Gaya Busana di Kalangan Mahasiswa UNNES

Gaya Busana di Kalangan Mahasiswa UNNES

 

Dewasa ini, gaya berbusana atau fashion merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada zaman dahulu fashion hanya difungsikan sebagai kebutuhan primer, namun seiring berkembangnya zaman, fashion tak lagi sekedar pemenuhan kebutuhan, akan tetapi fashion menjadi alat yang digunakan untuk pencitraan diri seseorang. Busana merupakan pencitraan dan penyampaian pesan-pesan yang digunakan untuk menegaskan berbagai status sosial. Lestari (2014: 226) menyatakan bahwa melalui busana seseorang mampu mengomunikasikan sesuatu pada orang lain tanpa menggunakan kata-kata lisan. Di sini dapat dikatakan juga, bahwa seseorang mengirim pesan tentang dirinya melalui fashion atau busana yang dipakainya. Fashion membuat setiap individu dapat mengekspresikan apa yang sedang dirasakannya melalui corak warna ataupun model fashion yang dikenakannya.

Busana menjadi hal yang tak akan pernah lepas dari perhatian individu karena busana dapat menjelaskan berbagai macam karakter individu. Kita biasanya menilai karakter individu melalui apa yang dikenakan. Selain itu, penggunaan fashion juga menjadi alat bantu untuk mengindentifikasi pekerjaan, selera, hingga asal-usul seseorang.

Modernitas menganggap fashion sebagai ciri penting yang terus mengalami inovasi dengan penghancuran yang lama dan mengganti dengan yang baru. Fashion dan modernitas jalan beriringan untuk menghasilkan pribadi-pribadi modern yang secara konstan terus mencari identitas diri mereka melalui gaya, busana, sikap, dan gaya trendy sebagai wujud kemajuan serta menjadikan individu senantiasa merasa cemas jika tak sanggup mengikuti mobilitas zaman (Lestari 2014: 227).

Kampus merupakan ruang sosial yang mempunyai banyak identitas sosial dari masing-masing individu, dimana banyak terjadi persaingan untuk mendominasi busana. Busana menjadi sebuah identitas untuk setiap kelompok mahasiswa. Busana ini akan membentuk beberapa tingkatan di kalangan mahasiswa, antara lain busana yang moderat, konservatif, liberal ataupun yang trendy. Kesemuanya, baik secara langsung maupun tidak langsung menegaskan identitas mahasiswa.

Kelompok yang berada di kalangan mahasiswa biasanya didasarkan atas fakultas masing-masing Universitas. Fakultas memuat jurusan yang saling berkaitan. Mahasiswa yang memilih sebuah jurusan, ketika berkumpul maka akan terjadi penyeragaman, baik itu seragam dalam hal pemikiran, karakter, hobi, ataupun fashion. Jadi, perbedaan fashion di kalangan mahasiswa dapat dilihat dari fakultas masing-masing.

Universitas Negeri Semarang memiliki delapan fakultas. Biasanya, pada tiap fakultas terjadi persaingan atau perebutan untuk memperoleh citra. Setiap mahasiswa cenderung berusaha untuk mengungguli mahasiswa dari fakultas yang berbeda dengannya. Dan juga, dari delapan fakultas tersebut dapat kita lihat perbedaan antar mahasiswanya, baik itu berbeda dalam hal kepribadian, karakter, fashion, dan lain-lain. Perbedaan fashion juga mewarnai dunia kampus yang multi-identitas ini. Perbedaan ini dapat dilihat dari gaya masing-masing mahasiswa.

Gaya busana mahasiswa di tiap fakultas, biasanya dipengaruhi oleh perspektif dan aktivitas mahasiswa tersebut. Semisal, mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Kebanyakan mahasiswa maupun mahasiswi FIK mengenakan fashion yang sporty. Mereka biasanya dalam kesehariannya mereka mengenakan pakaian kaos yang berkerah dan sepatu olahraga. Pemakaian busana ini disebabkan aktivitas mereka yang menuntut untuk berpakaian yang nyaman saat digunakan untuk berolahraga. Seorang atlet, biasanya tidak terlalu memperhatikan gaya busana yang mereka kenakan. Dalam hal memilih pakaian, mereka biasanya tidak memperhatikan apa yang sedang trendy pada masa sekarang, melainkan mereka memilih busana yang mereka kenakan berdasarkan pertimbangan apakah pakaian itu nyaman digunakan dan mampu menyerap keringat dengan baik atau tidak.

