5 Menitku Telah Hilang
Terik matahari bersinar dengan terang. Cahayanya menyinari seluruh negeri ini. Tanpa terkecuali di rumah Rani. Tiba-tiba terdengar suara jeritan yang sangat keras dari sebuah rumah. Jeritan bersalah, jeritan menyesal, jeritan lelah, jeritan marah, semua ber adu dalam jeritan itu. Terdengar suara ibu yang memncoba menghentikan suara itu.
“ Rani sabarlah, sabar ibu hanya sebentar “.
Apalah arti kata itu rani tak menghiraukannya. Rani hanya berusaha mengungkapkan apa yang ia rasakan saat itu. Dia hanya ingin seperti mereka layaknya seorang anak yang dapat hidup dalam rasa senang tanpa ada yang mengikatnya. Dapat melakukan hal ini itu yang dapat membuatnya bahagia.
Suara itu begitu keras dengan penuh nada protes. Ibu yang mendengar hal itu hanya bias diam dan menyabarkan dirinya. Meskipun ada sejuta kata ingin ibu katakan untuk rani. Tapi dengan sabar ibu memendamnya. Ibu pasti mengerti apa bila ia menasehati anak perempuannya saat itu. Ibu lebih memilih untuk diam. Ibu mengerti memang saat ini hidup rani sedikit lebih berat. Karena ia harus bisa membagi kegiatan sekolah dengan kegiatan rumah serat waktu untuk merawat ibunya.
Sudah satu tahun ini ibunya di nyatakn mengidap penyakit kanker darah atau lebih dikenal dengan sebutan leukemia. Banyak hal yang di lakukan keluarga rani untuk menyembuhkan ibunya. Seperti melakukan cuci darah, terapi dan pengobatan herbal. Semua telah dijalani ibu rani ,tapi apa boleh buat takdir berkata lain. Ibunya tak kunjung sembuh.
Setiap hari rani selalu memperhatikan ibunya, setiap kali ibunya meminta apapun rani selalu menurutinya.Dari yang hanya untuk membelikan obat ini itu rani selalu siap, hingga sampai ketika ibu meminta sebuah makanan yang ibu inginkan. Rani rela mencarikannya kesana kemari. Tanpa lelah dan tanpa protes sedikitpun.
Tapi tidak pada hari itu, ibu yang hanya ingin meminta keluar dari kamarnya. Ranipun tak mendengarkannya. Padahal ibunya hanya ingin melihat suasana yang berbeda dari biasanya. Ibu yang biasanya hanya dapat diam di kamar ingin keluar. Namun, saat itu rani tidak mempedulikannya. Malah memprotes ibunya saat itu. Ibunya hanya dapat pasrah dan berdo’a agar anaknya itu diberi kesabaran dan ketabahan. Mungkin saat itu suasana hati rani lagi tidak enak, atau mungkin rani lelah dengan kegiatannya disekolah.
Kemudian rani pun pergi kehalaman belakang untuk menenangkan dirinya dan berfikir mengenai apa yang ia telah lakukan pada ibunya. Rani menyesal akan perbuatannya saat itu. Tapi apa boleh buat semua tela terjadi. Rani hanya dapat berdo’a semoga ibunya mau memaafkannya.
Pagi harinya rani pun berusaha bersikap lebih baik dengan ibunya. Ibu yang melihatnya begitu bahagia dengan senyumannya.
Hari ini rani mendapat tugas untuk mempresentasikan hasil tugasnya bersama kelompoknya. Presentasi yang ia sampaikan saat itu cukup baik dan bisa dikatakan sukses. Jam dinding menunjukkan pukul 14.00 WIB . Bel tanda pulang berbunyi dengan serentak semua siswa mengakhiri pelajaran hari itu dengan do’a bersama.
“Assalamu’alaikummmm……”
Suara rani yang begitu bahagia mengucapkan salam dan langsung berjalanmenuju kamar ibunya. Hari ini hati rani begitu bahagia dengan kejadian-kejadian yang begitu menyenangkan pada hari itu. Tanpa lelah rani pun menceritakan semua hal itu kepada ibunya. Ibu yang mendengar hanya bisa tersenyum dan menyuruh rani untuk makan siang terlebih dulu. Dengan sigap rani langsung berlari ke kamarnya untuk berganti baju dan langsung makan.
Setelah makan rani langsung duduk disamping ibunya. Berusaha menghibur ibunya dengan nada-nada bercanda. Ibunya hanya tersenyum. Tanpa sedikitpun melihat rani. Pandangannya terasa hambar. Sedikit demi sedikit rani pun mencoba memperhatikannya. Tapi apa yang terjadi air matanya keluar. Rani yang melihatnya mencoba menghiraukannya. Rani yang merasa lelah saat itu pun tertidur disamping ibunya.
Tak selang beberapa menit adzan asar berkumandang. Rani yang tertidur saat itu hanya mendengar dengar dengan suara azan yang lirih. Di samping suara azan yang lirih rani juga mendengar suara ibunya yang membangunkannya. Namun, rani menghiraukan hal itu.
5 menit berselang rani terbangun dari tidurnya karena mendengar suara lirih menyebut nama Allah. Sontak rani sangat terkejut ibu yang barusan saja membangunkannya kini telah diam dan telah pergi untuk kembali kepada sang pencipta alam ini. Dengan pelan-pelan kemudian rani memejamkan mata ibunya dengan menyebut nama Allah dan mencoba mengikhlaskannya serta bedo’a dalam hatinya agar ibunya ditempatkan di surga-Nya. Tanpa rani sadari air matanya telah berlinangan mengingat apa yang telah terjadi. Ibu yang dulu selalu menemaninya kini telah pergi. Penyesalan akan 5 menit yang lalu. Pada saat ibu membangunkannya rani tidak menghiraukan. Jika saja 5 menit yang lalu mau terbangun pasti ia akan melihat ibunya untuk yang terakhir. Namun, apa daya semua telah terjadi. Sekarang hanya ada penyesalan akan hal itu. Tetapi rani pasti tahu ada hikmah dibalik kejadian hari itu. Rani selalu mencoba bersabar dan tabah dalam menjalani hidupnya dan lebih menghargai waktu. Agar tidak kehilangan kesempatan-kesempatan yang lain dalam hidupnya. Kini hanya do’a yang dapat rani berikan untuk ibunya. Hanya untaian do’a yang dapat rani berikan tidak ada hal lain yang dapat ia lakukan.
Jauharotul farida
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”