Adalah software buatan CrowdStrike yang berhasil mendeteksi serangan tersebut. Lima serangan dilakukan ke perusahaan teknologi dan dua serangan diarahkan ke perusahaan farmasi. Serangan diketahui terjadi pada 26 September lalu.
Pada 25 September, presiden AS Barrack Obama dan presiden China Xi Jinping telah menyetujui perjanjian yang menegaskan bahwa kedua belah piha tak akan lagi mendukung aksi pencurian data perusahaan antar kedua negara.
Pendiri CrowdStrike Dmitri Alperovitch menyebutkan, ia percaya kalau serangan terhadap tujuh perusahaan tersebut dilakukan oleh peretas yang terkait oleh pemerintah China. Hal ini terlihat dari jenis server dansoftware yang digunakan oleh para peretas.
Salah satu software yang dimaksud oleh Alperovitch adalah Derusbi, yang sebelumnya juga dilaporkan digunakan dalam sebuah serangan perusahaan kontraktor pertahanan di Virginia.
Seperti yang ditulis oleh CrowdStrike di blog-nya, Selasa (20/10/2015). Alperovitch juga menyebut bahwa salah satu peretas yang terlibat dalam aksi tersebut tergabung dalam grup bernama Deep Panda.
Adapun tujuan utama penyerangan tersebut adalah melanggengkan jalan pencurian properti intelektual dandata rahasia perusahaan.