Kritik terhadap analisis data penelitian terutama dalam penelitian keperilakuan, sering ditujukan kepada kesalahan dalam penggunaan regresi linier berganda yang mensyaratkan melalui pendekatan Ordinary Least Square (OLS) hanya diperuntukkan untuk data parametrik. Namun beberapa peneliti masih menggunakan data ordinal yang ditabulasikan dari skala likert, trusthone dll yang sejenis, atau yang sudah di intervalkan dengan metode suksesive interval, nampaknya kurang pas dan terkesan memaksakan fungsi OLS untuk memaksimalkan fungsi modelnya. Karena dalam peranaannya munculnya OLS sendiri memang hanya untuk data yang betul-betul parametrik, dan biasanya setiap variabel adalah single indicator (indikator tunggal). Oleh karena itu apabila suatu penelitian berbasis survey dengan jenis kuesioner yang menuntut adanya respon dari responden dengan skala yang berkecenderungan bukan asli interval ataupun rasio. Hendaknya perlu menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM). Metode ini adalah perpaduan dari analisis faktor dan analisis jalur serta curve estimation. JorsKorg sebagai pencipta dari metode SEM ini memang mengkhususkan penggunaan metode ini untuk penelitian keperilakuan dengan metode survei yang menuntut adanya respon dari responden. Hal ini dikarenakan karena keterbatasan dari regresi linier berganda ataupun analisis jalur dalam mengintrepretasikan fenomena keperilakuan yang kompleks (Kerlinger, 1986).