Berbeda halnya dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) cenderung pilah-pilih dalam hal busana. Baik mahasiswa maupun mahasiswi Fakultas Hukum dinilai sangat fashionable. Dikatakan demikian, karena dalam kesehariannya mahasiswa dan mahasiswi FH selalu mengenakan pakaian yang sedang trend pada masa sekarang, baik untuk acara formal ataupun acara nonformal. Namun, gaya berbusana mahasiswa dan mahasisiwi FH cenderung pada gaya busana orang-orang borjuis ataupun artis dan aktor di Indonesia. Mahasiswi FH cenderung mengenakan sepatu high heels dan pakaian yang mewah. Sedangkan untuk mahasiswa FH, mereka berusaha tampil cool dengan mengenakan kaos berkerah, celana jeans, sepatu olahraga, dan jam tangan.

Melihat fenomena itu, salah seorang mahasiswa FH menyatakan bahwa sebagian dari mahasiswa FH berasal dari Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat terkenal akan fashion mereka yang mewah. Kemudian, mahasiswa Jawa Barat itulah yang kemudian memberikan dampak kecenderungan fashion terhadap mahasiswa lainnya.

Lain halnya dengan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Mahasiswa dan mahasiswi FBS mempunyai gaya berbusana yang beragam. Keberagaman ini disebabkan oleh kecenderungan mahasiswa dan mahasiswi FBS yang berusaha mengekspresikan apa yang mereka sukai. Semisal, mahasiswa Bahasa Jepang. Mahasiswa Bahasa Jepang cenderung berusaha menampilkan fashion dari Jepang. Begitu pula dengan mahasiswa Seni Tari yang cenderung menyukai fashion yang mudah untuk mereka bergerak dalam tarian mereka. Mahasiswa jurusan Bahasa Arab pun demikian. Mereka berusaha menampilkan fashion sesuai dengan bidang yang mereka tekuni. Namun, dari keseluruhan mahasiswa FBS dinilai fashionable. Dalam hal ini, fashion yang mereka kenakan berbeda dengan fashion yang dikenakan dengan anak FH. Fashion yang dikenakan oleh mahasiswa dan mahasiswi FBS adalah fashion yang saat ini sedang trendy dan khas anak muda pada umumnya, bukan fashion golongan borjuis. Mahasiswa FBS juga sangat memperhatikan penampilan mereka. Biasanya mereka akan berpenampilan serapi dan seanggun mungkin dalam berbagai forum, baik itu forum normal ataupun forum nonformal.

Meski demikian, ada sejumlah mahasiswa FBS yang berpenampilan lain dari mahasiswa FBS lainnya. Ada beberapa mahasiswa yang tidak terlalu memperhatikan fashion dan penampilan mereka. Fashion yang mereka kenakan biasanya seadanya dan cenderung tidak rapi. Beberapa mahasiswa fakultas tersebut mengungkapkan bahwa mahasiswa yang seperti itu biasanya berasal dari Jurusan Seni Rupa. Hal ini mungkin terjadi disebabkan mahasiswa seni rupa adalah mahasiswa yang suka berimajinasi yang kemudian menuangkan imajinasi mereka menjadi sebuah karya seni yang bernilai tinggi, sehingga mereka tidak mementingkan penampilan mereka. Dan bidang yang mereka tekuni tidak menuntut mereka untuk berpenampilan yang rapi, menarik dan trendy. Lain halnya dengan mahasiswa jurusan Seni Musik. Baik mahasiswa maupun mahasiswi Seni Musik selalu berusaha menampilkan penampilan mereka yang rapi, menarik dan trendy, terutama saat mereka sedang pentas.

