JAKARTA, KOMPAS.com – Telkomsel NextDev ibarat sebuah kepingan puzzle yang berguna untuk membangun ekosistem startup di Indonesia. Melalui kompetisi aplikasi tersebut, pesertanya bisa menambah pengetahuan dan lebih maju mempersiapkan karya-karyanya.
Namun perlu dicatat, kompetisi seperti NextDev ini bukan bertujuan untuk menghasilkan startup yang sebesar GoJek atau aplikasi fenomenal lainnya.
Hal terpenting dari kompetisi ini adalah menumbuhkan kesadaran bahwa developer muda mesti terus belajar dan mengembangkan diri untuk membuat sesuatu yang berkualitas. Bukan hanya membuat lalu menjual, tapi melupakan bahwa mereka mesti menghasilkan karya terbaik.
Seperti dikatakan Chief Executive Kibar Kreasi, Yansen Kamto, di Tanah Air ini puzzleuntuk mengembangkan industri startup masih belum lengkap. Mestinya ada sebuah eksositem yang terstruktur, terdiri dari roadshow pengenalan, workshop, hackathon,bootcamp, inkubasi, lalu terakhir baru menyoal funding.
NextDev dengan 20 aplikasi finalisnya masuk ke tahap bootcamp. Artinya, startup dan para developer muda yang turut serta di dalamnya telah diajari soal kerjasaama tim, konsep pembuatan produk, model bisnis, pasar yang dituju, dan skalabilitas aplikasi buatannya.
Hal tersebut merupakan modal untuk membangun usaha rintisan digital yang berkualitas dan layak untuk diinkubasi atau dibesarkan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia pun menyoroti pentingnya keberadaan kompetisi aplikasi. Menurutnya bangsa ini perlu 1.000 atau lebih kompetisi aplikasi seperti NextDev.
Pasalnya, di masa yang akan datang adalah era ekonomi digital. Dia pun memiliki visi untuk membuat Indonesia menjadi ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Demi mendukung hal itu, diperlukan banyak bibit startup yang mampu memperhatikan kualitas karyanya. Menteri juga medorong agar para finalis dan pemenang kompetisi NextDev tidak berhenti di sini.
Dalam wejangannya dia menyarankan agar mereka juga mencoba mendobrak pasar luar negeri, misalnya di Singapura atau Brunei Darrussalam.
Dua negara itu disebutkan karena pemerintahnya yang dikenal mendukung usaha pengembangan startup, baik dari dalam maupun luar negerinya. Bahkan, Brunei menawarkan beasiswa sebesar 50.000 dollar Brunei atau sekitar Rp 490 juta untuk usaha rintisan digital yang dinilai berkualitas.
“Saya berharap temen-temen di sini gak berhenti di NextDev, ikuti lagi yang lainnya apapun itu. Pemenang di sini bolehlah coba-coba di Brunei, asal eligible dan bisa dipakai di sana,” pungkas Rudiantara.
sumber ; kompas.com