetia Pancakarsa, yang berarti dalam keadaan apapun secara konsisten dan konsekuen mengamalkan Pancasila. Penataran ini ditujukan kepada setiap kalangan, dari pegawai negeri sipil sampai pelajar. Tetapi, apakah Pancasila harus dipahami secara tunggal? Apakah pendapat kita harus sama dengan pemerintah? Hal ini menjadi indikasi bahwa yang ingin dicapai oleh Soeharto bukanlah suatu kesatuan, namun suatu kontrol yang absolut terhadap rakyatnya. Bukti yang lain seperti pembreidelan beberapa media cetak, yang seharusnya dapat mencari dan mencetak berita apapun, bahkan yang dapat membahayakan posisi seorang presiden. Bahkan dalam orde baru ini kritik diharamkan, apalagi menjadi oposisi. Rangkaian hal ini membuat pandangan bahwa Soeharto tidak memiliki rencana sedikitpun untuk turun jabatan. Hal ini diperkuat dengan anggota DPR dan MPR yang sebagian besar dari pihak ABRI atau TNI, di mana menjadi bawahan yang wajib patuh terhadap pemegang komando, yaitu sang presiden. Sebagai hukuman bagi para oposisi, ada beberapa contoh, yaitu pengasingan, penangkapan, dan juga termasuk petrus (penembakan misterius). Walaupun memang tercipta keamanan, namun jika hal itu dicapai dengan kekerasan, maka lambat laun pasti akan terjadi pemberontakan yang besar, dan memang sudah terbukti sekarang.
2. Usirlah kaum tionghoa sampai ke negeri Cina:
Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan Tionghoa dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi. Hal ini berarti hak-hak asasi manusia mereka telah ditiadakan. Kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional, karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada resep obat yang kita perlukan, yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.
Pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah ini karena khawatir, dari jumlah mereka yang banyak, akan menyebarkan pengaruh Komunisme, yang telah menjadi program Soeharto agar dapat dihapus dari tanah Indonesia sejak awal. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan.
3. Kulit yang matang, buah yang busuk.:
Sesuai dengan yang saya utarakan di atas, bahwa ketidakrataan pembangunan yang difokuskan di pulau jawa, akan menimbulkan masalah baru, yaitu kesenjangan dan kecemburuan sosial. Pembangunan antara pusat dan daerah, menimbulkan hubungan yang buruk antara sang pemberi ke penerima. Karena hal ini menimbulkan asumsi bahwa hanya warga pusat sajalah yang berhak hidup dengan sejahtera. Selain itu, muncul rasa ketidakpuasan terhadap pemerintah di sejumlah daerah, terutama di Aceh dan Papua, yang lagi-lagi menyebabkan suatu konflik baru. Lalu terdapat lagi suatu program pemerintah, yaitu program transmigran, yaitu pemindahan penduduk dari pulau Jawa ke pulau lain yang masih belum padat dengan penduduk. Jika diperhatikan, ternyata sebagian besar yang tetap tinggal di pulau Jawa hanya orang Jawa. Masyarakat kemudian berasumsi bahwa Soeharto hanya mementingkan keturunan Jawa, yang akan mendapatkan pendapatan yang tinggi, dan tempat tinggal yang nyaman. Sekali lagi, dengan ini kesenjangan sosial hanya akan bertambah lagi, yang juga disebabkan tidak meratanya pendapatan di seluruh Indonesia.

Author:
• Selasa, November 24th, 2015

Pemilu, pemerintahah, dan masalah ekonomi serta sosial-budaya
Pemerintah Orde Baru berkehendak menyusun sistem ketatanegaraan berdasarkan asas demokrasi Pancasila. Salah satu wujud demokrasi Pancasila adalah penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu). Melalui pemilu, rakyat diharapkan dapat merasakan hak demokrasinya, yaitu memilih atau dipilih sebagai wakil-wakil yang dipercaya untuk duduk dalam lembaga permusyawaratan/perwakilan. Wakil-wakil rakyat yang terpilih nantinya harus membawa suara hati nurani rakyat pada lembaga itu.

Penyelenggaraan pemilu di Indonesia didasarkan kepada asas luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia.
a. Langsung maksudnya rakyat mempunyai hak secara langsung memberikan suaranyatanpa perantaraan orang lain.
b. Umum mempunyai arti semua warganegara yang memenuhi persyaratan berhak ikutserta memilih dalam pemilihan umum.
c. Bebas berarti setiap pemilih dijamin keamanannya untuk melakukan pemilihanterhadap salah satu peserta pemilu tanpa adanya pengaruh, tekanan, dan paksaan dari siapa pun atau dengan cara apa pun.
d. Rahasia bermakna para pemilih dijamin kerahasiaannya dalam menyalurkan pilihannya pada salah satu peserta pemilu.

Pada awal Orde Baru, pemilihan umum direncanakan akan diselenggarakan selambat-lambatnya pada 5 Juli 1968. Hal ini berdasarkan pada Ketetapan MPRS No.XI/MPRS/ 1966 tentang Pemilihan Umum yang dihasilkan Sidang Umum IV MPRS tahun 1966. Namun, pemilu kemudian tidak dapat dilaksanakan tepat waktu karena sulitnya menyelesaikan pembahasan mengenai undang-undang pemilu.

Pada tanggal 10 November 1969 DPR-GR menyetujui dua RUU Pemilu dan disahkan Presiden RI tanggal 17 Desember 1969, yaitu
a. Undang-undang No. 15Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Daerah, dan
b. Undang-undang No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.

Dengan berlandaskan kepada kedua undang-undang tersebut, pemerintah Orde Baru mgnyelenggarakan pemilihan umum yang pertama kali pada 3 Juli 1971. Pemilu tahun 1971 diikuti 10 kontestan, yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Persatuan Tarbiyah Indonesia (Perti), Partai Murba, dan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). Pemilu pertama pada masa Orde Baru ini menghasilkan perolehan kursi DPR, yakni Golkar 236, NU 58, Parmusi 24, PNI 20, PSII 10, Partai Kristen Indonesia 7, Partai Katolik 3, Perti 2, Partai Murba dan IPKI tidak memperoleh kursi.Pemilu kedua diselenggarakan pada 2 Mei 1977. Pada pemilu tahun 1977 terjadi penyederhanaan kontestan, yaitu diikuti tiga peserta saja.
a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan fusi dari NU, PSII, Parmusi,dan Perti.
b. Golongan Karya (Golkar).
c. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang mempakan fusi dari PNI, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Murba, dan IPKI.

Pemilihan umum di masa pemerintahan Orde Baru dari waktu ke waktu, pada satu sisi memang membawa negara kepada suatu kehidupan yang lebih baik dari pada kondisi sebelumnya. Adapun kemajuan yang telah dicapai pemerintahan Orde Baru sebagai hasil pelaksanaan pembangunan sejak tahun 1969 – 1997 antara lain adalah
a. naiknya produksi dan jasa di segala bidang,
b. naiknya pendapatan dan kemakmuran sebagian rakyat Indonesia,
c. meningkatnya kemampuan negara dalam menghimpun dana, baik dari dalam maupun dari luar negeri, seperti pajak, cukai, ekspor migas dan non-migas, serta

  1. semakin bertambahnya sarana-sarana pendidikan, kesehatan, olahraga, ibadah, ekonomi, perumahan, dan Iain-lain.

Bahkan atas beberapa keberhasilan menjalankan pembangunan di Indonesia, MPR kemudian memberikan predikat kepada Presiden Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Nasional. Namun, menjelang pertengahan tahun 1997 kemajuan di berbagai bidang itu seperti tidak bermakna apa-apa. Bangsa Indonesia dilanda krisis teramat berat yang bermula dari krisis moneter, berupa turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar. Krisis moneter ini kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi sehingga mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, seperti politik, ekonomi, dan sosial. Tatanan ekonomi, rusak berat, pengangguran meluas, dan kemiskinan merajalela. Dampak krisis ini berbuntut pada timbulnya krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah Orde Baru.Dalam kondisi seperti itu, muncullah gerakan reformasi yang berawal dari rasa keprihatinan moral yang sangat mendalam atas berbagai krisis yang terjadi di Indonesia. Gerakan reformasi ini dipelopori oleh kalangan mahasiswa dan kaum cendekiawan. Mereka mendapat dukungan dari berbagai lapisan masyarakat yang bersimpati terhadap reformasi. Figur yang dianggap banyak mempengaruhi bergulirnya roda reformasi ialah Prof. Dr. Amien Rais M.A. la dengan berani memaparkan berbagai kelemahan dan penyelewengan elit birokrasi Orde Baru dan segelintir manusia yang memonopoli sumber daya alam dan sektor ekonomi Indonesia. la juga berhasil menyadarkan masyarakat akan pentingnya suksesi (pergantian kekuasaan) terhadap pemerintahan Soeharto yang telah bercokol selama 32 tahun.Pada awal tahun 1998 keadaan negara semakin tidak menentu dan krisis ekonomi tak ditemukan titik terang penyelesaiannya. Akibatnya, aksi mahasiswa pun menjadi semakin marak yang menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto. Bentrokan dengan aparat tidak terhindarkan lagi sehingga muncul Tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12Mei 1998. Tragedi Trisakti menimbulkan luapan kemarahan masyarakat. tidak terbendung lagi. Puncaknya, terjadilah kerusuhan di beberapa tempat di Jakarta. Aksi penjarahan, pembakaran, dan perusakan oleh massa terjadi secara tidak terkendali. Di lain pihak, ribuan mahasiswa segera berduyun-duyun mendatangi gedung DPR/MPR dan sekaligus mendudukinya. Menyikapi hal itu, para pimpinan MPR meminta agar presiden secara arif dan bijaksana mengundurkan diridari jabatannya.Pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB di Gedung Istana Merdeka Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri dari jabatan presiden. Dengan demikian,berakhirlah masa kekuasaan Pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun.

Author:
• Selasa, November 24th, 2015

KEHIDUPAN EKONOMI MASA ORDE BARU
Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut.

1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
2. Kerja Sama Luar Negeri
3. Pembangunan Nasional

Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu,
1) Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun
2) Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan.
Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu :
1. Pelita I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru.
Tujuan Pelita I : Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.
Sasaran Pelita I : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Titik Berat Pelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1947 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.
2. Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.
3. Pelita III
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:

\Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan.
\Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
\Pemerataan pembagian pendapatan
\Pemerataan kesempatan kerja
\Pemerataan kesempatan berusaha
\Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan
\Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air
\Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
4. Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.
5. Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.
6. Pelita VI
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.

