Struktur Masyarakat Jawa

3a5c9ab0515d71bfdba921a8547ce715

INDIKATOR PERKEMBANGAN STRUKTUR MASYARAKAT JAWA DI DAERAH GRINGSING KABUPATEN BATANG

Wilayah Gringsing merupakan wilayah yang terletak d wilayah pesisir kabupaten Batang. Sebagian besar masyarakat Gringsing bermata pencaharian sebagai petani. Baik itu buruh petani, penggarap, maupun pemilik lahan. Hasil pertanian hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri ( pertanian subsistem ). Hasil pertaniannya berupa padi.

Melihat struktur masyarakat Gringsing yang masuk dalam wilayah Jawa, tentunya seperti masyarakat Jawa yang lain. Pemilik lahan menempati struktur tertinggi dalam masyarakat. Apalagi mereka yang mempunyai lahan yang cukup luas. Mereka mempunyai kuasa atas buruh yang bekerja dilahan tersebut. Biasa disebut dengan patron-klien.

Patron-klien sudah berlangsung sejak lama bahkan sampai sekarang. Patron adalah para pemilik lahan yang berkuasa atas buruh maupun penggarap dalam proses pengolahan lahan. Hubungan ini menimbulkan suatu ketergantungan pada masing-masing pihak. Sehingga tidak merugikan satu sama lain.

Penggarap lahan adalah mereka yang menyewa lahan untuk digarap pada pemilik lahan. Biasanya penggarap menyewa dalam kurun waktu satu tahun. Walaupun hasilnya terkadang tidak menutup modal dan sewa lahan. Penn dalam satu tahun biasanya 2 kali. Ketika habis masa sewanya penggarap harus menyerahkan kembali pada pamilik lahan.

Sedangkan Buruh adalah orang yang membantu dalam pengolahan lahan pertanian. Ada beberapa macam buruh di Gringsing sendiri, yaitu, buruh tandur ( tanam ), buruh matu ( membersihkan rumput), buruh ngasyak ( memanen hasil pertanian ). Buruh mendapat pekerjaan saat mendapat panggilan dari petani pemilik lahan maupun petani penggarap. Upah buruh dari masing-masing jenis tadi berbeda. Buruh tandu sekitar Rp 25.000 – Rp 30.000/hari, sedangkan buruh matun sekitar Rp 15.000 – 20.000/hari. Buruh Ngasyak sendiri tergabung dalam kelompok. Selain upah bekerja di kelompok tersebut juga menyewakan mesin untuk memanen.

Selain tiga struktur diatas, adapula tengkulak yang membeli padi para petani. Tengkulak ini membantu para petani untuk menjual hasil pertaniannya. Tengkulak biasanya membeli padi tersebut saat masih berada di sawah untuk selanjutnya di panen. Keberadaan tengkulak juga sangat membantu pertanian di desa geringsing. Para petani tidak perlu bersusah payah untuk menjual hasil panennya. Apalagi kalau hasil panen yang tidak memuaskan. Para petani lebih memilih untuk menjual hasil pertaniannya agar modal yang dikeluarkan bisa kembali.

Fenomena yang terlihat sekarang adalah Ustadz/Kyai sangat disegani oleh masyarakat Gringsing. Kyai adalah mereka yang mengasuh pondok pesantren, sedangkan ustadz meliputi mereka yang mengajarkan gaji dirumah maupun memimpin kegiatan keagamaan baik ibu-ibu maupun bapak-bapak di desa. Tidak hanya para Kyi/ustadz tersebut tetapi juga keluarga dari mereka. Terlihat ketika ada suatu acara mereka sering diutamakan. Baik itu di salami, disapa, dan lainnya.

Selain Kyaidan Ustadz struktur yang disegani asalah Guru dan pegawai. Masyarakat berbondong-bondong untuk mendapatkan posisi tersebut tak banyak dari mereka yang mau menerukan pertanian yang dimiliki oleh keluarganya. Orientasi orang tua di gringsing lebih menginginkan anaknya menjadi guru maupun pegawai kantoran. Dari pada berkotor-kotoran di lumpur. Struktur yang terbentuk sekarang adalah Guru sangat disegani oleh masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: