Angling Adhitya Purbaya – detikNews Tugu Soeharto Semarang jadi Tempat Cari Berkah Pergantian Tahun Hijriyah Foto: Angling Aditya Purbaya Semarang – Menjelang tengah malam pada peringatan datangnya 1 Muharram 1437H, ratusan orang berkumpul di salah satu sungai di Kota Semarang. Mereka berendam di dekat tugu yang dikenal sebagai tugu Soeharto. Peringatan tahun baru Hijriyah atau dikenal sebagai malam 1 Suro di kawasan Tugu Soeharto tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Di gang masuk menuju jembatan ada penjual tiket masuk Rp 2.000 per orang untuk biaya kebersihan.
Di dalam gang orang-orang bisa berbelanja layaknya berada di pasar malam. Setelah puas pengunjung bisa menuruni pinggiran sungai dan melewati jembatan untuk sampai ke pulau buatan di tengah sungai yang menjadi pusat Tugu Soeharto. Namun untuk melewati jembatan itu harus membayar lagi Rp 2.000. Meski demikian ternyata peminat warga datang ke tugu Soeharto tetap banyak. Namun kali ini warga yang menonton lebih banyak dibandingkan yang melakukan ritual kungkum (berendam). Tugu Soeharto terletak di wilayah Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur. Alirannya merupakan pertemuan antara Kali Garang dan Kali Kreo.
Tradisi berendam tersebut ternyata sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Konon katanya ritual kungkum itu bisa mendatangkan berkah dan keselamatan. Banyak yang masih percaya dengan berendam di tugu bersejarah itu maka keinginnya dikabulkan. Beberapa sumber mengatakan lokasi Tugu Soeharto merupakan tempat Presiden Kedua, Soeharto berendam ketika berperang melawan Belanda. Kala itu Soeharto masih berpangkat Mayor dan menyusuri lokasi yang dulunya masih hutan kemudian berendam di sana. Dipercaya Soeharto menancapkan kayu yang kemudian dibangunkan sebuah tugu untuk mengenangnya. Nilai historis dan mistis tempat itu memang menjadi rujukan warga yang ingin mendapatkan berkah saat malam 1 Suro.
Salah satu pertapa yaitu Andika (20) mengaku baru dua kali ritual kungkum tugu Soeharto. Saat baru 10 menit masuk air, Andika sudah keluar lagi karena menemukan sesuatu. Ternyata ia menemukan baru akik berwarna hitam. “Ini turun menurun. Ya alasan meneruskan tradisi. Harapannya saya diparingi slamet, paringi rezeki. Di sini baru dua kali. Sebelumnya di Kraton Jogja dan Solo. Tadi ‘dititipin’. Harus di jaga,” kata Andika. “Ini ‘dititipin’ (menemukan akik),” tandasnya.
Mahasiswa UNNES itu juga berpendapat jika suasana tahun ini sangat ramai. Para pedagangnya bertambah dan jalan makin sempit. “Tempat ini sakral tapi sekarang mulai rame,” ujarnya. Ritual menceburkan diri ke sungai itu dimulai pukul 23.30 WIB. Hingga saat ini sudah ratusan orang yang ikut bertapa sambil berendam. Biasanya ritual akan berlanjut hingga subuh.