Author:
• Senin, November 23rd, 2015
Pengertian, Makna & Ciri-Ciri Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka| Pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Ideologi yang dapat menyesuaikan diri dari perkembangan zaman tanpa mengubah nilai dasar pancasila. Makna pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Pancasila dapat menyesuaikan dan diterapkan dari dinamika di Indonesia dan didunia. Tetapi tidak merubah nilai-nilai dasar Pancasila itu sendiri. Sehinga pancasila dapat digunakan dan diterapkan dalam berbagai zaman.
A. Syarat- Syarat Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka – Pancasila dikatakan sebagai ideologi terbuka, karena telah memenuhi syarat-syarat sebagai Ideologi terbuka antara lain sebagai berikut…
  • Nilai Dasar, adalah nilai dasar yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yang tidak berubah
  • Nilai Instrumen, ialah nila-nilai dari nilai dasar yang dijabarkan lebih kreatif dan dinamis ke bentuk UUD 1945, ketetapan MPR, dan peraturan perundang-undangan lainnya
  • Nilai Praktis, adalah nilai-nilai yang dilaksanakan di kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praktif bersifat abstrak, seperti mengormati, kerja sama, dan kerukunan. Hal ini dapat dioperasionalkan ke bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari.
B. Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka – Ideologi Pancasila memiliki 3 dimensi penting yaitu sebagai berikut…
1. Dimensi Realitas adalah mencerminkan kemampuan ideologi untuk mengadaptasika nilai-nilai hidup dan berkembang dalam masyarakat
2. Dimensi Idealisme adalah idealisme yang ada dalam ideologi mampu menggugah harapan para pendukugnya
3. Dimensi Pendukung adalah mencerminkan atau menggambarkan kemampuan suatu ideologi untuk memengaruhi dan menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat.
C. Ciri-Ciri Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka – Dalam fungsinya sebagai Ideologi, pancasila menjadi dasar seluruh aktivitas bangsa Indonesia. Sehingga pancasila tercermin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ciri-ciri pancasila sebagai Ideologi terbuka adalah sebagai berikut…
  • Pancasila mempunyai pandangan hidup, tujuan dan cita-cita masyarakat Indonesia yang berasal dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.
  • Pancasila memiliki tekat dalam mengembangkan kreatifitas dan dinamis untuk mencapai tujuan nasional
  • Pengalaman sejarah bangsa Indonesia
  • Terjadi atas dasar keinginan bangsa (masyarakat) Indonesia sendiri tanpa dengan campur tangan atau paksaan dari sekelompok orang.
  • Isinya tidak operasional
  • Dapat menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab sesuai nilai-nilai Pancasila
  • Menghargai pluralitas, sehingga diterima oleh semua masyarakat yang berlatakng belakang dan budaya yang berbeda.
D. Faktor Pendorong Pemikiran Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka – Menurut Moerdiono bahwa terdapat faktor-faktor atau bukti yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka antara lain sebagai berikut…
  • Proses pembagunan nasional berencana, dinamika mayarakat indonesia yang berkembang sangat cepat. Sehingga tidak semua permasalahan kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara ideologis.
  • Runtuhnya Ideologi tertutup, seperti marxisme-leninisme/komunisme.
  • Pengalaman sejarah politik terhadap pengaruh komunisme sangat penting, karena dari pengaruh ideologi komunisme yang bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot dan kaku. Pancasila tidak tampil sebagai pedoman, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah disaat itu menjadi absolute. Akibatnya, perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti Pancasila.
  • Tekad untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Author:
• Sabtu, November 21st, 2015

SKEMA PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Aturan tentang pemerintahan daerah dimuat pada pasal 18 UUD 1945.Dari bagan diatas dapat disarikan sebagai berikut:

  1. Adanya pembagian daerah otonom yang bersifat berjenjang (Provinsi dan Kabupaten/kota).
  2. Daerah otonom mengatur dan mengurusi urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
  3. Secara eksplisit tidak disinggung mengenai asa dekonsentrasi.
  4. Pemerintah daerah otonom memiliki DPRD yang anggota-anggotanya dipilih secara demokratis.
  5. Kepala daerah dipilih secara demokratis.
  6. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang ole UU ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI.

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.sedangkan Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai batas” wilayah yang berwenang mengatur dan mengurusi urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam system NKRI.

Pasal 18 (2) UUD 1945: Pemerintah daerah provinsi,daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Terdapat 2 asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu : asas otonomi dan tugas pembantuan.

Asas otonomi(asas desentralisasi) :penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah (pusat) kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system NKRI (UU No.32 th 2004).

Tugas pembantuan : penugasan dari pemerintah (pusat) kepada daerah dan/desa,dan dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan /desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut:

  1. Digunakan asas desentralisasi,dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
  2. Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di daerah kabupaten dan daerah kota,dan
  3. Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di daeras provinsi, daerah kabupaten, daerah kota, dan desa.
  4. Syarat- syarat dibentuknya daerah otonom
  5. Kemampuan ekonomi
  6. Jumlah penduduk
  7. Lias daerah
  8. Pertahanan dan keamanan
Author:
• Jumat, November 20th, 2015

 

:iloveindonesia

JAKARTA – Pertukaran pelajar sudah menjadi hal yang biasa di dunia kampus. Saat ini, banyak mahasiswa Indonesia yang dikirim ke kampus-kampus di luar negeri untuk menimba ilmu selama periode tertentu.

Selain pelajar, kerjasama internasional suatu universitas juga dilakukan dengan mengirim dosen ke luar negeri atau mendatangkan dosen ke Indonesia. Vice Rector for Collaboration and Program Development Unika Atma Jaya, Lina Salim berpendapat, ada dua kendala yang dialami universitas saat melakukan pertukaran.

“Kalau melakukan kunjungan ke luar negeri, masalahnya dana. Tapi kalau mendatangkan dosen dari sana, kendalanya di birokrasi masuk Indonesia,” tuturnya.

Lina menjelaskan, kedutaan besar Indonesia di luar negeri kurang agresif mempromosikan pendidikan di Indonesia. Hal ini membuat Indonesia kurang dikenal sebagai destinasi mahasiswa asing yang ingin melakukan pertukaran pelajar atau melanjutkan studi.

Saat ini, ujar Lina, perguruan tinggi di Asia, seperti Korea dan China sedang gencar melakukan pendekatan dengan universitas di Indonesia. Dia juga tak menampik pemerintah Indonesia sekarang sudah mulai memperhatikan kerjasama luar negeri, terutama bagi perguruan tinggi swasta (PTS).

“Ya pemerintah sudah mulai adil, seperti memberi dana dan mengajak PTS ikut pameran pendidikan di luar negeri,” imbuhnya.

Dia berharap, kampus-kampus di Indonesia lebih dipromosikan secara aktif oleh kedutaan besar Indonesia di luar negeri. Misalnya dengan memberi informasi tentang jurusan-jurusan atau kampus yang tersedia.

“Jadi orang tahu Indonesia enggak cuma Bali, tapi tahu kalau kita juga punya perguruan tinggi yang bisa dijadikan tempat untuk belajar,” tandasnya.

(rfa)

sumber : https://news.okezone.com/read/2015/11/06/65/1245027/pendidikan-indonesia-kurang-promosi

Author:
• Kamis, November 19th, 2015

Cara Mengurangi Penggunaan Kertas #2

Saat ini penggunaan kertas di Indonesia tidak terkendali. Hampir dalam semua bidang menggunakan kertas. Salah satunya adalah bidang pendidikan. Bidang ini tidak bisa terlepas dari peran kertas. Mulai dari bangku PAUD hingga perkuliah. Penggunaannya sangat tinggi saat menjadi mahasiswa. Kegiatan yang membutuhkan banyak kertas diantaranya seperti fotocopy dan print buku. Tanpa kertas mahasiswa sulit dalam menambah ilmu.

Kertas itu berasal dari pohon, tanpa sadar perilaku boros kertas itu ternyata turut membantu laju pengurangan hutan. Setiap 15 rim kertas ukuran A4 itu akan menebang 1 pohon. Setiap 7000 eks lempar koran yang kita baca setiap hari itu akan menghabiskan 10-17 pohon di hutan. Walaupun diiringi dengan upaya reboisasi tetapi untuk menjadikannya kertas memerlukan waktu yang lama. Dalam satu hari ada jutaan lembar kertas yang dipakai oleh orang Indonesia. Jadi banyak pohon yang habis dalam setiap harinya.

Bagaimana cara mengatasi masalah ini?

Sebenarnya, untuk mengurangi penggunaan kertas tidaklah susah. Berikut ini adalah cara-caranya :

  1. Sebelum mencetak, naskah telah disunting untuk meminimalisasi kesalahan.
  2. Mencetak naskah hanya bila benar-benar diperlukan.
  3. Gunakan ukuran huruf tidak lebih dari 12 pt, spasi tidak lebih dari 1,5, bila memungkinkan gunakan kertas secara bolak-balik.
  4. Gunakan margin pengetikan tidak lebih dari 3 cm.
  5. Gunakan kembali kertas bekas untuk keperluan lain.
  6. Gunakan sistem informasi untuk mengurangi penggunaan kertas tercetak.
  7. Apabila dimungkinkan, gunakan berkas digital (misal bentuk file) untuk menggantikan cetak kertas.
  8. Gunakan penyimpanan arsip secara digital.

Cara tersebut bertujuan untuk menerapkan administrasi dan ketatausahaan berwawasan konservasi secara efisien dan mewujudkan Universitas konservasi bereputasi.