Mahasiswa FBS sangat pintar dalam memilih fashion yang mereka gunakan dalam setiap acara. Fashion yang mereka kenakan selalu disesuaikan dengan acara atau forum yang mereka kunjungi. Misalnya saat mereka akan menghadiri acara seminar nasional, maka mahasiswa FBS akan mengenakan pakaian yang pantas untuk menghadiri seminar tersebut. Atau saat mereka menghadiri acara pertunjukan seni, maka mereka akan mengenakan fashion yang tepat.

Fakultas yang selanjutnya yaitu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Dalam kesehariannya, penampilan mahasiswa dan mahasiswi FMIPA cenderung monoton. Kebanyakan dari mereka lebih menyukai mengenakan batik dan kemeja. Untuk mahasiswi FMIPA, penampilan mereka dapat dikatakan sangat sederhana, yaitu kebanyakan keseharian mereka mengenakan kemeja batik, bawahan hitam dan tas punggung. Sedangkan untuk mahasiswa FMIPA, mereka cenderung mengenakan kemeja baik batik atau tidak, bawahan celana hitam kain, sepatu hitam kulit dan tas punggung. Jarang sekali ditemukan mahasiswa FMIPA yang mengenakan kaos berkerah untuk kegiatan kuliah mereka sehari-hari.

Dari fenomena tersebut, dapat dikatakan bahwa mahasiswa FMIPA tidak terlalu mengikuti fashion masa kini. Meski ada juga mahasiswa FMIPA yang fashionable namun jumlah mereka tergolong sedikit.

Hal tersebut disebabkan mahasiswa FMIPA mempunyai jiwa seni yang relatif kecil. Mereka tidak bisa mengekspresikan apa yang mereka rasakan melalui fashion. Bagi mereka, fashion bukanlah sesuatu yang penting. Fashion bagi mereka yaitu cukup berpenampilan formal dalam segala kondisi. Untuk itu, mereka lebih senang mengenakan batik ataupun kemeja.

Demikian pula dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Sebagian mahasiswa FIP juga lebih senang mengenakan pakaian yang formal seperti mahasiswa FMIPA. Hal ini disebabkan karena bidang mereka yang menuntut mereka untuk berpenampilan rapi. Seperti mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Paud (PG Paud). Mahasiswa PG Paud cenderung berpakaian formal disebabkan oleh tuntutan bidang yang mereka tekuni.

Sedangkan untuk ketiga fakultas yang tersisa yaitu Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Teknik (FT), dan Fakultas Ekonomi (FE), kebanyakan mahasiswa dari fakultas tersebut cenderung fashionable. Pakaian yang mereka kenakan, biasanya adalah pakaian yang sedang trendy pada masa sekarang. Pada Fakultas Teknik, terdapat mahasiswa yang dituntut untuk fashionable. Mahasiswa tersebut adalah mahasiswa Tata Busana. Mahasiswa Tata Busana sangat memperhatikan busana yang mereka kenakan. Sedangkan untuk mahasiswa FIS, karena mereka cenderung menyukai kegiatan-kegiatan sosial, mereka sangat mengikuti perkembangan fashion. Begitu pula dengan mahasiswa FE, meski dalam beberapa kesempatan, fashion yang mereka kenakan cenderung pada fashion dunia kerja perkantoran.

Keberagaman atau perbedaan fashion di kalangan mahasiswa Universitas Negeri Semarang merupakan fenomena yang wajar terjadi, disebabkan adanya perbedaan pola pikir, karakter, dan selera. Dari fenomena tersebut, fashion dapat dikatakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pribadi masing-masing mahasiswa dan juga sebagai sarana mengidentifikasi jurusan apa yang mereka tekuni. Keberagaman itu terjadi adanya perbedaan pola pikir mahasiswa dalam hal memfungsikan busana yang mereka kenakan.

 

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.

Published by

Ita Rahmawati

Nama : Ita Rahmawati Prodi : Fisika S1 Jurusan : Fisika Angkatan : 2014 Tempat/tanggal lahir : Pati, 25 Oktober 1995 Alamat : Ds. Panggung Royom Rt.07 Rw. II Kec. Wedarijaksa Kab. Pati E-mail : [email protected] Fb : Ita Rahmawati Twitter : @rahma2513

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: