Aku percaya Tuhan pasti memberi pelangi di setiap kegelisahan memberikan kesejukan di tengah keringnya luka yang semakin mendalam. dan aku yakin Tuhan pasti tidak pernah luput untuk mendengar setiap doaku, doaku yg selalu kulantunkan dengan menyebut namamu .
Sudah berjalan beberapa bulan aku berada di kelas ini , disalah satu sma negeri di kota Semarang. tak banyak yang aku tahu tentang kepribadian temanku, dan aku berharap identitasku tak banyak yang tahu, karna aku memang orang yang pendiam. selama ini, aku tak pernah berpacaran, dekat dengan lelaki pun seakan langka untukku.
waktuku hanya untuk belajar, kalaupun bersenang-senang pasti itu bersama teman teman . mungkin kalau aku tidak rajin, tidak aktif saat dikelas, tidak sering namaku dihafal guru aku mungkin sudah tidak punya teman. dengan kemampuan yang aku miliki dan berbagai aktivitas keorganisasianku aku mulai masuk diri ke dalam lingkungan positif, aku mulai banyak bercerita kepada teman, bercerita banyak hal apapun itu.
tiba pada saat itu , saat pelajaran bahasa indonesia. seseorang yang duduk di belakang ku pun meminta nomor handphone ku, saat aku tanya untuk apa dia hanya memerintah untuk menuliskannya , aku pun menulis 12 digit nomor handphone ku, dengan senyuman kecil dia kembali ke tempat duduknya saat tugas akan dicocokkan.
aku memandang biasa semua teman lelaki di kelasku, pada suatu saat seseorang yang pernah duduk di bangku belakangku menyapaku di ujung telefon , dia menyapa begitu ramah seperti yang pernah ia lakukan sehari-hari. tapi aku tak mengerti mengapa ia begitu aneh, bukankah dulu ia orang yang tak pernah peduli denganku ? Ah sudahlah yang penting kini aku punya teman lelaki walaupun hanya dia saja.
waktu demi waktu kita semakin dekat, tetapi saat kutahu dia memboncengkan teman sekelasku , hatiku terasa sesak, ternyata bukan hanya aku yang ada untuknya, masih banyak yang lain selain aku . dia memang tampan dengan kulit yang putih bersih, mata yang sipit, senyum yang berseri tak heran jika ia jarang single. semua pacarnya aku tahu namanya. dia juga sering cerita banyak hal tentang gadisnya denganku, aku pun sering memberikan saran di setiap permasalahannya. tapi tidak tahukah dia bahwa akulah orang yang selama ini selalu berharap akulah gadisnya , gadis yang selalau akan ia banggakan , yang selalu ia ceritakan kepada teman temannya . tapi ternyata memang aku hanyalah sandaran bahunya, tampungan semua ceritanya.
semakin hari aku semakin dalam mencintainya, semakin berharap untuk disampingnya , walaupun aku tak bisa menuntutnya lebih. karna bagiku dekat dengannya saj aku sudah bersyukur apalagi memilikinya. saat dulu yang kutahu , ia adalah motivasi terbesar ku untuk datang ke sekolah, aku selalu berharap akulah orang yang senyum padanya pertama kali. kedekatan ini membuatku semakin tak ingin berpisah darinya, walaupun kutahu sebenarnya kiata akan berbeda jalan, karna aku memilih untuk meneruskan di dunia alam. dan dia lebih memilih dunia sosial. sungguh kedekatan ini semakin terasa saat suatu hari ia memberanikan diri memanggilku “sayang” dan mulai berkata janji janji manisnya untuk kita kedepan, saat ia juga sudah memulai memberanikan diri menjajikan suatu kepastian padaku, aku memang percaya padanya karna kupikir dialah orang yang selalu menyanjungku. tetapi seorang teman mengingatkanku agar kelak hatiku siap jika dia memang tak menepati janjinya. aku selalu berpikiran positif terhadapnya karna ia tetap motivasiku waktu itu, sampaipada suatu saat di akhir Ulangan Kenaikan Kelas kita masih sama-sama , masih menyimpulkan senyum di ujung ketidakpastian aku mulai tidak fokus dibuatnya karena pada saat itu perubahan padanya amat terasa kita tidak lebih dari sekedar teman saat itu, tak lagi dia meminta untuk ditemani saat ia sibuk mencari makan malam hari. aku terlalu sibuk memikirkannya hingga pada akhirnya aku harus merelakan peringkat paralel ku diambil alih oleh temanku yang lebih unggul. dari situlah aku menyadari kalau dia tak lagi sama, ketika pesan singkat yang dulu setiap hari hadir kini tak lagi mendering di handhphone ku , saat itulah aku menganggap benar perkataan temanku, dan mulai berpikiran negatif tentangnya. kita tak lagi sama, tapi setidaknya aku masih ingin berharap dia menepati janjinya sebelum habis masa berlakunya. aku mulai memberanikan diri untuk memulai percakapan di pesan singkat kita, tapi dia memang sudah tak bisa kuharapkan karena kutahu dia selalu membalas singkat semua sms ku , sekarang yang aku tau aku harus melanjutkan hidupku yang lebih baik dari angan tanpanya
.