Peran hutan sangat besar bagi kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Perannya antara lain sbb :

  1. Mencegah erosi dan tanah longsor.
  2. Menyipan, mengatur, dan menjaga persediaan dan keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau.
  3. Menyuburkan tanah, karena daun-daun yang gugur akan terurai menjadi tanah humus.
  4. Sebagai sumber ekonomi.
  5. Sebagai sumber plasma nutfah.
  6. Mengurangi polusi untuk pencemaran udara. Tumbuhan mampu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Intinya kita harus menggunakan kertas seefisien mungkin. Agar pohon-pohon di hutan tidak habis. Karena jika sampai habis maka akan membahayakan kehidupan makhluk hidup di bumi.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Author:
• Senin, November 16th, 2015

Kaya dengan Mendaur Ulang Sampah Plastik Sekitar Kampus#1

 

Bisakah kita menjadi kaya dengan daur ulang sampah? Jelas bisa!

Sampah menjadi salah satu masalah yang berkepanjangan dan erat sekali hubungannya dengan manusia. Plastik menjadi bahan pembungkus yang paling banyak digunakan masyarakat. Salah satunya mahasiswa. Meski semangat go green dan konservasi terus berkumandang dan banyak yang mencoba menghindarinya, penggunaan plastik hingga kini belum menurun. Padahal plastik merupakan sampah yang sulit atau lama terurai.

Salah satu hasil daur ulang sampah plastik yang berguna dalam bidang pendidikan adalah alat peraga. Berguna dalam ilmu seperti matematika, fisika dan biologi.

Berikut ini adalah tujuan dari daur ulang sampah plastik sekitar kampus :

  1. Untuk menjaga kebersihan lingkungan kampus
  2. Mewujudkan universitas konservasi bereputasi
  3. Menghemat ruang dari TPA
  4. Mencegah kematian binatang, termasuk makhluk air akibat menelan plastik

Bila anda terus-menerus mendaur ulang sampah, maka anda akan mendapatkan apa yang anda inginkan seperti :

  1. Banyak orang akan senang dengan anda karena telah berbagi manfaat.
  2. Banyak orang akan mencari tahu siapa anda.

Saya telah menemukan banyak orang yang sukses dengan cara ini. Indra Noviansyah adalah salah satu contohnya. Pria yang berusia 24 tahun dan lulusan dari Fakultas Ekonomi yang mampu mengekspor sampah ke beberapa Negara, salah satunya yaitu Cina. Indra Noviansyah telah berhasil mengubah pandangan buruk masyarakat tentang sampah menjadi sebuah peluang bisnis yang sangat menggiurkan dan bisa mendatangkan keuntungan besar. Ia telah lama menggeluti bisnis daur ulang  sampah. Sampah yang dikelolanya selama ini adalah jenis sampah plastik seperti gelas plastik, botol plastik, tutup plastik dan lain sebagainya.

Mendaur ulang sampah plastik itu enak.  Membuat anda dapat berbagi manfaat kepada sesama sambil mengisi waktu luang. Selain itu, anda juga dapat beruntung secara finansial.

Ayo segera mulai daur ulang sampah plastik. Daurlah sampah plastik untuk berbagi manfaat yang banyak untuk orang lain. Sambil berbagi manfaat, anda juga bisa kaya dengan mendaur ulang sampah plastik.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

 

Author:
• Rabu, November 11th, 2015

Mahasiswa Baru — Kamu baru masuk kuliah ditahun pertama ini?
Gimana ospeknya? Seru dan berkesan atau malah melelahkan sekaligus membosankan?

Untuk pertama kalinya mungkin akan terasa biasa saja, karena memang hanya peralihan saja dari yang tadinya SMA menjadi Mahasiswa.

Meskipun begitu, tentu beban dan tanggung jawab yang dipikulnya pun semakin bertambah yang nantinya akan kamu rasakan sendiri di beberapa semester atau tahun berikutnya setelah kamu menjadi Mahasiswa.

Nah buat kamu yang mau tahu tentang bagaimana rasanya menjadi seorang mahasiswa, mungkin pengalaman penulis ini bisa sedikit memberikan gambaran buat kamu tentang kehidupan mahasiswa baru sampai dengan mahasiswa semester akhir.

1. Tahun Pertama, Semester I-II

Umumnya, untuk tahun pertama di bangku kuliah, yaitu antara semester I sampai dengan semester II ini mungkin akan terasa biasa saja bagi sebagian mahasiswa. Karena memang untuk tahun pertama ini, mahasiswa baru masih merasakan layaknya seperti masa-masa sekolah sebelumnya.

Bisa juga dibilang kalau tahun pertama kuliah ini merupakan masa-masa perkenalan sekaligus penyesuaian diri terhadap lingkungan dan kegiatan yang terdapat didalam kampus. Entah itu mengenali dan menyesuaikan diri dengan hal-hal akademis seperti, dosen pengajar, mata kuliah, dsb. ataupun non-akademis, seperti mengenali teman-teman baru beserta perbedaanya.

Tak jarang pula jika ditahun pertama ini, seringkali mereka selalu hang out bersama-sama, liburan bersama-sama, dll. Ya! mahasiswa di tahun pertama ini masih tampak sekali kekompakanya. Di tahun pertama kuliah ini pula biasanya mulai bermunculan rasa saling suka antara teman satu angkatan.

2. Tahun Kedua, Semester III-IV

Ditahun kedua ini, umumnya para mahasiswa sudah mulai menikmati masa-masa kuliahnya. Mereka sudah terbiasa sekali dengan suasana dan kegiatan di yang ada di kampus, serta semakin mengenal dan familiar dengan sejumlah mahasiswa lainya meskipun berbeda bidang studinya.

Pada semester III-IV ini pun biasanya beberapa mahasiswa mulai memiliki kelompoknya masing-masing. Layaknya seperti masa-masa SMA, dimana dalam satu kelas terdapat kelompoknya masing-masing. Meskipun hal ini biasanya sudah tampak pada tahun pertama, namun pada tahun kedua ini akan tampak sekali perbedaanya.
Banyak faktor yang mempengaruhi adanya pengelompokan mahasiswa itu sendiri. Terkadang pada tahun kedua, dst. terdapat beberapa mahasiswa yang “ketinggalan” mata kuliah, sehingga jadwal kuliahnya pun akan berbeda atau bahkan akan jarang bertemu dalam satu kelas yang sama.

Jika pada semester I-II mata kuliahnya masih merupakan mata kuliah yang umum, dan mungkin dibeberapa bidang studi hanya mengulang kembali pelajaran semasa sekolah dulu. Namun, ditahun kedua ini, yaitu semester III-IV, mata kuliah yang diberikan mulai disesuaikan dengan bidang studinya masing-masing, tepatnya lebih terfokus pada bidang studinya.

Tahun ketiga, semester V-VI

Seiring berjalanya waktu, ditahun ketiga ini yaitu pada semester V sampai dengan semester VI ini, mahasiswa semakin sibuk dengan tugas-tugas kuliah yang diberikan. Mata kuliah yang diberikan pun semakin “dalam” lagi. Makanya, saking semakin “dalam” nya mata kuliah yang diberikan, beberapa mahasiswa mulai memperdalam lagi mata kuliah yang terdapat pada semester sebelumnya.

Ditahun ketiga ini pula, hal-hal yang biasa dilakukan pada saat semester I-IV semakin berkurang intensitasnya. Sebagian mahasiswa lebih memilih fokus ditahun ini, dan sebagian mahasiswa lainya malah mulai bermalas-malasan karena sudah merasa bosan dan jenuh.

Tahun keempat, semester VII-VIII

Tahun keempat yang juga (seharusnya) merupakan tahun terakhir mahasiswa kuliah. Mereka dihadapkan dengan tugas akhirnya sebagai salah satu syarat dari kelulusanya yaitu skripsi. Sebuah studi mahasiswa yang terkadang gampang banget bikin galau, resah, gelisah, dan gundah gulana.

source : https://betegaksih.blogspot.co.id/2015/02/realita-mahasiswa-baru-sampe-expired.html